Auristella The Lost Princess

De NoNoelle___

78.8K 9.9K 1.3K

Bentar lagi tamat. #1 - Romance ( 5 Agustus 2022) # 3- Fantasy ( 5 Agustus 2022) #1 - Magic ( 6 Agustus 2... Mais

Introduction *
1 - Dienne Reinhardt.
2. Our Home .
3. Before Family Gone.
4 Everything's Gone.
5. Beginning.
6. Beginning (2).
7. After Disaster..
Chara Chore : Introduction
8. Camelenor.
S1 Chapter 09. Camelenor [2].
S1 Chapter 10. Sucsessor.
S1 chapter 11. New Undine.
S1 Chapter 12. Thruth.
S1 chapter 13 . The Truth.
S1 Chapter 14. Childhood.
S2 Chapter 15. I Made it..
S2 chapter 16 - Blinking Moon Staff.
S2 Chapter 17. Alion Thoughts.
S2 Chapter 18 - To Human World
S2 Chapter 19. Elf Tribe.
S2 Chapter 20. Luxury Healing Potion.
S2 Chapter 21. Passing Gate..
S2 Chapter 22. Ian H.Preston.
S2 Chapter 23 Meet The Real Noble's
S2 Chapter 24. Suspicious??
S2 Episode 25- Hint Of my Lost Brother.
S2 Chapter 26 -Hint Of My Lost Brother (2)
Character. Pt.1
Character. Pt.2.
S2 Chapter 27. Calling Device!
S2 Chapter 28. Calling Device (2) .
S2. Chapter 29. Gaze
S2 Chapter 30 - You must be surprised.
S2 Chapter 31 - Crash
S2 Chapter 32 - Sleep in your Shoulder.
S2 Chapter 33 - Jealousy
S2 Chapter 34 - Training is begin
S2 Chapter 35 - Prepare
S2 Chapter 36 - Departures
S2 Chapter 37 - Alion's Guide
S2 chapter 38 - Second Meet With Him?
S2 Episode 39 - I Never Know
Character pt.3
S2 Chapter 40 - My Potion
S2 Chapter 41 - My Potion (2) - Your Gaze
S2 Chapter 42 - They were my Side?
43 . who do i like?
44. Dinning table/War?
45. you are interesting guy.
46. Levius's Revenge.
47. Gabrien being honest?
48. SHOCK
49. Alion & Arista
50. I Promise to help you.
51. Storm
52. West Forest (Elf Tribe 1)
53. West Forest (²)
54. Meriel Fainted
55. Sudden Truth
56. Something went wrong
Character 4
57 (1). Back
57 (2). Teal & Virion became Friend
58. Alexia Campbell
59. War (1)
60. Your Kind Gestures
61. intens
62. Ambush!
63. Periods
64. Levius Is Missing.
65. The only way to keep you warm
66 . HOPES
67. Who's Memories is this?
68. End Of first War
69. Guilty Feeling
70. Wrath
71. Bloom
72. Confused in the Ballroom.
73. Theodore being Silly
74. Wait for me?
75. Aiden is my Royal Brother.
76. You were beautiful
77. Present
78. Gentle Actions
79. Bell (Part 1)
80. Bell(Part2) You say sorry many times
81.Bell (Part3) Now we'll not be apart again
82. Goodbye Gabrien
83. A Woman, The Awakening and Bell the cuteness.
84. New life in the new Kingdom
Character pt 4 . Theodore Knight
85. Behind this secret
[ Pengumuman ]
86. Different Smiles
87. Theodore Regrets, Rise of the future King.
88. Rise Of the Future King (2)
89. Awake.
90. A Letter For You (1)
91. Culprit
92. Horses and Sunset
93. this kind of feeling
94. Before Everything's mess
95. Before Everything's Mess (2) ||Truth|| Agony||
96. Before Everything's Mess (3) || Erase the distance
97. Before Everything's Mess 4|| Theodore and Gremio
98. Before Everything's Mess (Last) || First Heart broken.
-FYI-
99. If i were you
100. That guy isn't 'Me'
101. Give me a Chance
102. Before Delegation
103. Anger
104. Delegation || I met you
105. Two heart. Two Hurt
106. They're both Love, The Princess.
107. The War
Promosi Cerita Lanjutan.
108. Heaven Falls || Alion was...
109. Arista's Wrath || Farewell, My Dear.
God And Goddess
110 . The Strongest Soldier's Awakening
111. You Die Too Soon
112. Born Of the Unexpected Rebellion
113. Nightmare (1) || Sorry.
114. Nightmare (2) || Six Protection
116. Nightmare || Virion, Trezaz. || Secret ending
117. We Are Dumped [I]
118 . Father, You're here!

115. Nightmare (3) || unintentionally.

227 35 18
De NoNoelle___

Diperjalanan Arista yang kini ditemani Levius dan juga Bell yang saat ini telah menjadi lebih dekat karena keduanya menjadi partner bertarung sejak Aiden tidak ada, membawa Arista dan dengan sigap membimbing jalan ke tempat Teal, Gabrien dan Theodore yang terluka.

Deru nafas terengah engah dalam lari kecil miliknya seakan mengaburkan pandangannya saat ia mulai bernafas dengan mulutnya, sebuah perasaan khawatir dan ketakutan jika ia tidak bisa tiba secepatnya. Sebuah perasaan yang telah menyelimutinya dari sebuah rasa takut. Ia sudah berlari cukup kencang, hingga Bell dengan cepat menggigit pakaian Arista yang tengah berlari di sampingnya dan memindahkan Arista ke punggungnya setelah melihat sang Tuan—Arista—terengah engah terlihat ingin cepat tiba.

