ANTI-FAN! [COMPLETED]

By naylaavia

57.8K 8.2K 535

Dirinya tidak menyukai pria itu, sungguh! Lihat saja pantat ayamnya itu. Lebih terlihat seperti bokong ayam m... More

Prolog
1. Oopsie!
2. Act Weird
3. Help Me!
4. Run Away
5. Friendship
6. Dinner?
Special
7. Drama
8. A Plan
9. Meet Up
10. First Day
11. First Job
12. Argh ... My Eyes!
13. Allergy
14. Spoiled Prince
15. Fantastic Four ft. The Girls
16. Truth or Dare?
17. Paparazzi
18. I'll Do Anything for You
19. Sakura's Worries
20. Dating
21a. The Day Before The Nightmare
21b. The Day Before The Nightmare
22. Gala Premiere
23. Miroku Shion
25. Closure - End
Epilog
Bonus

24. Decision

1.4K 225 30
By naylaavia

─┈┈┄┄╌╌╌╌┄┄┈┈─

why'd I have to break, what I love so much?

───┈┈┄┄╌╌╌╌┄┄┈┈───
 

 
   

         
 
 

        Sakura dan Kakashi pergi meninggalkan Sasuke yang masih berdiri sendirian di lorong. Sebuah pintu terbuka memperlihatkan sosok Toneri, "Sasuke? Kau tidak masuk? Mana Sakura?"

Pria bermarga Uchiha itu memilih untuk mengabaikan pertanyaan Toneri. Ia lalu berjalan menuju posisi rekan kerjanya berdiri, dan masuk ke dalam ruangan yang sama. Di dalam ruangan tersebut sudah ada Amaru juga Shion yang duduk di sebuah sofa.

"Kenapa kau hanya sendirian? Mana dia?" Amaru mendecih, dia bahkan tidak sudi untuk menyebutkan nama Sakura menggunakan mulutnya.

"Bukan urusanmu," balas Sasuke dingin.

"Tapi, dia yang—"

"Biar aku yang mengurusnya. Kita hanya perlu melihat CCTV dan membuktikan bahwa Sakura tidak bersalah, bukan?" Sasuke mendudukkan dirinya di samping Toneri. Posisi mereka berempat kini saling berhadapan. Shion dan Amaru duduk di hadapan Sasuke juga Toneri, terbatasi oleh sebuah meja kecil.

"Bilang saja dia sangat ketakutan sampai-sampai menyuruh Sasuke untuk menggantikannya," Amaru bergumam teramat pelan. Namun, Shion yang ada di sampingnya masih bisa mendengar perkataan tersebut.

Shion menepuk paha Amaru, "Jangan berkata seperti itu, Maru ... mungkin saja Sakura sedang merasa tidak enak badan."

"Ck! Ayolah, Shion. Itu pasti hanya akal-akalannya saja karena takut apabila dia benar terbukti bersalah."

"Aku tahu dia bukan orang yang seperti itu ... Sakura mungkin saja masih merasa kesal terhadapku, jadi dia memilih untuk datang kemari," Shion berujar dengan lirih. Nada suaranya terdengar sangat menyedihkan sehingga membuat Amaru memilih untuk diam, tidak menimpali.

Tok, tok!

Suara pintu yang diketuk membuat keempatnya menoleh ke arah benda persegi panjang tersebut. Sasuke mempersilahkan orang yang mengetuk masuk, lalu nampaklah seorang pria dengan membawa laptop di tangan kanannya.

"S-saya sudah membawa bukti rekaman CCTV-nya ...." pria itu berujaran dengan gugup. Ia nampak terintimidasi oleh orang-orang penting yang berada di dalam ruangan itu.

"Cepat tunjukkan!" sentak Amaru.

"B-baiklah."

Lelaki dengan rambut cokelat itu pun menaruh laptopnya di atas meja kecil. Ia memasangkan sebuah external hard disk pada laptop, memilih salah satu folder yang dinamai 'CCTV', dan membuka sebuah file video terbaru untuk ditunjukkan.

Layar laptop pun berubah tampilan menjadi sebuah video yang menampilkan sosok Sakura di dalamnya. Perempuan merah muda itu nampak sedang menikmati sebuah makanan yang terjajar di atas meja. Lalu, tak lama kemudian terlihat sosok Shion yang mendekati Sakura.

Sasuke, Amaru, dan Toneri memerhatikan video itu dengan serius. Sementara di lain sisi, ada Shion yang sedang berharap-harap cemas. Terlihat dari telapak tangannya yang saling menggenggam dan berkeringat.

