Jevano William

By devintasantoso

1.7M 124K 15.5K

Ini tentang Jevano William. anak dari seorang wanita karier cantik bernama Tiffany William yang bekerja sebag... More

01.
02.
04.
05.
06.
07.
08.
09.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.⚠️
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41. ⛔️
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49. 🚫
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.

03.

36.5K 2.6K 62
By devintasantoso

Setelah makan malam selesai, Jeno memutuskan untuk bermain bola basket di taman samping rumah bersama dengan mang Agus yang kebetulan mempunyai waktu luang untuk bermain dengannya.

Jevandra dan Jeandra menonton dari ayunan kayu yang berada di pinggir kolam renang, di temani oleh sekaleng cola dingin yang mereka letakan di belakang tubuh mereka, takut jika Jeno tau dan menginginkan minuman soda itu.

Tidak tahu saja mereka bahwa Jeno juga menyimpan minuman soda kaleng di kamarnya, ya walaupun tidak dingin karna di dalam kamarnya tidak ada lemari pendingin.

Jevandra menggulung kemeja putih kerjanya dan bangkit dari duduknya, Jeandra menatap bingung sang kaka.

" Kau ingin kemana? " Tanya Jeandra, lalu menegak minuman sodanya.

" Bermain dengan Jevano. "

" Aku ikut. " Ucap Jeandra, ia ikut menggulung kemeja kerjanya lalu mengikuti sang kakanya yang sudah berjalan lebih dulu ke arah lapangan basket yang tidak terlalu luas itu.

Jevandra langsung saja ikut merebut bola basket yang tengah di dribble oleh Jeno lalu memasukannya ke dalam ring basket yang berada lumayan jauh dari dirinya berdiri.

" Curang! " Pekik Jeno, lalu berlari mengambil bola basket yang menggelinding keluar lapangan.

" It's not cheating, it just tests whether you are sensitive to the opponent or not. " Ucap Jevandra, Jeno mendengus sebal mendengarnya.

" Yaudah atuh den udah ada kaka aden, mamang izin kedapur dulu yaa bantuin budeh  " Ucap mang Agus, dengan terpaksa Jeno mengangguk.

" Makasi ya mang waktunya "

" Iya den sama sama "

Mang Agus kembali masuk kedalam rumah dan berlari kecil ke arah dapur kotor.

" Sepertinya kamu butuh teman, Jevano. "

Jeno menoleh dan melihat Jeffrey yang berjalan ke arahnya, sembari menggulung lengan kemejanya hingga sesiku.

" Engga, makasi "

" Yakin? " Tanya Jeffrey mengangkat satu alisnya.

Jeno memilih melangkah mendekat ke arah Jeandra dan berdiri di sampingnya.

" Gw satu tim sama Jeandra "

" Please change your slang Jevano, call older people with kind words. " Ujar Jeffrey, membuat Jeno merotasikan bola matanya malas.

" Ish iya. "

" Roy, wasit. " Tunjuk Jeno kepada Roy yang berdiri di pinggir lepangan, berjaga bersama dengan Demian.

Jeno berlari masuk ke dalam rumah untuk mengambil peluit baru dan nomer skor yang ia simpan di bawah laci televisi yang berada di ruang tamu, setelah mendapat yang di cari, Jeno kembali dan menyerahkan peluit kepada Roy dan nomer skor kepada Demian.

Roy dan Demian hanya menurut dan memegang benda yang di kasih oleh Jeno.

Permainan bola basket itu di mulai setelah suara peluit yang Roy tiup berbunyi dan bola basket yang di lemparkan oleh Demian di tengah tengah lapangan, yang dapat bola basket itu lebih dulu maka ia yang memulai permainan.

Jeandra meloncat dengan tinggi, ia sudah biasa olahraga bola salah satu ini, waktu sekolah menengah atas Jeandra adalah captain basket di sekolahnya, sering sekali mengikuti perbandingan antar sekolah, sedangkan Jevandra lebih suka olahraga seperti menunggangi kuda atau golf sepeperti Jeffrey.

Jeandra mendribbel bola basket dan melemparkannya ke arah Jeno yang sudah berdiri tak jauh dari ring lawan, Jeno menangkapnya dengan tepat lalu melamparkannya ke dalam ring lawan, tapi keberuntungan pertama tidak berpihak kepadanya, bola basket itu malah meleset tidak masuk kedalam lobang ring.

Jevandra langsung saja menangkapnya dengan cepat dan melemparkannya kearah sang papah, dari jarak yang tak jauh itu Jeffrey langsung melemparkannya ke ring lawan.

" 2 : 0 " Ucap Demian lalu mengubah nomer skor tersebut.

Bunyi peluit terakhir memberhentikan permainan bola basket tersebut, dan permainan di menangkan oleh Jeffrey dan Jevandra, membuat Jeno menatap Jeandra dengan kesal.