Levius tanpa banyak bicara berlari kencang memimpin jalan keduanya.. menebas para roh kegelapan yang mengganggu perjalanan terburu-buru mereka. Rambut putih Arista yang berayun di atas sebuah Monster berbulu putih di tengah tengah medan perang membuatnya mudah terlihat. Bahkan oleh sudut pandang paling jauh di daratan Brumuz. 

Keringat mulai terjatuh di pelipis putih itu..pandangan nya mulai menyipit ketika arah yang dituju Levius dan Bell adalah di penghujung daratan Brumuz, wilayah terjauh yang berlawanan dari tempat Trezaz pertama kali memunculkan dirinya .

Salah seorang Roh hutan yang tidak Arista kenali namanya, melambaikan tangan seolah ia dengan tangan terbuka menyambut baik kehadiran Arista, dan dengan gerakan tangan mengarahkan Bell menuju hutan segera.

Mata Arista yang hijau pekat dengan jejak kehidupan melimpah itu,  melotot sesaat, tapi jelas itu bukan ekspresi terkejut. Tapi pemahaman. Ia mengerti.

Satu momen jelas itu memberi sebuah gambaran jelas pada Arista tentang tempat ini. Hingga sang Roh hutan itu terkesiap sejenak lalu dengan cepat berkata.

“ Miniatur World Tree berada di hutan ini, ia melindungi ketiganya dengan baik.”
Ucapnya, mungkin ia disini sekarang menggantikan Meriel yang belum kembali, dan Juga Siora yang kini tengah sengit melawan Villma dibantu Lhoris dan Shinon.

“ Baik, terimakasih.” Balas Arista singkat, mengangkat dagunya kedepan ketika Bell sudah mengambil ancang-ancang untuk berlari kencang melesat ke dalam hutan. Roh hutan yang sempat berlari di samping Bell, hilang. Ia menyatu dengan Alam sekitar dengan sangat baik. 

Suara pijakan keempat kaki bell yang bergemuruh karena tubuhnya yang besar itu menjadi sebuah tanda yang jelas bagi world tree mengenali siapa yang akan tiba di sana.

World tree hanya membagi sebagian jiwa nya serta sihir nya pada satu pohon keturunan nya di hutan itu..meriel telah meminta world tree berpindah kemari untuk menghindari hal hal buruk terjadi, dan itu benar benar menjadi suatu hal yang sangat membantu Arista, karena World Tree menjaga dengan baik mereka bertiga.

Langkah Bell terhenti melihat di depannya, Levius sudah berhenti berlari dan perlahan menoleh kepada Arista.

“ Nona , ketiganya berada di rumah pohon di sana.” Sambil menunjuk ke salah satu pohon besar yang sedikit berwarna kekuningan dari batang hingga daun, sangat menunjukan jika pohon ini adalah pohon yang dirasuki World tree saat ini.

Sebuah pondok kecil berada di puncak pohon itu, Arista yang menengok tinggi menoleh ketika sebuah tangan mengulur pada nya.

“…Aku akan menemanimu Nona.” Ucap Levius, ia tersenyum lembut dengan kemurahan hati di wajahnya,  Arista meraih uluran tangan itu tidak lama, mereka melesat ke pondok yang Levius bicarakan.


Bell yang mengerti, segera berjaga di sekitaran World Tree dengan gagah dan postur tubuh yang besar.

Step*

Arista dan Levius tiba di Pondok pohon World Tree sekejap saat mereka terbang. Pohon ini sungguh tinggi, namun membaur dengan semua pohon di hutan ini dengan begitu baik, walaupun warna kulit pohon miliknya begitu mencolok.

Hangat. Arista merasakan semua sensasi alam yang pekat pada World Tree, sihirnya begitu hangat dan menenangkan jiwanya. Seperti tengah berada di dekat Meriel..World Tree seolah tengah menyambut Arista..


‘sangat disayangkan aku tidak bisa berkomunikasi dengan world Tree.’ Ucap Arista. sebelum memasuki pondok tak berpintu itu, ia menyentuh sekejap pohon itu. dalam hatinya ia berkata..’Terimakasih..telah menjaga ketiganya..’


Lalu ia melepasnya, melangkah masuk kemudian dan memberi tahu Levius untuk menunggu di luar pondok itu. Namun Levius sedikit ragu.


Sangat terlihat di wajahnya jika ia sedikit menolak kata kata Arista, namun..Arista yang menatapnya sendu, seolah memohon memancar dari matanya…Levius memundurkan kakinya.

“…Baiklah..nona..” seperti anak anjing yang sedih, Levius menurut dengan baik.


Arista Pov.



Sudah berapa lama?..Ah..aku harus segera masuk.


Aku tahu, Levius dan Bell akan dengan baik menjaga tempat ini. Yang harus kulakukan kali ini…adalah menjalankan tugas ku.

Di dalam pondok ini..dari tempat masuk..seperti sebuah portal sihir hitam yang menghalangi siapapun yang tidak di izinkan masuk oleh world tree. Aku paham sekali..


Pelahan..aku hanya mencoba mengulurkan tanganku. Jari telunjukku menyentuhnya. Dan sensasi hangat yang mengalir di seluruh tubuhku benar benar hebat..ini terasa begitu nyaman.