Semua yang ditampilkan dalam video nampak biasa-biasa saja. Sampai suatu ketika, hal yang tidak Sasuke duga dilakukan oleh Sakura.

     
 

        
   
   

***
     
 

   
    
    
   

          Sakura dan Kakashi baru saja sampai di apartment Sasuke. Lelaki berambut keperakan itu membantu Sakura mendudukkan diri di sofa.

Sakura menyandarkan kepalanya pada punggung sofa. Hari ini berlalu dengan sangat melelahkan. Sakura ingin berhenti dan beristirahat sejenak. Tapi, ia belum diperbolehkan untuk melakukan hal tersebut. Masih ada hal lain yang menunggu di suatu tempat. Kejelasan akan perihal yang terjadi tadi tentang siapa yang bersalah. Dan, Sakura harap kejahatan Shion tadi dapat terungkap.

Sakura tahu persis orang seperti apa Shion itu. Manipulatif. Harus selalu mendapatkan apa yang dia inginkan, dan akan melakukan segala cara guna mendapatkannya. Beruntungnya, dia memiliki power untuk melakukan hal tersebut.

Manik hijau yang terpejam itu terbuka saat mendengar suara keramik yang beradu dengan meja. Matanya memerhatikan Kakashi yang menaruh segelas teh hangat untuknya. "Terima kasih, Kakashi ...."

Kakashi tersenyum tipis sebagai balasan, "Sama-sama."

"Apakah sudah ada kabar dari Sasuke?"

"Belum. Kurasa mereka ma—"

Drrtt!

Perkataan Kakashi terpotong oleh suara getaran ponsel yang berasal dari kantong celana hitamnya. Ia bergegas mengangkat panggilan suara tersebut begitu matanya menangkap nama yang tertera di layar ponsel. "Bagaimana?" Kakashi perlahan melangkah menjauhi Sakura. Ia pergi keluar dari kamar apartment Sasuke tanpa menutup pintunya dengan rapat.

"... kau yakin?"

"... hm."

"... ya, baiklah."

Samar-samar, Sakura dapat mendengar apa yang dibicarakan oleh Kakashi dari balik telpon. Meskipun ia tidak tahu apa yang sedang pria itu bicarakan, sepertinya terdengar cukup penting.

Tak lama kemudian, Kakashi kembali masuk ke dalam dengan tergesa-gesa. "Sakura, dengar. Aku harus kembali pergi karena ada urusan penting."

"Ada apa, Kakashi? Apakah tadi Sasuke yang menghubungimu? Semuanya baik-baik saja, bukan?"

"Kau tidak perlu khawatir."

"Tap—"

Kakashi berjalan mendekati Sakura. Tangannya memegang kedua bahu wanita itu, "Sakura, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Selama aku pergi, kunci pintunya. Jangan biarkan siapapun masuk ke dalam, tunggu sampai aku atau Sasuke kembali kemari. Kau mengerti?"

Sakura memilih untuk mengangguk mengiyakan saja. Disaat seperti ini, lebih baik bertingkah sebagai anjing penurut daripada menjadi perusuh yang membuat keadaan semakin keruh.

"Bagus. Aku akan segera kembali."

Sakura mengangguk kecil, "Hati-hati."

Kakashi menepuk puncak kepala Sakura sekilas sebelum bergegas pergi dari sana. Meninggalkan Sakura sendirian dalam perasaan yang entah mengapa ... sulit dijelaskan. Dia merasa kejadian ini terlalu runyam, aneh, dan menyebalkan.

Selama beberapa menit, Sakura masih terdiam dalam posisinya. Ia kemudian bangkit dan berjalan menuju kamarnya, berniat untuk membersihkan diri karena sudah merasa tidak nyaman lagi dengan gaun yang dipakainya.

Satu persatu helai pakaian jatuh ke lantai dingin kamar mandi. Tetesan air dingin dari shower membelai lembut tubuh polosnya. Pikirannya terasa lebih ringan begitu kepalanya bersentuhan dengan air. Ini yang ia butuhkan sedari tadi, pikiran tenang dan badan segar. Beberapa menit di dalam sana, Sakura akhirnya memutuskan untuk keluar dari kamar mandi. Terlalu lama bermain air juga tidak baik untuk kesehatannya, apalagi langit sudah gelap. Dia bisa saja terserang flu.

