Strict Parents [HIATUS]

By tryzlgynx_

11.7K 1.3K 390

[FOLLOW sebelum membaca, karna info dari serita ini tertera di profil author] Cerita dimana seorang anak rema... More

Cast
Prolog
CZ 1
CZ 2
CZ 3
CZ 4
CZ 5
CZ 6
CZ 7
CZ 8
CZ 9
CZ 10
CZ 11
CZ 12
CZ 14
CZ 15
CZ 16
CZ 17
CZ 18
CZ 19
CZ 20
CZ 21
CZ 22
-CZ 23-
CZ 24
CZ 25

CZ 13

271 39 32
By tryzlgynx_

"Ehem!" Zea berdehem di depan Alvarez yang kini sedang melamun sembari memainkan bolpoin.

Alvarez mendongak menaikan kedua alisnya.

"Itu pekerjaan nya dah selesai belum, hm?" ujar Zea.

Alvarez menggeleng kepalanya, "Susah."

Zea menghembuskan napasnya berat, "Ini ajah dibilang susah, gimana mau masuk universitas impian? Apalagi ngerjain soal di papan tulis ajah masih dibantu." Zea menarik buku buku tersebut untuk ia jelaskan cara kerja pada Alvarez.

"Om gue donatur salah satu Universitas swasta, gak perlu repot repot belajar!" Ujar Alvarez santai.

"Kamu pikir tanpa tes untuk masuk kuliah karena ada orang dalam bisa?, Gak semudah itu ferguso!"

"Apasih yang gak mudah buat gue?" Ujar Alvarez dengan sombongnya.

"Kerja soal matematika, fisika, kimia, biologi, dan masih banyak lagi." Zea membuka lebar lebar tangannya menunjukkan seberapa banyak kebodohan Alvarez.

"Tapi gue ganteng kan?"

Zea diam sebentar, binggung ingin menjawab apa. Alvarez terkekeh, lalu tangannya bergerak mengacak ngacak rambut Zea, "Lemot!"

"Aaaaa!" Teriak Zea panik membuat Alvarez terkejut dan menarik tangannya.

Zea buru buru merogoh sakunya lalu menggeluarkan alat semprot dan menyemprot tangan Alvarez, "Tangan kamu bau alkohol!"

Alvarez yang tadinya sedikit terkejut langsung berubah datar, ia melirik jam yang tertempel di dinding, "Jam kita udah selesai kan?"

Zea ikut melihat, "Tapi satu materi pun kamu belum kuasai?"

"Gak perlu." Ia meraih tasnya lalu pergi. Moodnya yang tadinya baik baik saja kini berubah dratis kala selesai mengacak rambut Zea, memang benar dia masih terperanjat dalam masa lalu nya.

Zea menyeringit alisnya, Kenapa Alvarez seperti wanita yang moodnya selalu berubah secara tiba-tiba? Apa jangan jangan?

Tuk!

Zea memukul kepalanya sendiri, ini akibatnya menonton Drakor berlebihan!

Ia mulai membereskan barang barangnya lalu keluar dari perpustakaan menuju ke pintu gerbang tuk pulang.

Zea melangkah dengan santai sampai ia ke halte depan, ia membuka ponsel Samsung merek lama yang hanya sepanjang hp Nokia itu untuk menghubungi siapapun untuk menjemput nya pulang, ia menggunakan ponsel ini karena ponsel yang satunya masih ada di tangan ayahnya.

Belum sempat ia menelpon seseorang, namun sudah ada mobil dengan DH yang sangat ia kenali, mobil sport Lamborghini milik Arlon siapa yang tidak tau?

Dengan antusias ia menaiki mobil tersebut, ia paling senang ketika mobil ini yang menjemputnya darimana pun karena Arlon akan membawanya jalan jalan kemanapun, dan membelikan apapun yang ia inginkan, masalah ditanya Ayahnya Arlon punya seribu jawaban untuk pertanyaan itu.

Zea membuka pintu depan tempat penumpang, ia masuk lalu duduk di sana dengan senyum lebar membuat Arlon di sebelahnya tersenyum hangat, "You ready?"

"Yes, I am ready brother!" Ujarnya antusias.