Apakah ini tanda jika seseorang yang diizinkan oleh World Tree bisa memasuki tempat ini ? kurasa tidak apa jika aku masuk setelah ini.


Langkahku tanpa ragu memasuki penghalang sihir ini.

Memejam mata kemudian membukanya perlahan, ketika semua tubuhku menepi di balik penghalang yang membawaku masuk ke dalam sini. Pandanganku tertuju pada Teal, yang sudah ada dalam kesadarannya.

Ia tengah duduk di lantai kayu pondok world tree tanpa jejak alas yang telah menjadi tempatnya berbaring, begitu juga dua lainnya. Teal tengah melakukan sesuatu sebelum menyadari kehadiranku.

Ia memegangi sebuah perban panjang dan mengikat tangannya yang kulihat begitu membiru lebam.

“…Teal...?”

Lalu Teal menoleh cepat.

“…Eh? Arista? Bagaimana bisa..ah Itu bukan hal yang penting…Arista mereka berdua ada dalam keadaan lebih parah dariku! Cepat lakukan sesuatu!!”

“…” Aku benar benar terkejut..walau dengan keadaan tangan yang terlihat menyakitkan baginya…ia benar benar menghawatirkan Gabrien dan Theodore sebagai prioritas saat ini.


Mataku melirik ke tempat dua lainnya yang tengah terbaring di tempat yang cukup berdekatan dengan mata terpejam, dan luka di tubuh mereka yang dapat kulihat dengan jelas.


Satu satunya yang bisa kulihat dengan jelas pada jejak pertahanan sebelumnya dari kedua orang ini adalah..baju perang mereka..benar benar hancur..

Tidak heran.. keduanya nemang terkena serangan langsung sihir Gila itu.


Aku tak bisa berfikir yang begitu aneh saat ini. walaupun aku dapat melihat pundak yang lebar dan dada terbuka mereka saat ini..tidak ada tempat untukku merasa tersipu.

Mataku melirik perut Gabrien..Luka yang sebelumnya ku sembuhkan benar benar hilang.

Dan bergantian melirik Theodore. Tidak salah lagi..jika keduanya..melindungiku di jarak yang paling luar dan menjadi target pertama yang terkena Panah sihir raksasa itu.

Hatiku merasa tak nyaman. Mengingat betapa lemahnya diriku untuk terus menerus melihat orang orang berusaha memastikan aku selamat  dengan cara yang membahayakan hidup mereka.


Aku berjalan mendekat. Celah berbaring diantara kedua Pria itu, menjadi tempat tujuanku. Aku mendudukkan tubuhku disana tanpa ragu..

Aku tidak tahu cara yang tepat untuk mengembalikan manna keduanya secara bersamaan. Teal yang melihatku di tempatnya, mulai berjalan mendekat dengan tangan sudah terbalut perban yang cukup tebal untuk menyembunyikannya dariku. Ia melakukannya cukup cepat sejak aku melihat kedua tangan itu dalam keadaan yang buruk.

“…Kau menyadarinya bukan Arista..?” Ucapnya lalu duduk di sana. Dekat denganku, namun memberi jarak antara aku, Gabrien dan Theodore yang masih terbaring.

“.. Manna mereka ..” Ucapku.. aku menunduk mengerti dengan maksud Teal..namun lebih dari itu..Kondisi Fisik mereka juga menghawatirkan.

“…Arista…kudengar kau memiliki Heart Of soul yang pernah dimiliki mendiang Ketua Lalantha..Batu manna itu bisa kau gunakan pada mereka.”

“…Eh?! Begitukah?”

“…Ya, namun saat itu juga kau akan kehilangan benda itu.”

“…..mengapa?” AKu cukup terkejut mendengar ia mengatakan itu, bagaimanapun, Batu manna berbentuk hati itu benra benar peninggalan ibuku..

……

Tapi..

Saat ini…kedua orang ini membutuhkan itu untuk segera sadar…penyembuhanku tidak akan membuahkan hasil jika mereka masih kekuarangan manna untuk tetap terjaga. Hingga aku ingin memastikan nya pada Teal..

“…Apa yang akan terjadi pada tubuh mereka setelah Manna dalam jumlah besar mengalir tiba tiba?” Aku mengkhawatirkannya. Gabrien..dan Theodore adalah manusia..dan Batu manna milik ibu..menyimpan begitu banyak manna yang melimpah di dalamnya.

“…apa kau berfikir tubuh mereka akan meledak atau sebagainya? Mereka akan baik baik saja, dan tubuh mereka akan siap , menerima dengan baik mantra penyembuhan darimu ketika manna telah mengalir pada tubuh mereka. Ini bahkan mengejutkan bagiku, keduanya masih hidup setelah mengenai serangan langsung itu.”

“….” Aku terdiam sejenak, menoleh ke kanan dan kiri, melihat keduanya terbaring dengan wajah pucat dan luka disekujur tubuh itu..keduanya telah memiliki keinginan untuk melindungiku.

Dan peninggalan ibu , bukan lah sesuatu yang kubutuhkan saat ini…keduanya lebih membutuhkan itu. hingga aku berkata kembali pada Teal..

“….Bagaimana aku harus menggunakan itu pada Gabrien dan Theodore?” Teal lalu mengulurkan tangannya. Dengan luka luka di tubuh nya dan satu terlihat jelas di sudut bibirnya, ia berkata.

“ Berikan batu itu..aku akan segera mencairkannya.”

