Setelah resepsi digelar di siang hari, di malam harinya ada pesta. Masih di hotel yang sama tapi dengan nuansa yang berbeda. Nuansa malam ini lebih cenderung kearah pesta tempat orang dewasa, dimana banyak disajikan minuman beralkohol, juga orang orang yang pada dansa.
Chaera sendiri cuma duduk sendirian sambil nonton Felix sama Chaewon yang lagi dansa. Gak berniat gabung soalnya gak ada pasangan. Jeongin gak bisa dateng, mamanya masuk rumah sakit katanya.
Sebenernya ada Jisung, cuma Chaera gak mau. Jisung yang hiperaktif dan gak bisa diem bakal bahayain Chaera yang lagi hamil nanti.
"Ra, gak mau makan apa gitu? Lo gak laper?" Tanya Jisung
Chaera menggeleng, "Nggak, Kak. Gue masih kenyang."
Gimana gak kenyang kalau tadi siang aja Chaera makan banyak banget. Semua menu dicobain. Sampe Jeongin Capek sendiri harus bolak balik ambilin Chaera makanan. Tapi Jeongin ga masalah sih. Malah suka dia direpotin sama Chaera.
"Murung banget kenapa sih? Harusnya bahagia, kan ini nikahan kakak lo. Daritadi sedih ulu. Ada apa gerangan adek tersayang ku." Kata Jisung yang langsung dapet tabokan maut dari Chaera.
"Najis tolol." Chaera natap sekelilingnya dimana ramai orang lagi dansa sama pasangannya masing masing.
"Kak Jeongin gak ada. Gak tau kenapa gue mau sama Kak Jeongin kali ini." Chaera nundukin kepalanya
"Heh, beneran suka lo sama dia? Jangan deh, Ra."
"Bukan suka, hanya saja gue kan terbiasa sama dia. Ya semenjak dia pindah, gue nempel mulu sama dia. Dia selalu peduli sama gue, juga anak gue. Mungkin anak gue jadi sayang sama dia. Jadi anak gue mau Jeongin ada disini."
"Anaknya atau bundanya nih yang mau Jeongin disini?" Tanya Jisung sambil naik turunin alisnya.
Entahlah, Chaera sendiri juga gak ngerti kenapa rasanya sepi banget kalo Jeongin gak disini. Mungkin karena Chaera terbiasa sama kehadiran Jeongin, jadi sekalinya Jeongin gak ada, rasanya berbeda banget.
"Gue ke kamar mandi dulu ya." Kaya Jisung kemudian ninggalin Chaera.
Chaera cuma diem, nikmati musik yang diputar. Sampai akhirnya seseorang datang.
"Kim Chaera, pertanyaan saya siang tadi belum kamu jawab." Tanya Chan.
Chaera muter bola matanya males. Kesel banget ya sama ini orang. Dulu aja pas dia masih ada dan masih peduli, gak dianggap. Sekarang giliran mau pergi ditahan. Maunya apa coba.
"Kalau aku gak jawab, kamu udah tau kan artinya?" Chaera malah nanya balik.
"Ra—"
"Cukup ya, Chan. Aku lagi pengen sendiri. Tolong pergi darisini."
Chan meringis. Rasanya aneh aja denger Chaera manggil dia pake namanya. Padahal biasanya pake 'om'. Rasanya gak nyaman.
"Tolong panggil saya seperti biasa, Chaera. Saya gak nyaman kalau kamu manggil saya pake nama." Pinta Chan.
"Oke. Jadi gini, aku lagi pengen sendiri, Om. Aku lagi gak mau diganggu. Om pergi aja sana sama Kak Jihyo. Biasanya juga sama dia kan."
"Jihyo lagi gak ada. Tolong jawab dulu pertanyaan saya, Ra. Sebelum kamu jawab saya gak akan pergi."
Chaera meremas dress yang dia pake. Pengen marah tapi ini lagi di tempat rame.
"Bukannya Om sendiri yang dulu minta aku buat pergi? Om sendiri kan yang bilang bahwa Om pengen aku menjauh karena pengen menjaga perasaan Kak Jihyo. Yaudah, aku turuti kemauan Om. Tapi kenapa malah Om yang sekarang gak ngebolehin aku pergi? Labil banget kaya abg!" Bentak Chaera
"Saya gak mau munafik, saya butuh kamu. Saya gak bisa apa apa tanpa kamu, Ra. Jujur aja rasanya hampa pas kamu ngehindarin saya selama dua minggu ini. Saya pengen kamu balik."
"Balik? Sebagai apa? Sebagai asisten Om lagi?"
Chan bungkam. Dia sendiri gak tau mau Chaera balik dengan status Chaera sebagai asisten nya atau yang lain. Intinya Chan cuma pengen Chaera balik. Chan frustasi diabaikan terus menerus. Ya walau ini salah dia sendiri.
