Suasana apartemen Chan mendadak jadi mencekam. Setelah Chan nemuin dokumen akta nikah di lemarinya, dia ngebawa Chaera juga Jihyo buat nanyain apakah dokumen itu asli atau palsu.
Chan sendiri masih berdiri dengan ngelipet tangan didepan dada nungguin dua orang didepannya nyampein argumennya.
"Gue tanya sekali lagi, ini dokumen asli atau palsu?" Tanya Chan
"Asli."
"Palsu."
Oke, dua jawaban berbeda kembali Chan dapetin. Cowo berumur 30 tahun itu ngusap wajahnya kasar.
"Itu adalah bukti paling kuat yang menunjukan bahwa kita berdua pernah menikah, Christopher! Aku capek harus selalu ngingetin kalau aku ini istri kamu. Aku lagi hamil anak kamu. Kamu ga pernah percaya. Kamu ngusir aku karena mantan kamu ini. Oke aku terima. Aku biarkan kamu tetap sama dia sampai kondisi kamu membaik. Tapi apa? Kamu bahkan gak ada usaha sama sekali buat ngembaliin ingatan kamu." Kata Chaera berapi-api.
Bahkan anak itu udah berani manggil Chan pake namanya. For the first time.
"Kamu seorang CEO dari perusahaan besar. Kami pasti pintar. Kamu pasti bisa bedain mana dokumen palsu dan mana yang asli. Kamu punya mata buat bisa meneliti juga kan?" Suara Chaera meninggi sedangkan Chan masih diem di tempatnya.
"Ra, sabar. Tenang dulu, jangan marah marah." Gyuri ngusap punggung Chaera pelan.
"Dia bohong, Chan! Cewe licik ini udah masukin dokumen palsu itu ke lemari kamu. Dia pura pura baik didepan kamu biar kamu terlena dan akhirnya jatuh ke perangkapnya. Cewe murahan ini mencoba ngerebut kamu dari aku! Jalang ini—"
"PARK JIHYO!"
Plak.
Satu tamparan mendarat di pipi kiri Jihyo.
Emosi Chaera udah gabisa ditahan lagi. Bisa bisanya ngatain Chaera cewe murahan padahal dia sendiri yang murahan.
"CHAERA!"
Chan ngedorong Chaera kenceng. Untung Minho sama Gyuri udah siaga dibelakang Chaera soalnya mereka ngerti, hal kaya gini pasti terjadi.
"Chan, sadar! Chaera lagi hamil!" Pekik Minho
"GUE GAK PEDULI!"
Chan natap Chaera penuh amarah. Sedangkan Chaera yang hatinya lagi tercabik mencoba nahan tangisnya. Engga, dia ngga mau nangis lagi didepan Chan. Udah terlalu banyak air mata yang Chera keluarin cuma karena Chan.
"Chan, lo mau mencelakai anak lo sendiri?" Tanya Gyuri.
Chan mendecih pelan, "Anak gue? Lo yakin anak yang dia kandung itu anak gue? Hei, Chaera juga sering bersama Jeongin. Ga menutup kemungkinan kalau anak yang dia kandung adalah anak Jeongin kan? Ah, kasian sekali janinnya."
"CHRISTOPHER, CUKUP!" Chaera teriak kenceng.
Untuk yang pertama kalinya Chan denger Chaera teriak didepannya. Juga wajah penuh amarah punya Chaera yang ga pernah Chan lihat sebelumnya.
Chan jelas kaget. Chaera ini orangnya sabar dan lemah lembut banget. Tapi ternyata kalau marah ngeri juga.
"Jangan pernah hina anak aku! Kamu gak mau ngakuin anak ini? Oke! Aku juga gak butuh pengakuan dari ayah serta suami yang ga bertanggung jawab seperti kamu, Christopher Bang." Chaera nunjuk Chan lake telunjuknya yang udah bergetar.
"Aku gak butuh kamu. Aku bisa ngebesarin anak ini sendirian. Kamu mau nikahin mantan kamu ini kan? Kalau itu yang kamu mau, aku bakal turutin. Aku bakal gugat cerai kamu secepatnya."
Gyuri sama Minho langsung kaget denger kalimat Chaera. Tapi mau gimana, mereka berdua gak ada hak buat ikut campur urusan rumah tangga Chan meski mereka berdua adalah sahabatnya Chan.
Jihyo ngedorong Chaera kemudian ngambil dokumen akta nikah di meja.
Jihyo kemudian nyobek nyobek dokumen penting itu. Ngebuat seisi ruangan kaget karena aksinya.
"Jihyo itu dokumen penting!" Pekik Gyuri.
"Gue gak peduli mau ini dokumen oenting sekalipun. Lo udah terlalu masuk kedalam kehidupan Chan, Chaera! Dan sekarang, gue sebagai calon istrinya Chan dengan tegas mengusir lo! Jangan pernah menginjakan kaki lo di apartemen ini lagi!" Teriak Jihyo.
Chaera senyum sarkas kemudian ngusap air matanya yang entah sejak kapan udah membasahi pipinya. Chaera jalan kearah Chan dan berhenti tepat di depan Chan.
Tangan Chera bergerak meremas kuat bahu Chan yang baru aja pulih. Nyalurin segala perasaan sedih, juga kemarahan nya. Sedangkan Chan cuma bisa meringis nahan sakit. Dia bisa ngerasain gimana perasaan sedih juga kemarahan yang bikin cengkeraman Chaera di bahunya ini semakin lama semakin kuat.