“…”

Cair? Ah aku mengerti…batu sihir padat ini adalah hasil pembekuan , itu jelas terdengar masuk akal ketika teal mengatakan akan mencairkannya. Aku segera merogoh kantung coklat sihir milikku. Mengeluarkan tongkat sihir milik Sybill dan Batu manna milik Ibu.


“…setelah kau melakukan itu, apa yang harus kulakukan?” Ucapku.

“…Kau hanya perlu memastikan keduanya bisa menelanya.”


“…Hmm..Baiklah.” Aku mengangguk. Meski aku ragu cairan itu bisa diminum pada awalnya, namun teal tidak sedang bercanda saat ini, dan ia segera mengambil batu itu sesaat aku mengulurkan padanya.


“…Ini batu manna terhebat yang pernah aku sentuh.. ini akan cukup memberi keduanya manna yang setara denganku..dengan four commander..”

“…B-Begitukah?”

“…haha..lihat bagaimana wajahmu saat ini Arista, hahh.. tak ada waktu menjelaskan itu saat ini, dengar .. saat benda ini mencair ini benar benar akan menghilang.”


“…Aku tak masalah tentang itu Teal..karena peninggalan ibu, bukan hanya heart of stone, jadi tidak perlu menanyakan itu lagi padaku.” Sejujurnya, aku hanya akan merasa sedih jika Teal tetap memastikan itu padaku.


“..Baiklah..aku akan mulai mencairkan ini.”

Ucapanya tidak membutuhkan banyak waktu hingga ia melakukan pencairan Heart of stone.

[ Purgatorium utar ad Conflandum ]

Entah mantra apa yang kudengar saat teal mengatakan itu, namun heart of soul benar benar bersinar merah di kepalan tangan Teal. Lalu ia melirikku.


“…Arista..kau memiliki botol yang kau simpan untuk ramuan obat milikmu bukan begitu? Aku membutuhkan dua.”

“…ah..aku menyimpannya , aku akan mengosongkannya sekarang.” Sesaat aku mengatakn nya, aku segera merogoh kembali kantung coklat sihir milikku. Lalu segera terlihat di mata Teal.

Ia meraihnya dengan tangan lainnya yang tidak menggenggam heart of soul.

Dua botol kecil itu segera ia raih dan tidak banyak berkata, ia membuka tutup botol itu dengan giginya, dan meneguk kedua botol berisi ramuan penyembuhan itu didepanku. Apa yang ku saksikan, itu membuatnya terlihat keren.

“..Setelah heart of soul mencair, akan ku masukan cairan itu kemari.” Dengan gesture tubuhnya menunjukan botol kosong itu padaku, aku mengangguk dan tersenyum mengerti.

“…Kau terlihat sangat keren Teal.” 

“..eh..??” Ia terlihat kaget saat aku mengatakan itu, telinga nya memerah seakan aku sedang menggodanya dengan kata kata singat baru saja.

*

Kami berdua terdiam memastikan itu mencair sempurna, cukup membutuhkan kesabaran hingga api lembut di tangan Teal mengubah benda itu menjadi cairan.

Cahaya yang memancar dari heart of stone seperti pelangi di dalam bola kaca kecil segenggaman tangannya. Aku mulai penasaran saat itu mulai meneteskan beberapa bagian dari heart of stone dan masuk ke dalam botol yang sudah di kosongkan Teal.


“ berjalan dengan baik ..” gumam Teal, dengan mata focus melihat benda itu mencair dari tangannya.


Aku hanya mengangguk, dan menunggu hingga semua ini selesai dan Teal segera memberikan cairan itu padaku. Kedua botol yang awalnya kosong itu terisi dengan cairan biru yang sungguh terlihat seperti warna langit cerah. Jujur saja ini sudah berapa lama sejak kami melihat siang hari di daratan Brumuz.


“…Karena ramuan penyembuhan itu telah bekerja baik di tubuhku, kau hanya perlu focus menolong kedua pria itu.” Ucap Teal menyerahkan botol botol itu dan kini ada di tanganku.

“…Aku mengerti.” Walaupun ia seolah terlihat sudah baik baik saja, Rambut merah dengan mata biru yang begitu indah itu di mataku..ia terlihat berpura pura.

Walaupun ia tak meminta, aku akan tetap menyembuhkan tubuhnya menyeluruh dengan mantra besar yang akan ku lakukan pada Gabrien dan Theodore. Teal sangat berharga..dan ia teman yang bisa kuandalkan…walaupun sikapnya kadang terlihat seperti tsundere yang lucu.

 Dengan kedua botol di tanganku, pilihanku mengarah pada Gabrien lalu Theodore. Aku melakukannya tanpa alasan khusus apapun. Segera, aku mendekatkan diriku pada Gabrien, dan Teal segera membantuku mengangkat kepalanya dan berada di pahaku. Akan sulit melihatnya tersedak jika aku tidak membawanya mendekat seperti ini.

Ku arahkan botol berisi cairan manna itu pada bibir miliknya..namun terhenti sejenak..

“…..”

Apa yang kufikiran?..

Segera tanganku mengarakan botol itu naik agar semua ramuan itu masuk dan tertelan sempurna olehnya. Walaupun tidak terdengar suara ia telah menelan cairan manna..kurasa ia benar benar menelan nya dengan baik.

Tunggu..


Ini pertama kalinya aku melihatnya begitu dekat. Jika kuingat lagi, selama di Istana Striadone dahulu, wajah putih nya tak pernah ku kira akan sebaik ini jika dilihat dari dekat..bulu matanya panjang sekali, dan ia memiliki bentuk bibir yang indah..