Selembar handuk membalut tubuhnya ketika Sakura keluar dari kamar mandi. Tetesan air dari rambutnya yang basah membuat jejak kecil di setiap langkahnya. Sakura mendudukkan dirinya di hadapan meja rias. Manik hijaunya menatap refleksi dirinya yang ditampilkan oleh cermin. Cukup lama Sakura berdiam diri tanpa melakukan apapun. Hingga sebuah suara getaran dari dalam tas membuatnya berdiri.

Sakura berjalan menghampiri tasnya yang tergeletak di atas nakas. Tangannya masuk ke dalam benda berwarna kemerahan itu, mencari sang pelaku yang terus bergetar sedari tadi.

"Ino? Ada apa?" Sakura kembali mendudukkan dirinya di hadapan meja rias.

"Sakura? Kau tidak melakukan itu, 'kan?" Ino langsung menodong Sakura dengan beberapa pertanyaan.

Perempuan berambut merah muda itu nampak kebingungan mendengar pertanyaan yang baru saja dilontarkan oleh sahabatnya. "Melakukan apa, Ino? Aku tidak mengerti."

"Video mengenai dirimu yang menyiram jus pada Shion sedang menjadi trending topic malam ini! Itu bukan kau 'kan, Sakura?"

Sakura memijit pelan pelipisnya yang seketika berdenyut nyeri mendengar penjelasan dari Ino. "Oh, ya Tuhan ... benar-benar wanita licik itu ...."

"Sakura?"

"Tidak, Ino ... aku tidak melakukan hal menjijikkan seperti itu," Sakura menggeleng meskipun dia tahu bahwa Ino takkan bisa melihatnya.

Terdengar helaan napas dari seberang sana, "Baiklah. Aku percaya pada apa yang kau katakan," Ino terdiam sejenak. "Coba kau lihat terlebih dahulu video yang sudah kukirimkan. Bagaimana hal itu bisa terjadi?"

Drrtt!

Ponsel Sakura kembali bergetar. Kali ini sebuah pesan berupa video dari Ino. Dengan segera, dia men-download video tersebut dan menontonnya. Isi dari video itu berupa potongan rekaman CCTV yang nampaknya telah tersebar di internet, menunjukkan adegan di mana Shion tersiram cairan jus kemudian jatuh ke lantai. Video berdurasi sepuluh detik yang sudah dapat Sakura pastikan merupakan hasil rekayasa itu, memperlihatkan bahwa dirinyalah yang telah menumpahkan jus tersebut pada Shion. Entah bagaimana caranya Shion merekayasa semua hal tersebut, yang pasti kejadian tadi telah terencana dengan baik.

Gerakan tubuhnya yang hendak mencegah kelakuan gila Shion, di-edit sedemikian rupa sehingga dia terlihat dengan sengaja menumpahkan jus anggur pada sang aktris. Dan, rekaman videonya berakhir tak lama kemudian ketika Shion jatuh ke lantai.

"Awalnya aku sedang bersantai di meja tempat makanan berada, menunggu Sasuke yang sedang sibuk dengan urusannya. Namun, Shion tiba-tiba saja datang menghampiriku ...." dengan begitu, mengalirlah cerita Sakura pada Ino.

Setelah Sakura menyelesaikan ceritanya, ia bertanya, "Apa yang harus kulakukan sekarang, Ino? Semuanya menjadi kacau. Mungkin aku memang tidak seharusnya datang ke acara itu ... mungkin seharusnya aku tidak bersama Sasuke. Ino ... bagaimana ini? Aku lelah jika harus terus menghadapi kejadian seperti ini hingga ke depannya," Sakura mendudukkan tubuhnya yang terasa lemas di atas ranjang.

"Sakura ... kau tenang dulu, oke? Apakah aku perlu pergi ke sana untuk menemanimu, hm?"

"Tidak apa, Ino. Aku hanya sedang merasa ... kacau. Masalah seperti selalu terus berdatangan semenjak aku berhubungan dengan Sasuke, semenjak aku tahu namanya! Oh, Tuhan ... bahkan saat itu dialah penyebab aku kehilangan pekerjaan," ini jadi sedikit lucu. Jika dipikir-pikir, setiap saat namanya dan Sasuke digabung, maka hal yang tidak menguntungkan selalu terjadi, menimpanya. Atau mungkin keduanya. Mulai dari dirinya yang kehilangan pekerjaan; Sasuke yang tersiram jus strawberry; tragedi merah di supermarket; kasus kejar-kejaran bersama warga yang videonya tersebar luas di internet, awal mula tumbuhnya kebencian fans Sasuke padanya; dan masih banyak lagi hingga kita sampai pada kejadian saat ini. Puncak permasalahan yang diakibatkan oleh dirinya dan Sasuke. Ha. Lucu sekali. Semesta seakan-akan sedang bersekongkol untuk berusaha memisahkan dirinya dan Sasuke.