" Ih katanya capten basket gimana sih " Ucap Jeno dengan kesal kepada Jeandra.

Jeandra yang melihat Jeno kesal itu hanya terkekeh kecil, lucu sekali Jeno jika kesal.

Bahkan Jeffrey dan Jevandra yang melihatnya juga ikut terkekeh melihat Jeno yang kesal akibat kalah dalam permainan bola basket, bahkan kini bocah itu duduk di tengah tengah lapangan, sembari mengatur pernafasannyan.

" Jenoo jangan duduk di situ kotor! "

Jeno menoleh ke belakang melihat sang bunda yang meneriakinya, ia akhirnya bangkit dari duduknya lalu berlari kecil mendekat ke arah Tiffany.

Jeno mendadak langsung memeluk tubuh sang bunda dengan erat, Tiffany melepaskan pelukan itu lalu menyentil dahi sang putra pelan.

" Kotor! Bunda udah mandi tau "

" Jeno juga udah mandi! "

" Tapi kamu keringetan Jevanooo "

Jeno tersenyum menampilkan eyes smile, yang membuat siapa saja yang melihatnya akan luluh.

" Cuci tangan cuci kaki, habis itu ganti baju, terus tidur, udah jam sepuluh lewat kamu besok masih sekolah kan "

Jeno mengangguk, sebelum pergi dari sana Jeno dengan usilnya mencium pipi kanan sang bunda membuat sang empu tersenyum kecil, jika begini bagaimana bisa dia marah dengan putranya yang menggemaskan.

🛡🔫

Jeafrin dan Lisa tidak bisa berlama lama, sepasang suami istri itu memutuskan untuk pulang lebih awal karna ada sebuah pekerjaan yang belum di selesaikan, sedangkan Harvand dan Hana memutuskan untuk menginap malam ini, besok pagi sepasang suami istri itu akan kembali ke rumahnya.

Setelah menghantar Jeafrin dan Lisa sampai di depan pintu, Tiffany dan Jeffrey kembali masuk ke dalam rumah.

" Jeno belum tidur ya pah? " Tanya Tiffany, yang melihat Harvand tengah menuruni anak tangga, Harvand baru saja dari kamar cucu bungsunya.

" Belum, lagi main game tuh di kamarnyaa " Harvand menjawab.

" Jeff, kita mengobrol sebentar bisa? " Ucap Harvand kepada Jeffrey.

" Bisa pah "

" Kita mengobrol di ruang kerja saja " Ucap Harvand, Jeffrey mengangguk mengiyakan.

Harvand sudah berjalan lebih dulu ke arah sebuah ruangan yang berada di bawah anak tangga, itu adalah ruang baca tempat biasa Tiffany membaca buku atau melakukan pekerjaan kantornya yang ia bawa pulang.

" Buatkan Jevano susu coklat, mas akan menyusul ke kamar "

Setelah mengucapkan itu, Jeffrey segera menyusul calon mertuannya yang sudah masuk ke dalam ruangan bawah anak tangga.

Tiffany segera melangkah menuju dapur untuk membuatkan susu coklat hangat untuk putranya, tak membutuhkan waktu lama, susu hangat itu sudah jadi dan Tiffany segera menghantarkannya kepada putranya.

Pintu kamar Jeno tertutup dengan rapat, Tiffany mengetuk daun pintu itu dengan pelan, tidak ada sahutan dari pemilik kamar.

Apa putranya sudah benar benar tertidur?.

Tiffany akhirnya langsung masuk saja dan ternyata perkiraan dirinya salah, Jeno belum tertidur, putranya itu tengah asik dengan dunia keduannya, yaitu game, bahkan sepertinya Jeno tidak menyadari akan kedatangan dirinya yang masuk ke dalam kamar.

Meletakan segelas susu coklat di atas laci kecil samping ranjang, lalu Tiffany segera melangkah mendekat ke arah putranya yang tengah duduk di depan pc gaming,  jari jemari lentik milik Jeno sibuk menari di atas keyboard, dengan daun telingannya yang tertutup oleh headphone gaming.

Tiffany melepaskan headphone gaming tersebut, membuat sang pemilik mengeluarkan suara decakan kesal.


Jeno baru ingin memarahi siapa yang menganggunya bermain game, setelah berbalik badan ia melihat sang bunda yang menatapnya dengan garang, membuat dirinya langsung menciut.

" Bunda.. "

" Di suruh tidur susah banget ya kamuu, sekaramg udah jam sebelas, besok kamu masih harus sekolah Jenoooo " Ucap Tiffany, menarik daun telinga putranya dengan pelan.

Jeno meringis kecil, lalu mengelus pelan telingannya yang kena jewer oleh sang bunda, tidak sakit sih, hanya refleks saja.