Masih ada di pangkuanku, wajahnya yang begitu pucat sebelumnya..kini..rona wajahnya kian membaik walau luka di sekujur tubuhnya tidak menunjukan ada perubahan karena aku belum melakukan penyembuhan. 


Aku tiba tiba tersadar, jika Teal…masih ada di hadapanku..ia terdiam dengan mata yang sedikit terbuka sesaat setelah aku berlarut melihat wajah gabrien..


“…Teal..?” kataku..melihatnya terpaku bisu.

“…..A-Aku…akan menunggu di luar, Arista.” seolah tersadar. Dengan cepat ia bangkit dari duduknya.

“…Eh…tetaplah di sini..aku belum melakukan penyembuhan padamu.”

“ haha…Tidak perlu..lihat…aku sudah sembuh..” Ia tersenyum begitu lebar menggerakan kedua tangannya seolah ia sedang menari kecil disana..entah itu perasaanku, ada yang salah dengan sorot matanya walau wajah itu terlihat tersenyum cerah…

Teal…apa ia… menyukai… Gabrien?” Gumamku setelah ia menghilang dari ruangan ini.. aku menatap kedua tanganku, salah satunya memegang botol kosong yang telah ku berikan pada Gabrien..

Melihat kepintu satu satunya di pondok ini..dan bergantian melihat wajah Gabrien yang mulai menunjukan Rona asli wajahnya. Aku mulai mengangkat kepalanya kembali dan meletakkan nya berbaring sama seperti sebelumnya..perlahan..aku takut ia tidak nyaman, walau ku tahu ia belum sadar dan mampu untuk membuka mata saat ini..

Bellona adalah wanita yang sangat beruntung..’ tanpa sadar aku memikirkan hal itu..bibirku sempat terangkat sendu ketika melirik wajah tampan itu sekali lagi..sebelum memalingkan wajah dan mulai memberi porsi yang sama untuk Theodore.

Aku membelakangi Gabrien kali ini…mengubah arah hadapku pada Theodore yang kini dalam keadaan yang sama parahnya..kondisinya…membuatku menyesal membuatnya menunggu lama.

Tanpa Teal di ruangan ini..mengangkat kepala Theo ke pahaku untuk memberikannya Cairan manna membuatku sedikit kesulitan..

“…kepalamu tidak besar, tapi mengapa begitu berat Theo..” Ucapku.
Beruntung tidak ada siapapun yang dapat mendengarku saat ini.. mereka akan tertawa jika aku ketahuan mengatakan hal seperti itu pada seorang pangeran sepertinya.

Ya, usahaku membuahkan hasil walaupun tidak semudah saat melakukannya pada Gabrien dengan bantuan Teal, untuk Theo..usahaku sedikit lebih keras..

Rambutnya yang terang itu terlihat kotor saat ini, wajahnya begitu pucat pasi dengan goresan goresan jelas terlihat di wajah rupawan ini.

Tanganku segera menyibakkan pelan rambut yang menutupi sebagian matanya yang kini masih terpejam sendu, seperti menahan rasa sakit…aku dapat merasakan betapa menderita keduanya saat melindungiku dari panah sihir sebelumnya.


Rambutnya lembut…rasanya..nuansa ceria yang sering Theo beri padaku ,menghilang begitu saja saat melihatnya terpejam lemah saat ini.


Segera meraih botol cairan manna di dekatku..dan segera membuka bibirnya agar cairan manna bisa tertelan sempurna. 

Saat botol itu menetes terakhir dan membuatku yakin, Theodore telah menerima cairan itu dengan baik..aku senang..sekaligus berat hati menerima fakta, heart of soul kini benar benar tak tersisa..

Bisakah aku berfikir jika benda itu sekarang mengalir di tubuh kedua pria ini..Fakta yang sulit aku terima dengan mudah, namun itu bukan hal yang ku sesali..

Berharap jika keduanya sadar saat aku selesai memberi pengobatan, adalah hal yang membuatku bahagia sebagai orang yang berhutang budi pada kedua pangeran didekatku ini. Ya..aku harus segera memberi keduanya pengobatan menyeluruh.


Aku bangkit setelah perlahan meletakkan kepala Theo dengan begitu hati hati.

Melangkah menjauh dari mereka sejenak dan mulai mengambil Tongkat milikku.

“ hmm?” tiba tiba saja aku merasa sebuah kehangatan terasa di tubuhku..


 Di atas pondok ini, terdapat sebuah kunang kunang sihir, yang telah ku kira itu adalah ulah World Tree. Ia bercahaya begitu terang hingga sejak awal ku kira ia hanya lampu sihir yang menerangi ruanbisarlyqpqi sejak aku memasuki pondok ini.

Kunang kunang itu kini terbang berputar putar, seolah..ada yang ingin ia katakan..namun aku takkan bisarl mengerti tanpa ada Meriel atau Siora di sini.

“….World Tree, terimakasih untuk menjaga rekan rekanku, dan memberi kenyamanan ini pada mereka..” Ucapku. Melihat ke atas sana, ia berhenti berputar putar .. dan terbang turun mendekatiku. Aku segera mengulurkan tanganku perlahan, ia hinggap di telunjuk tanganku.

“….” Aku tidak mengerti, namun kunang kunang berukuran seekor burung kenari ini menatapku lama, tanganku yang lainnya segera menyentuhnya, mengusap kepala itu dengan telunjukku yang lain. Kepalanya begitu kecil dan itu membuatnya sangat imut. Lalu ia terbang dan hinggap kembali ke atap setelah aku melakukan itu.