Apakah mungkin sekarang adalah pertanda, di mana hubungan antara dirinya dan Sasuke harus selesai? Sakura pikir begitu.

"Ino ... apa sebaiknya aku pergi saja dari sini? Pergi ke tempat yang sangat jauh. Jauh dari Sasuke, jauh dari Jepang," tanya Sakura tiba-tiba.

Belum terdengar balasan dari Ino selama beberapa waktu. "Kau yakin?" tanyanya tak lama kemudian.

"Ya. Kurasa ini adalah keputusan yang terbaik. Aku dan Sasuke ... tidak ditakdirkan untuk bersama ...." ada rasa nyeri yang mendadak muncul di dadanya. Sakura merasakannya.

Lagi-lagi, Ino tidak langsung menjawab perkataan Sakura. Terdengar suara kasak-kusuk dari seberang sana sebelum suara Ino kembali muncul. "Sakura, aku punya ide bagus yang mungkin sesuai dengan keinginanmu itu."

"Apa?"

"Pergi jauh dari Jepang."
     
    
    
   
   

***
   
   
  
  
  

          Sasuke menyugar rambutnya ke belakang. Kini ia sedang berada di dalam mobil menuju apartment, bersama Kakashi yang menyetir.

Sekarang sudah pukul satu dini hari, dan ia baru bisa pulang setelah mengurus berbagai macam hal terkait masalah yang terjadi beberapa jam lalu.

Video CCTV itu dimanipulasi, Sasuke tahu itu. Hanya saja ia telah gagal menghentikan Amaru, hingga akhirnya video tersebut tersebar luas di internet. Namun, tidak masalah. Di pagi hari nanti, Sasuke yakin video tersebut tidak akan lagi menyebar. Ia sudah memerintahkan orang-orang terpercayanya untuk segera menghapus segala macam berita buruk yang terlanjur menyebar.

Sasuke sudah menghubungi Sakura sejak dua jam yang lalu, namun hingga sekarang pesannya itu belum juga dibalas. Ia khawatir, tentu saja. Sasuke khawatir telah terjadi sesuatu pada Sakuranya. Ini bukanlah perkara mudah untuk dihadapi seseorang yang belum terbiasa menjadi sorotan, apalagi menerima hujatan dari seluruh penjuru Jepang. Rasanya ingin sekali ia cepat-cepat sampai dan memeluk Sakura sepanjang hari, menenangkannya.

Perjalanan pulang kali ini terasa seperti berlangsung selamanya. Bagi Sasuke, mobil yang dirinya tumpangi sekarang rasanya berjalan dengan sangat lambat, padahal Kakashi yang berada di balik kursi kemudi sedang mengucapkan berbagai macam doa keselamatan agar keduanya bisa sampai ke apartment dengan selamat.

Setelah mobil berhasil terparkir dengan baik, Sasuke langsung bergegas keluar. Langkahnya besar dan terburu-buru, meninggalkan Kakashi yang ikut tergesa juga. Hampir saja ia meninggalkan manajernya tersebut ketika masuk ke dalam lift, untungnya Kakashi berhasil mencegah pintu benda besi itu tertutup sehingga dirinya berhasil naik ke lantai atas bersama Sasuke. Hanya ada mereka berdua di dalam lift. Wajar saja, karena jarum jam sudah hampir menyentuh angka dua dini hari.

Kaki Sasuke menghentak-hentak kecil, sembari matanya fokus memerhatikan angka lantai. Ia mengumpat dalam hati. Kenapa semua hal terasa berjalan sangat lambat kala dirinya sedang terburu-buru? Untung saja pintu lift segera terbuka, hingga Sasuke bisa dengan cepat kembali ke kamar apartment-nya.

Laki-laki bermarga Uchiha itu membuka pintu apartment-nya dengan kasar, sampai-sampai terdengar suara gebrakan yang cukup kencang.

"Sakura?" panggil Sasuke.

Tidak ada balasan dari Sakura. Sasuke melangkah ke depan kamar Sakura dan mengetuk pintunya beberapa kali, "Sakura? Kau sudah tidur?"