Arlon menancap gas mobil hingga mobil itu melaju dengan kencang membuat Zea memekik kegirangan, tangannya memutar radio mobil mencari lagu favorit nya di sini, setelah merasa lagi yang ia cari ia sudah dapat ia bersenandung berusaha menyambung kan dengan nada yang sudah lama ia lupakan.

"Yeahh.. yey Beby.."

"I kno--"

Lagu tersebut mati, Arlon yang mematikan nya membuat Zea menatap Arlon protes, "Kenapa dimatiin?!"

"Gak enak denger lagu," ujar Arlon fokus ke jalan nya.

"Trusss?"

"Cerita ada apa hari ini versi Zea?" Ujar Arlon lembut sambil menatap Zea.

Zea menarik napasnya dalam dalam, "Nggak ada apapun yang istimewa hari ini."

Arlon mengerutkan keningnya, "Mengapa?"

"Bad Day, aku pikir setelah sekolah semuanya berubah, kaya tugas makin sedikit, atau pelajaran lebih ringan jika punya teman diskusi karna disekolahkan ada teman, tapi keknya Zea salah, gak seperti ekspetasi."

"Jadi nggak mau sekolah lagi?"

Zea menggeleng kepalanya, "Udah dapat teman satu, sama temen cowo nggak ada akhlak."

"Jauhin yang cowo, banyakin teman cewe," ujar Arlon.

"Mana ada cewe mau temenan sama aku, semuanya sombong, aku suka yang sederhana. Kalau cowo Aku anggap dia teman, tapi nggak tau dia anggap aku apa, keknya mentor ngeselin deh karena suka kasih tugas," ujar Zea.

"Ngeselin?, Perasaan Zea ngga ngeselin malah ramah banget," ujar Arlon.

"Tapi Zea sama dia galakan Zea deh, tapi dia juga galak."

"Udah, gausah dipikir. Sekarang mau makan apa, atau mau beli apa?"

"Seblak!" Pekik Zea cepat, ia merasa akan menyesal tidak mengatakan itu. Ia sangat penasaran dengan makanan yang Ica makan.

Arlon mengerutkan keningnya, bukan tidak tau apa yang Zea inginkan, tapi darimana Zea tau makanan itu noteban dia yang selalu dirumah dengan makanan yang jauh dari makanan pinggir jalan.

"Aku tau dari teman, katanya sih enak," jawab Zea.

"Okeh kalau gitu, kita ke tempat seblak paling enak yang pernah Abang makan," ujar Arlon membelokan mobil yang mereka tumpangi.

Tidak lama perjalanan mereka menuju tempat penjual seblak yang dimaksud Arlon, mereka akhirnya sampai. Zea menatap tempat itu, "Bener bang di sini?"

Sembari mematikan mesin mobil Arlon mengangguk, "Ia disini, cepat turun."

Zea turun bersamaan Dengan Arlon, Arlon meraih tangan Zea untuk digenggam dengan erat. Sambil menghadap ke bude yang sedang sibuk menyiapkan pesanan seblak yang lumayan banyak, terlihat dari pengunjung yang cukup ramai.

"Bu pesan seblak istimewa 1 buat adik saya," ujar Arlon sopan. Bu de itu mendongakkan kepalanya menatap Arlon.

"Nak Arlon bukan?" Tanyanya sambil menunjuk Arlon.

"Ia Bu, ini Arlon." Arlon menundukan kepalanya hormat.

Ibu itu tampak terkejut namun tidak bisa dielakkan senyum kebahagiaan bercampur terharu menyambut Arlon, yang dipanggil ibu tersebut mengusap pundak Arlon.

"Udah besar kamu nak, lebih tinggi dari bude ih." Wanita paruh baya itu mengelus bahu Arlon.

Zea menyeringit, "Abang kenal bude?"

"Iy--"

"Ini adeknya?, Ih lucunya SMP kelas berapa?" Bude itu menatap Zea.

Zea menatap malas bude itu, "Udah SMA loh, masa dibilang lucu?" Kesalnya.

Bude itu tertawa lebar, "Kamu seperti Cici di panti dulu temannya Arlon lucu."