“ Baik …Mari kita mulai .” Ucapku, genggaman tanganku begitu kuat pada Tongkat Sybill. Dan mulai bersiap merapal mantra magic area dan Heal…

Arista Pov End*

*

*

Di lain tempat. Di Dalam dimensi sihir khusus yang diciptakan dua orang Guardian saat ini tengah terjadi sebuah pertemuan mengejutkan, dari keempat Pria yang memegang tanggung jawab besar di perang ini.

Ini merupakan kali pertama keempatnya bertemu di ruang yang sama, semua ini terjadi bukan karena hal yang kebetulan. Sybill memerintahkan Judas dan Gremio secara langsung dengan perintah darurat. Sehingga keduanya segera menciptakan sebuah Dimensi sihir khusus untuk jiwa Gabrien dan Theodore bertemu dengan para Guardian di tempat yang sama.


Sebuah pertemuan yang tidak begitu mengejutkan karena keduanya sudah tahu jika Gabrien merupakan utusan Judas dan Theodore adalah utusan Gremio..yang membuat keduanya terkejut adalah keduanya bisa memiliki kesempatan bertemu di tempat yang asing dengan para guardian bersama mereka menujukan diri.


Itu tidak lama hingga keempat dari mereka mulai terbiasa sembari mendiskusikan hal penting karena jiwa Gabrien dan Theodore belum bisa kembali ke tubuh mereka, karena manna yang terkuras dalam jumlah besar ketika mereka meminjam kekuatan Judas dan Gremio saat melindungi Arista.

Hingga para Guardian memberi tahu jika dengan beristirahat lebih lama akan membuat manna di tubuh mereka sedikit demi sedikit terisi kembali, di tambah keduanya tengah berada dalam perlindungan World Tree, yang dapat mendukung regenerasi manna Gabrien dan Theodore, namun..sampai kapan?

Baik Gabrien dan Theodore ingin cepat kembali ke medan perang. Dan sempat  terjadi sebuah perdebatan kecil hingga..Arista tiba di pondok world tree dan Judas segera memberi tahu keduanya untuk tenang, karena Arista telah tiba di sana.

“..Arista..dia baik baik saja??” Tanya Theodore dan mendapat anggukan seketika dari judas.

“….apa tempat ini adalah tempat yang aman bagi dirinya berkunjung tanpa Four Commander melindunginya?” Gabrien menanyakan itu setelah tahu dari Judas jika Arista datang dengan Levius dan Bell saja.

“…Ya, walaupun dia datang tanpa Roh yang dekat dengannya, beberapa Roh hutan melindungi tempat ini atas permintaan Dryad wanita itu.”

“…Nona Meriel?” Ucap Theodore dengan wajah kebingungan.

“..Benar, banyak sekali kejutan di perang ini.” Ucap Judas. Dibanding Gremio Judas lebih mudah untuk menjawab pertanyaan pertanyaan kedua pangeran ini.


Lalu yang sejak awal banyak terdiam, Gremio mulai berbicara membuka percakapan tentang pembukaan layar sihir di dalam dimensi itu.

“…Aku akan membuka projeksi sihir untuk medan perang jika kalian ingin mengetahui keadaan medan perang saat ini. Akan mudah jika kalian bisa mengobservasi peperangan di tempat ini.”

“…Ah!”

“…hm..!!”

“..Huh? apa? Mengapa kalian begitu terkejut?” Ucap Gremio yang heran mengapa keduanya begitu antusias mendadak.

“…Bisakah anda memperlihatkan Arista? tak apa jika anda memperlihatkannya seklilas!” Ucap Theodore..membuat Gremio sedikit menaikkan satu alisnya. Lalu melirik Gabrien dan Judas di sana.

Judas hanya mengangkat bahu tak terlalu perduli dengan apapun yang akan menjadi keputusan Gremio sebagai adiknya. Namun mata Gremio menatap Gabrien yang sesaat lalu memiliki ekspresi yang sama dengan Theodore, kini seolah menahan semuanya sendiri.

“….Bagaimana denganmu? Apa kau ingin melihat Auristella saat ini?” Ucap Gremio santai, apapun yang akan ia lakukan takkan menyulitkan Gremio sebenarnya. Keputusannya akan ditetapkan setelah Gabrien ikut menyuarakan keinginannya.

“…Jika itu memungkinkan..” Ucapnya ragu. Mengepal sedikit lalu terlihat menatap Gremio serius. Gremio hanya mengangguk anggukan pelan seraya mengangkat tangannya kedepan.

[open]

Swohs*

Sebuah papan transparan membentang . dan perlahan mulai memperlihatkan sesuatu.


Di dalam ruangan kotak dengan nuansa kayu, terdapat Gabrien, Theodore , Teal dan Arista.


“…Tuan Teal?”

“…dia baru saja sadar, sama seperti kalian berdua, ia terkena serangan langsung itu.. beruntung serangan itu tertahan di perlindungan terakhir miliknya hingga tak mengenai Auristella.” ucap Judas.


Kedua pangeran memperhatikan itu hening. Banyak hal yang mereka pelajari dari Arista ketika tubuh asli keduanya tengah memejamkan mata mereka.


Terutama saat Arista terlihat kesulitan menatap sebuah Batu sihir yang kemudian dilelehkan oleh Teal. Dengan percakapan yang sayup sayup nyaris tak terdengar.