Cukup, Chan gak kuat ngerasain sakit.
Cowo itu menghempas kasar tangan Chera dari bahunya.
"Setelah ini jangan pernah cari aku lagi. Jangan pernah minta bantuan aku lagi. Aku sepenuhnya bakal pergi dari kehidupan kamu. Aku gak mau lihat wajah kamu barang sebentar. Silahkan lakukan semuanya sendiri setelah ini. Aku bakal pergi. Selamat tinggal." Kata Chaera
Chaera berbalik, tapi tangannya ditahan sama Minho
"Ra, please jangan kaya gini." Pinta Minho.
Chaera dengan wajah datar nurunin tangan Minho dari tangannya.
"Maaf Kak, gue udah capek. Gue manusia dan punya batas kesabaran. Setelah ini, jangan manggil gue dengan sebutan 'istrinya chan' lagi karena gue bakal ngelepas status itu secepatnya. Gue pergi."
Chaera ninggalin apartemen Chan tanpa nengok sedikitpun.
Chan ngacakin rambutnya kasar. Kenapa semuanya makin rumit begini?
Urusan Chan belum selesai dan Chan masih butuh Chaera.
"Lo liat apa yang udah lo lakuin? Lo liat Chan?! Tega banget ya lo ngelakuin itu. Inget, karma masih ada. Gue sih berharapnya lo menderita setelah ini." Kata Minho sambil natap tajam Chan.
Sedangkan di apartemen Chaera, Jeongin yang lagi main sama Minwoo terkejut setelah Chaera dateng dan ngebanting pintu.
Bukan cuma itu, cewe itu ga ngomong sepatah kata apapun dan langsung masuk kedalam kamar.
Jeongin jadi berasumsi bahwa terjadi pertikaian besar di apartemen Chan. Tadi Jeongin samar samar denger suara teriakan soalnya.
"Kak Jeje, kakak cantik kenapa?" Tanya Minwoo
Jeongin menggeleng, "Kak Jeje juga gak tau, Minu. Kamu disini sebentar ya, kakak mau nemuin kakak cantik dulu."
Jeongin mindahin Minwoo yang semula dia pangku jadi duduk di sofa.
Jeongin ngetuk pintu kamar Chaera. Tiga kali, tapi gak ada jawaban. Samar samar Jeongin denger suara isakan. Chaera nangis. Jeongin mendadak panik setengah mati.
"Ra, buka pintunya! Kamu kenapa?! Chaera??" Jeongin mencoba buka pintu, sayangnya gak bisa karena pintunya dikunci sama Chaera.
"Tolong tinggalin aku, Kak. I need some alone time." Kata Chaera pelan.
"Nggak, aku gak akan ninggalin kamu, Ra. Ayo cerita aja ke aku. Luapin semua emosi kamu ke aku. Jangan kaya gini, Ra. Aku takut kamu ngelakuin hal aneh aneh." Jeongin masih berusaha ngebuka pintu kamar Chaera.
"Aku gak akan ngelakuin hal aneh aneh. Masih ada adek yang harus aku jaga. Aku mohon, Kak. Aku butuh waktu sendirian."
Jeongin menghela nafasnya kasar. Jeongin akhirnya nyerah buat berusaha buka pintu kamar Chaera.
"Aku selalu ada disini, Ra. Aku gak akan pergi dari depan pintu sebelum kamu bukain. Aku bakal tetep nemenin kamu darisini."
Chaera gigit bibir buat nahan isakannya. Ya Tuhan, Jeongin ini soft banget. Baik banget, juga sangat tulus sama Chaera. Hanya saja Chaera gak mau bersama Jeingin. Jeingin terlalu baik buat dia.
Chaera duduk dikasurnya sambil nangis. Akhirnya dia menyerah juga. Chaera udah ga kuat nahan rasa sakitnya. Sekarang, Chera bener bener nyerah. Chaera bakal mencoba untuk sepenuhnya ngelepasin Chan dan ngebiarin suaminya itu dapetin kebahagiaan nya sendiri.
Ah, nggak. Chaera gak akan dengan segampang itu ngelepasin suaminya.
Chaera ngusap air matanya. Cewe itu natap pantulan dirinya di cermin sambil senyum sarkas.
Chaera emang kelihatan menyedihkan. Tapi sebenernya gak semenyedihkan itu.
Chaera jalan kearah lemarinya kemudian ngebuka lemarinya. Nyari sesuatu.
Dia nemuin dokumen penting. Dokumen akta nikah. Lebih tepatnya akta nikah yang asli. Yang udah sobek ga berbentuk tadi itu yang palsu.
Jihyo emang licik, sayangnya Chaera gak sebodoh itu buat ga paham tentang permainan Jihyo. Otak jeniusnya dengan gampang mengenali setiap gerak gerik Jihyo juga nyusun rencana sedemikian rupa buat ngehancurin Jihyo sampai gak berbentuk.
"Gue akan diam diam ngehancurin lo darisini. Tunggu aja tanggal mainnya."
—Tbc
Huhu maaf ya update nya lama ༎ຶ‿༎ຶ
Gue kelas 12 guys, jadi sibuk banget mikirin tugas sama utbk, semoga kalian paham :)
Tapi gue akan berusaha sebaik mungkin biar ini cerita ga lama update nya.
Vomentnya yaa~