"Cici?, Panti asuhan?, Teman Arlon?" Tanya nya binggung.

"Iyah kan dulu Arlon tinggal di panti asuhan sebelum diasuh oran--" Ucapan itu terpotong saat Arlon menarik tangan Zea pergi tanpa mengatakan sepatah katapun.

Sedangkan Zea terdiam mulutnya terasa keluh untuk bertanya, Arlon dulu tinggal di panti asuhan. Apa ada hal yang ia tidak tau?

Arlon menutup pintu Zea keras lalu naik di kursi kemudi dan melajukan mobilnya kencang, ini semua terlalu awal untuk Zea tau, belum saatnya batin serta fisiknya menyiksa diri sendiri.

"Pa-panti asuhan?" Tanyanya dengan keberanian seadanya.

"Bibi itu salah mengenali orang," jawab Arlon santai.

"Tapi dia jelas memanggil Abang Arlon!, Dan mengapa Abang lari?"

"Diamlah, hari sudah gelap kamu akan terlambat les jika kita terus disana."

▫️▫️▫️

Bunyi derap kaki memasuki Mansion besar dengan teratur, hari sudah gelap namun anak dengan pakaian seragam SMA ini baru pulang ke rumah.

Laki laki itu membuang kunci motornya sembarangan tempat, dan hendak menaiki tangga, baru dua anak tangga ia melangkah dan berhenti karena mendengar suara.

"Dari mana?" Ucap seorang pria tua sembari duduk di sofa tamu.

"Sekolah," jawab laki laki itu.

"Apa kamu mengikuti ekstrakurikuler?, Atau menjadi bagian OSIS? Sampai pulang sudah gelap begini?"

"Ti--"

"Oh yah, bagaimana dengan pembelajaran dengan mentor baru itu?, Apa sudah baik? Ayah sama sekali belum mendapatkan pemberitahuan mengenai kemajuan mu?"

"Alvarez cape butuh istirahat."

"Cepe kamu bilang?, Cape menjadi anak jalanan dengan bermodalkan motor sport pemberian orangtua kalian ugal ugalan di jalanan begitu?" Ayahnya melepas koran yang tengah ia baca di atas lantai.

"Shit!" Alvarez mengumpat kecil sembari melepas tasnya kasar. "Alvarez baru pulang yah!, Gak ada mood buat bertengkar!"

"Kalau begitu Beritahu siapa mentor mu, sudah hampir seminggu tidak ada kemajuan, akan ayah tekankan padanya!" Ujar ayahnya.

"Mau ayah apakan dia?"

"Memberi dia pilihan, jika satu Minggu kedepan tidak ada kemajuan pada kamu maka dia dan keluarganya akan ayah buat hancur!"

"Ck!, Jika ingin menuntut anak pintar jangan menekan orang lain!, Membuat orang tersiksa untuk kepentingan diri sendiri namanya egois!" Ujar Alvarez kasar lalu melangkah menaiki tangga ke kamarnya.

Sabar prend, belum waktunya kita seru seruan. Cerita ini bukan isi cerita anak SMA doang, tapi teka teki keluarga Tokoh utama, sama keluarga Alvarez. Kalau nunggu bapernya doang nanti ceritanya datar ke muka Arlon wkwk, bukan berarti kalian nggak bisa senyum senyum pas uwuw-nya yah.

Jangan lupa Vote sama Coment, dan share cerita ini ke teman teman kalian biar lapak ini jadi rame🦋

Makasih kalau yang udah lakuin dan nunggu cerita ini up🤝

Continue Reading

You'll Also Like

1.2M 114K 60
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
1.2M 90.3K 43
Aneta Almeera. Seorang penulis novel legendaris yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwany...
3.4M 275K 62
⚠️ BL Karena saking nakal, urakan, bandel, susah diatur, bangornya Sepa Abimanyu, ngebuat emaknya udah gak tahan lagi. Akhirnya dia di masukin ke sek...
762K 92.2K 12
"Gilaa lo sekarang cantik banget Jane! Apa ga nyesel Dirga ninggalin lo?" Janeta hanya bisa tersenyum menatap Dinda. "Sekarang di sekeliling dia bany...