Gabrien terkejut..saat yang dipilih Arista pertama kali saat akan memberinya cairan itu adalah dirinya..



Gabrien tak pernah tahu jika Arista memiliki wajah seperti itu saat menatap tubuh terpejam milik Gabrien dengan begitu sendu..namun satu hal yang membuatnya bahagia..dibanding Theodore…Arista memilihnya lebih dulu…


Tidak terlihat, senyuman bahagia yang ditunjukan Theodore hilang saat itu terjadi.. satu satunya suara yang keluar dari mulutnya saat melihat bagaimana Arista melihat gabrien saat itu adalah..
Haahh..” helaan nafas pelan namun sesak seolah mengerti. Ia paham..namun ia tak bisa menyalahkan siapapun disini.


Yang menginginkan melihat Arista di sana adalah dirinya, dan semua itu telah dikabulkan Gremio walaupun hasilnya begitu tak terduga..


Tidak lama..


Ekspresi sendu itu hilang..wajah penuh harap sedikit demi sedikit muncul di wajah rupawan itu. Saat ia melihat dengan usahanya sendiri, Arista mengangkat kepala Theodore ke pahanya.



Namun untuk kali ini saja, seolah sengaja, Gremio mengeraskan suara Arista ketika ia berkata..



“..kepalamu tidak besar, tapi mengapa begitu berat Theo..” dengan ekspresinya yang lucu setelah berhasil membawa kepalanya di pangkuan Arista.


Judas tak sadar jika dirinya mengangkat bibirnya sambil mendengus menahan tawa mendengar itu. Bukan hanya kata kata Arista, namun melihat sang Adik-Gremio sengaja mengeraskan kata kata Arista saat itu, itu tak terduga.


Theodore tidak tertawa mendengar itu,...sebaliknya..perasaan hangat sedikit menyelimutinya, telinganya memerah bahkan melihat Arista memperlakukan Theodore tanpa perbedaan dengan perlakuannya pada Gabrien…

setidaknya..ia Tahu..Arista sangat peduli padanya. Perasaan peduli perlahan akan berubah menjadi sesuatu lebih baik suatu saat. Ia yakin akan hal itu.


Gabrien melirik Theodore yang tersenyum lembut di sampingnya seolah tak memperhatikan keadaan sekitar, kini Gabrien tak menunjukan ekspresi apapun.


Hening hingga Arista dalam layar itu tengah memulai penyembuhan utamanya.


Gremio dan Judas yang tahu sesuatu tentang hal yang melekat pada Gabrien sejak perang pertama, saling melirik satu sama lain, dan Judas segera memberi tanda untuk Gremio tak ikut campur lebih jauh.


“…Nah..kalian sudah melihatnya bukan begitu? Kau tahu apa cairan yang diberikan pada kalian sesaat yang lalu?”


“….aku rasa pernah melihatnya.”
Ucap Gabrien singkat, lalu Theodore menoleh karena ia tak memiliki ingatan apapun pada benda itu.


“…Itu adalah Batu manna, umumnya cairan manna berisi hal yang terbuat dari sihir yang disublimasi menjadi cairan dan di bekukan oleh sihir angin tingkat tinggi. Bahkan jika aku tak tahu apa namanya, batu manna miliknya benar benar di buat oleh Elandor dan Meliana, para Elder Camelenor.”

Ucap Judas menggantikan sang adik menjelaskan.

“…Eh Nyonya Meliana?” Ucap Theodore yang kaget mendengar nama itu.


“..Ho…kau mengenalnya?” Judas terkejut, Theodore memiliki reaksi itu. Gabrien menoleh cepat. 


Ia pernah bertemu dengan Nenek Arista?’

[Author Note: bagi yang lupa, ini chapter saat Meliana bantu sadarin Theo dari sihir pengikat Villma di pelabuhan St.Marine]


“ Beliau membantu Arista saat insiden yang terjadi di Kerajaanku.” Ucap Theodore menjawabnya dengan cara begitu polos, sedikit ia melirik Gabrien yang terdiam tanpa kata sejak tadi.

“…” Gabrien yang mendapati Theodore sedang menatapnya, hanya membalasnya dengan senyuman. Memperlihatkan jika ia tidak terganggu dengan fakta itu.


Sebuah situasi yang begitu menegangkan jika yang berada di sekitar kedua pangeran ini adalah manusia biasa. Beruntung para Guardian tidak bisa merasakan apapun antara emosi keduanya saat ini. 


“ Ya..mari kita hentikan ini, kali ini aku ingin menyampaikan sesuatu..”


“…” Gabrien dan Theodore menoleh tanpa memperpanjang hal yang baru saja terjadi diantara keduanya.

“ seperti yang sudah kami sampaikan, Gabrien mungkin akan sedikit memegang peran lebih besar karena Sihir penyegelan miliknya. Hades Omega sedikit kebal terhadap sihir cahaya dan sihir alam lainnya, karena ia memiliki reistensi tinggi pada elemen itu karena pengalaman nya melawan para dewa yang sebagian besar memiliki atribut cahaya..Ia akan terluka dengan Atribut Void, untuk hal itu Gabrien memiliki 2 kelemahan Hades omega.” Ucap Judas, ia berhenti menjelaskan dan mendekati Theodore saat ini.

Ia berjelan mendekat dan memegang pundak Pangeran itu , menatapnya dengan serius dan mulai bicara.