"Kalau iya, ngga deh. Aku gak minat. Udah ada yang perlakuin aku dengan baik. Selalu peduli sama aku juga anak aku. Jadi mending aku sama dia aja daripada sama Om yang bisanya nyakitin doang."
"Jeongin maksud kamu?" Tanya Chan dengan nada gak suka.
"Iyalah. Siapa lagi?"
"Dia terlalu baik buat kamu, Ra."
"Aku juga terlaku baik buat sekedar dijadiin asisten. Keputusanku udah bulat, Om. Aku gak akan ngurusin Om lagi. Toh Om bukan anak kecil lagi kan? Om bisa ngurus diri Om sendiri. Lagipula sekarang ada Kak Jihyo juga jadi aku rasa keberadaanku disana gak penting."
Chaera berdiri, mau pergi tapi tangannya ditahan sama Chan.
"Kalau saya mulai percaya bahwa kamu ini istri saya gimana?"
Chaera langsung kaget. Jantungnya berdetak dua kali lipat lebih cepat. Apa iya Chan mulai ingat tentang dirinya?
"Jangan bohong. Aku tau Om ngomong kaya gitu biar aku balik lagi."
"Saya serius, Ra."
"Kak Jihyo gimana?"
"Saya bakal tetap menikahi dia. Kalau memang ternyata terbukti kita berdua pernah nikah, saya bakal nikahin Jihyo secara agama saja. Kasarnya hanya sebagai istri siri. Kalaupun dia mau dinikahi secara hukum juga, dia harus minta persetujuan kamu dulu."
Duh, bangsat :)
Chaera kira Chan bakal ninggalin Jihyo terus balik lagi sama dia. Eh taunya bakal tetep dinikahin.
Chan genggam tangan Chaera dan ngebawa Chaera ke lantai dansa. Chan letakin tangan Chaera di bahunya sedangkan tangannya meluk pinggang Chaera.
"Om mau ngapain? Aku gak bisa dansa."
"Saya ingin. Jangan nolak, Ra."
Chaera bergerak agak gak nyaman. Dia gak bisa dansa. Mana dilihatin banyak orang. Kan malu.
"Rileks aja. Ngga usah malu. Cukup nikmati alunan lagunya." Kata Chan.
Chaera cuma diem. Dia sendiri masih bingung kenapa Chan tiba tiba ngajakin dia dansa. Orang orang mulai minggir, ngebiarin Chan sama Chaera jadi dua orang spesial dalam acara ini selain Chaewon dan Felix.
Chan natap intens Chaera yang lagi natap ke arah lain. Chan kangen Chaera. Dia gak bisa memungkiri itu. Chan megang tengkuk Chaera dan mulai deketin wajahnya. Sayangnya Chaera nolak dengan ngedorong Chan kuat.
Tanpa ngomong sepatah kata apapun, Chaera pergi darisana. Ninggalin Chan yang lagi diam ditempat.
Chaera pergi ke tempat barista. Dia haus. Selain itu dia pengen minum sesuatu buat nyegarin pikirannya yang lagi kacau akibat ulah Chan.
"one glass of orange juice please." Pinta Chaera
"Hanya itu? Anda tidak mau mencoba red wine? Atau tequilla mungkin?"
Chaera menggeleng kemudian ngusap perutnya.
"No, I'm pregnant."
Barista itu mengangguk paham kemudian nyiapin segelas orange juice buat Chaera.
"Halo, Nona. Sendirian?" Sosok cowo yang entah siapa tiba tiba duduk di sebelah Chaera
"Menurut lo?"
"Duh, galak banget. Santai aja, gue gak akan ngapa ngapain. Btw, nama gue Lee Jeno, temennya Chaewon. Lo adeknya kan?"
Chaera gak pengen jawab karena minumannya udah dateng. Dia langsung neguk cairan yang mengandung vitamin C itu sampai habis ga bersisa.
"Lucu ya, anak kecil kaya lo dateng ke pesta nya orang dewasa gini." Kata Jeno
Chaera nengok, "Gue udah 19 tahun asal lo tahu."
"Oh, udah cukup umur. Gue kira masih bocah soalnya minumnya orange juice."
Chaera langsung melotot. Cuma gara gara dia minum orange juice Chaera dikira masih bocah.Chaera merhatiin Jeno yang lagi minum segelas red wine punya dia. Setelah Jeno selesai, Jeno natap Chaera.
"Wanna try?" Tanya Jeno
"I'm pregnant, Mr. Lee."
"Oh, I see. Cuma sedikit ga akan bahayain janin lo. Minum aja meski cuma segelas. Ini enak kalau lo penasaran gimana rasanya."
Chaera kemudian mesen satu gelas red wine. Entahlah, Chaera cuma penasaran aja rasanya kaya gimana. Chaera lupa kalau toleransinya terhadap alkohol rendah.
Tbc