Masih tidak ada balasan. Akhirnya Sasuke memutuskan untuk masuk saja ke dalam, memastikan bahwa sang kekasih memang berada di kamarnya.

Pintu kamar pun terbuka, dan manik hitam Sasuke tidak menangkap keberadaan Sakura di dalam sana. "Sakura?!" kali ini ia berteriak cukup kencang. Mungkin saja Sakura sedang berada di kamar mandi, jadi suaranya tidak terdengar oleh perempuan tersebut. Begitu pikirnya. Namun, mau sekeras apapun dirinya berteriak, tanda-tanda Sakura akan muncul tidak terlihat juga. Hal ini membuat jantung Sasuke bertalu kencang. Tidak, jangan sampai hal yang ada dipikirannya benar-benar terjadi. Jangan sampai.

Sasuke berlari ke arah kamar mandi, membuka pintunya setengah membanting sambil berharap-harap cemas ada Sakura di sana. Tapi, kosong. Tidak ada siapa-siapa di dalam. Sasuke berlari keluar dari kamar Sakura, mencari perempuan tersebut di seluruh penjuru ruangan bahkan sampai ke balkon kamarnya sendiri, namun hasilnya tetap nihil.

"Tidak, tidak."

"Sakura!"

Sasuke kembali masuk ke dalam kamar Sakura. Ia membuka lemari pakaian perempuan itu. Lemari yang seharusnya terisi oleh pakaian Sakura, kini telah kosong. Tidak ada sehelai pakaian pun di dalam sana. Sakura telah pergi. Meninggalkannya sendiri.

"Sasuke, aku melihat sesuatu di atas meja rias milik Sakura," Kakashi yang sedari tadi turut mencari Sakura dalam diam, akhirnya bersuata juga. Sebenarnya ia sudah melihat itu sejak mereka masuk ke dalam kamar ini, namun Kakashi baru sempat mengatakannya sekarang. Sasuke terlalu kalut tadi.

Mendengar perkataan Kakashi, Sasuke langsung berjalan ke arah meja rias. Di sana, ada sebuah sticky notes berwarna kuning yang tertempel di atas meja. Sasuke mengambil benda tersebut dan membacanya. Hanya terdapat empat kata yang tertulis di atas sticky notes itu. Empat kata yang terlihat biasa saja, namun memberikan efek begitu besar bagi Sasuke.

Sakura berbohong.

Wanita itu berbohong padanya.

Dia tidak menepati janji yang diucapkannya dulu. Tidak akan pernah.

"Argh! Sial!"

Prang!

"Sasuke, hentikan!" Kakashi tergesa-gesa menghampiri Sasuke yang tiba-tiba saja menghajar kaca di depannya. Darah mengalir dari jari-jari Sasuke yang tergores pecahan kaca.

"Tunggu di sini, aku akan mengambil kotak obat."

Sebelum pergi, Kakashi sempat melihat sekilas tulisan yang berada di sticky notes berwarna kuning itu. Empat kata yang membuat Sasuke kacau seperti ini.

       

Aku pergi, Sasuke.
Maaf.

- H. S
     

.
   
   
.
  
  
.
   
  
.
  
the end.
  

━━━━━━━━━━━━━━━

author's note:

YEEYYY, TAMATTT!!!

HAHA ... belum, belum. bercanda, doang. masih ada satu chapter lagi, kok.

menurut kalian, keputusan sakura ini udah benar belum? kalau kalian jadi sakura, apa yang bakal kalian lakuin?

━━━━━━━━━━━━━━━

vote dan comment kalian sangat berarti buatku, terima kasih! <3

Continue Reading

You'll Also Like

222K 18.8K 27
β€’SasuSakuFanfictionβ€’ Highest rank #Rank1 in narutofanfic #Rank1 in sasusakufanfic #Rank1 in ssl #Rank2 in comfort #Rank2 in uchihasasuke #Rank2 in ha...
15.6K 1.8K 33
Bagaimana jadinya jika kehidupan dunia shinobi berakhir dan tergantikan dengan dunia di era modern dengan kota-kota yang dipenuhi gedung dan kesibukk...
9.2K 888 13
Kita membutuhkan lampu ketika hari mulai gelap,membutuhkan matahari ketika hujan turun terus menerus, dan aku hanya membutuhkan mu ketika aku melepas...
54.7K 4.1K 20
Ketika cinta muncul dalam kisah pertemanan Akui dihadapan mereka dan kau akan kehilangan persahabatan atau simpan untuk diri sendiri dan rasakan sak...