“ Gabrien takkan bisa melakukan penyegelan sempurna tanpa bantuan mu, aku tak tahu apa yang akan terjadi bahkan mungkin ada hal lain yang lebih berbahaya muncul nanti, namun aku ingin kau tetap ingat, Jika Kau gagal mendukung Gabrien saat itu, Auristella akan menjadi taget empuk saat itu juga.”

“……” Theodore mengeraskan giginya. Ia kemudian bertanya.

“…Yang memiliki resistensi cahaya ..hanya Hades omega bukan begitu? Jika begitu, maksud dari kata katamu barusan, aku hanya perlu menghabisi semua anak buahnya yang mengganggu proses itu bukan?”

“…benar, tapi kau tak usah khawatir..manna dalam tubuh kalian saat ini sangat besar berkat bantuan Auristella, itu memudahkan kami menyalurkan banyak kekuatan pada tubuh kalian secara bertahap..”


“…Aku mengerti..” Ucap Theodore. Sejak awal ia tahu, baik dirinya dan Gabrien memiliki peran sebagai ujung tombak dalam perang ini.


Jika sebelumnya Theodore di datangi Judas, kini Gremio berjalan mendekati Gabrien. Ia berkata.

“…proses penyembuhan Auristella pada tubuh kalian berdua sepertinya sudah selesai, jangan menyia nyiakan waktu, dan terima ini.”

“…?” Gabrien terkejut menerima nya dari Gremio.

Begitu juga Judas yang memberi sesuatu pada Theodore.

“…Terimakasih.” Ia merespon cukup cepat tepat setelah ia menyadari yang diberikan kedua Guardian itu adalah sebuah pakaian yang sama dengan apa yang mereka pakai sebelumnya.

“…Kami mendapatkannya dari sang Dewi, ia berkata telah menciptakannya sama dengan apa yang biasa kalian pakai selama perang..tentu pakaian ini takkan mudah hancur seperti apa yang kalian kenakan sebelumnya.” Jelas Judas membuat Gremio tersenyum.

“..Sang dewi benar benar memperhatikan kalian.. jadi jangan mengacau dan menangkan perang ini.”


“…Ya Gremio benar, dan pertemuan ini harus segera berakhir..tubuh kalian telah siap menerima jiwanya kembali.” Ucap Judas.

Gabrien dan Theodore mengangguk. Keduanya memejam mata. Pada akhirnya…yang mereka lihat dalam proyeksi sihir hanya tentang Arista.. 


*

*

Arista Pov*

Sebuah cahaya muncul di belakang tubuhku saat aku akan berjalan ke pintu keluar menemui Teal, Levius dan Bell setelah melakukan penyembuhan pada Theodore dan Gabrien.

Aku dengan spontan membalikkan tubuhku dengan mata menyipit karena silau di dalam sana.


“….Ah…” suara yang keluar pertama kali begitu memalukan, aku tanpa sadar menganga seperti seorang yang kehilangan arah dalam perjalanan.


Di hadapanku, Theodore dan Gabrien baru saja membenahi posisi mereka dengan tubuh..maksudku dengan pakaian yang entah dari mana datangnya..keduanya tiba tiba telah menggunakan pakaian perang mereka..

Aku tahu, kali ini mungkin aku terlihat begitu bodoh hingga keduanya bisa saja tertawa melihat ekspresiku yang belum sempat berubah karena terkejut.


“…Kami ..Kembali.” Ucap Gabrien sedikit menunjukan ekspresi  lama itu…ekspresi yang kurindukan ketika hubungan kami belum menjadi rumit…itu…membuatku terpaku.


Wajah terpejamnya beberapa saat yang lalu membuatku lemas, rasanya seperti mimpi mengingat wajah itu pernah berada begitu dekat denganku.begitupun dengan Theodore yang sempat ku maki karena tubuhnya begitu berat tanpa bantuan Teal .


“ Ah..Terimakasih Dewa…aku tak pernah berfikir kalian akan sadar secepat ini..” dengan memejam aku mengepal kedua tanganku di dada. Berterimakasih pada para dewa karena aku percaya semua ini pasti adalah takdir yang telah di tuliskan.


Theodore tersenyum..ia berjalan dan mendekat..

Tap*


Tangan kokoh itu menyentuh kedua tanganku. Aku hanya bisa menatapnya. Ia tersenyum..apa ia mendengar apa yang kukatakan ketika ia memejamkan mata tadi?

“…Mari kita kembali ke medan perang bersama sama.”

“…” Gabrien menatap perlakuan Theodore dalam diam, lalu memalingkan wajahnya seolah ia tak pernah melihatnya. Arista melihat itu…dalam hatinya kecewa..

‘ ……padahal..aku ingin membalas senyumannya.’


Next? Diupload hari ini.

Continue lendo

Você também vai gostar

822K 73.1K 32
Ini adalah kisah seorang wanita karir yang hidup selalu serba kecukupan, Veranzha Angelidya. Vera sudah berumur 28 tahun dan belum menikah, Vera buk...
470K 15K 30
[BOOK 1] Keryl Arsena, gadis berusia 16 tahun itu tidak pernah "baik-baik saja" ketika melihat darah, tubuhnya akan menimbulkan suatu reaksi aneh yan...
2.3M 65.8K 8
[Réincarnation Series #3] #1 - Fantasy Aku terbangun dari kematian, dan aku tak paham sebenarnya apa yang terjadi saat ini. Hanya satu hal yang dapat...
188K 15.5K 84
"Aku terlahir kembali menjadi putri athanasia dan masuk ke dalam dunia novel lovely princess" . . . "tapi aneh...." "seingat ku athanasia berada di i...