" Matiin sekarang gamenya, kalau engga nanti kabelnya yang bunda cabut! "

" Sekali lagi ya bun, sampe kalah please.. bunda main kodok zuma juga begitu kan kemarin malem? "

" Astaga Jevanoo "

" Ish iyaaa ini Jeno matiin "

Jeno segera mematikan pc gaming dan sedikit merapihkannya, setelah sudah rapih dan barang gamingnya kembali ke tempat semula, Jeno langsung merebahkan tubuhnya di atas ranjang.

" Minum susunya dulu "

" Engga. " 

" Kenapa? "

" Kenyang. "

" Sedikit aja "

" Tadi bunda suruh Jeno tidur, jadi Jeno mau tidur sekarang. " Ucap Jeno.

Selimut tebal di tarik oleh Jeno hingga menutupi setengah tubuhnya, dan memiringkan tubuhnya dengan membelakangi sang bunda.

Tiffany yang melihat tingkah laku putranya hanya bisa memijat keningnya pelan.

Pintu kamar di ketuk kembali dari luar, Tiffany yang tau siapa itu segera mengizinkannya untuk masuk, Jeffrey menutup kembali pintu kamar dengan rapat, dan mendekat ke arah Tiffany yang berdiri di samping ranjang, sembari melihat buntalan yang membelakanginya.

" Tidur? " Jeffrey bertanya, Tiffany menggeleng.

" Engga, dia cuman pura pura biar engga minum susunya. "

Jeno yang mendengarnya hanya mengumpat dalam hati.

" Bangun, Jev. " Suara yang terdengar tegas dan nada yang berbeda itu membuat Jeno merinding.

" Bangun. "

Tidak ada pergerakan dari Jeno, karna ia memilih untuk diam dan masih membelakangi mereka.

" Jevano. "

Selimut tebal yang menutupi sebagian tubuhnya itu di singkap dengan kasar oleh Jeno, Jeno mengubah posisinya menjadi duduk di atas ranjang, dan menatap sepasang kekasih itu dengan tak sahabat.

" Ngerti kenyang engga sih! Engga mau minum susu " Jeno menolak

" Tapi kamu tadi makan sedikit Jevanooo, minum sedikit aja susunya engga pa-pah " Ujar Tiffany, dengan nada membujuk.

" Engga mau bundaa "

" Kamu lebih suka pemaksaan ternyata. " Gumam Jeffrey.

" Roy! "

Jeffrey memanggil Roy yang berada di luar kamar, pintu kamar kembali di buka dan menampakan Roy yang masuk ke dalam kamar.

Asisten pribadi Jeffrey itu menunduk hormat.

" Kau ingin di paksa atau minum sendiri, Jevano. "

Mungkin ini sudah kesepuluh kalinya Jeno mengumpat dalam hati pada hari ini.

Jeno segera meraih gelas yang berisi susu coklat itu dengan kasar, menegaknya hingga setengah lalu menyerahkan gelas tersebut kepada sang bunda.

" Udah kan! Udah sana keluar! " Ucap Jeno, mengusir Roy agar segera keluar dari kamarnya.

Jika ada Roy di sisinya entah kenapa Jeno merasa sedikit menyeramkan.

" Lu juga om, pulang aja kerumah sendiri kalau bisa! "

" Jevano bahasanya " Tegur Tiffany.

" Apasih bunda, kan emang bener! "

" Bunda engga pernah ngajarin kamu ngomong kaya gitu yaa, minta maaf sama papah "

Jeno yang mendengar sang bunda membela Jeffrey, hanya menatap malas sang bunda.

" Engga! Jeno mau tidur aja sama eyang uti! "

Jeno bangkit dari posisi duduknya, namun baru ia ingin melangkah tubuhnya sudah di dorong oleh Jeffrey, membuat tubuhnya terjatuh di atas ranjang.

" Om! "

Jeno terkejut ketika Jeffrey tiba tiba menggendongnya dan mengubah posisi tubuh tempatnya tidurnya di tengah tengah ranjang.

" Om! Kita musuhan aja deh! "






















Ganteng amat om😭

Continue Reading

You'll Also Like

84.6K 3.3K 24
MENGANDUNG 18+❗⚠️❗⚠️❗ sorry kalo ada typo yaw🤗
177K 10.2K 20
Renjun mengira jika ia menikah di usia muda ia akan terlepas dari sangkar emas yg membelenggu hidupnya. Nyatanya itu hanya angan-angan yg tidak pern...
38.2K 1.9K 27
Ketika hari kelahiran berubah menjadi hari kesedihan dan juga hari kebencian. Bayi yang baru saja lahir ke dunia pada saat itu juga dibenci oleh aya...
33.7K 184 10
ceritaku yang penuh dengan popok dan mencret