Gue cuma diem aja ngeliat pemandangan kota dari balkon apartemen baru gue.
Ayah Yongguk meminta gue tinggal di sebelah unit apartemen Om Chan. Literally di samping kirinya apartemen lama gue.
Gue sebenernya gak mau pindah. Gue pengen manja manjaan sama suami gue setelah 3 minggu kami gak melakukan skinship mesra seperti biasanya.
Kalau boleh jujur, gue kangen suami gue. Gue kangen Om Chan yang selalu perhatian sama gue. Apalagi sekarang gue sedang hamil. Harusnya dia ada didekat gue.
Tapi ya, realita gak seindah ekspetasi.
Gue tersenyum getir sambil menatap kebawah. Apartemen gue ada di lantai 8. Kalau gue lompat, mati gak ya?
"Ra, ngapain disitu?"
Gue menengok ketika ada suara masuk ke Indra pendengaran gue.
"Ngapain berdiri disana? Ayo sini." Ajak Kak Jisung.
Saat ini Kak Jisung sama Kak Chaewon ada di apartemen gue. Mereka bantuin gue beres beres.
"Ra, duduk sini. Ayo makan dulu. Gue udah beliin ayam geprek nih."
Gue mengangguk kemudian duduk di sofa.
Setelah letakin ayam geprek nya di piring, Kak Chaewon ngasih ke gue.
Entah kenapa ayam geprek sambal matah didepan gue ini terlihat biasa aja. Padahal ini adalah ayam geprek favorit gue. Gue lagi gak selera makan.
"Kok diliatin doang? Ayo dimakan."
Gue menggeleng, "Gak nafsu, Kak."
Kak Chaewon menghela nafas sebentar kemudian natap gue dalem.
"Liat, Lo jadi tirus banget sekarang. Pipi gembul lo yang dulu hilang kemana?" Tanya Kak Chaewon.
Entahlah, mungkin menghilang bersama dengan ingatan Om Chan.
"Ayo makan yang banyak. Keponakan gue juga butuh nutrisi."
Author POV
Chaewon dengan sabar nyuapin Chaera. Pelan pelan banget. Padahal biasanya Chaewon anti kalo disuruh nyuapin Chaera gara gara Chaera makannya lama. Chaewon gak sabaran orangnya. Beda sama Jisoo.
"Sehari tidur berapa jam? Lo terakhir kali pake skincare kapan?" Tanya Jisung setelah menyadari wajah Chaera begitu kusam. Belum lagi kantung matanya menghitam juga.
"Gak inget, Kak."
Jisung menghela nafas. Sedih juga dia liat Chaera yang biasanya cerewet jadi pendiem. Ini tuh kek bukan style nya Chaera banget.
"Ra." Panggil Jisung
"Apa?"
"Lo serius tinggal sendirian disini?"
Jisung khawatir banget sebenernya. Chaera lagi hamil, tinggal sendirian di apartemen. Apalagi ada Jihyo juga. Takutnya Jihyo ngelakuin hal nekat yang bahayain Chaera sama janinnya. Chaera gak aman sebenernya disini.
"Kan gue waktu di Amerika juga tinggal sendiri."
"Beda. Lo sendiri di satu kamar tapi lo tinggalnya di asrama."
Ah iya bener juga.
Tapi mau gimana, Chaera gak bisa jauh jauh dari Chan. Chaera masih pengen terus nemenin Chan meski Chan gak inget apapun tentang dirinya.
"Tinggal dirumah Tante Jisoo aja deh, Ra." Kata Jisung
Chera menggeleng, "Gue gak bisa jauh jauh dari suami gue, Kak. Meski dia gak inget sama gue, nggak masalah. Yang penting dia ada di Deket gue."
Jisung menyerah. Di tau Chaera ini keras kepala banget. Susah dibilangin.
"Kalo ada apa apa langsung telpon gue atau Chaewon. Gue gak mau tau."
"Iya, Kak Tupai."
Setelah selesai makan, Chaera pergi ke balkon di kamarnya. Pengen ngehirup udara segar sambil liat senja.
Angin sore menyapa kulit Chaera. Nerbangin rambut Chaera yang gak begitu panjang.
"Adek, sabar ya. Nanti kalau ayah kamu udah inget, kita main sama ayah." Chaera ngusap perutnya yang masih datar. Berusaha sekuat mungkin buat nahan air matanya.
Chaera capek nangis terus gara gara Chan. Mana sikap Chan ke dia juga berubah drastis banget semenjak sadar dari kritisnya.
"Adek kangen ayah ya? Sama bunda juga..." Lirih Chaera
"Kamu beneran hamil?"
Chaera nengok kesamping setelah denger suara Chan. Emang sih balkon kamar Chaera sama kamar Chan ini sebelahan. Tinggal lompat aja juga bisa sebenernya. Tapi masalahnya kamar Chaera ada di lantai 8. Kalau jatuh ya langsung cod sama malaikat maut nanti.
"Berapa usia kandungan kamu?" Tanya Chan
"Masih 7 Minggu."
"Oh masih muda banget. Terus ayahnya bayi kamu gimana?"
Chaera gigit bibirnya. Hatinya sakit ketika Chan malah nanyain ayah dari anaknya sendiri.
Chaera pengen teriak kenceng. Ngasih tau Chan kalo yang dia kandung tuh anaknya Chan. Bukan anak orang lain.
"Ada di apartemen ini juga. Tapi lagi sama cewe lain."
Chan yang lagi duduk di kursi rodanya nengokin kepala.
"Ah, brengsek banget ya."
Aduh, gak sadar ini bapak tua.
"Saya masih belum ingat tentang kamu, kalau kamu mau tahu. Ketika saya maksain diri buat ingat, kepala saya sakit banget. Rasanya kaya mau meledak." Kata Chan tiba tiba.
"Aku nggak masalah. Aku nggak mau memaksa Om buat ingat sama aku. Aku gak mau Om sakit."
"Ah iya, setelah ini kamu gak usah urusin saya lagi, ya. Udah ada Jihyo soalnya. Saya gak mau dia sakit hati soalnya kamu ada di dekat saya terus."
Chaera natap Chan gak percaya. Pandangannya udah buram karena air mata.
"Saya minta kamu berhenti, Chaera. Saya gak kenal kamu. Jangan terus ada didekat saya, saya risih."
Chaera berbalik kemudian nangis. Dia nutup mulutnya gak percaya.
Barusan Chan udah ngusir Chaera dari hidupnya meski dengan cara halus
Ngelihat Chaera nangis Chan jadi bingung. Ini dia salah apa kok Chaera sampe nangis sesenggukan gitu?
"Ra, ini—LOH KOK NANGIS?!" Chaewon panik. Dia langsung lari kemudian meluk Chaera.
"Ra, kenapa?" Tanya Chaewon.
"G-gue mau tidur aja, Kak."
Chaera ngelepas pelukan Chaewon dengan paksa kemudian masuk kamarnya. Pandangan Chaewon beralih ke Chan yang lagi duduk di kursi rodanya sambil nunjukin wajah bingung.
"Bapak apain adik saya?" Tanya Chaewon
"Saya gak ngapa ngapain."
"Halah bohong. Kalau gak ngapa ngapain kok adek saya sampe nangis gitu?!" Suara Chaewon meninggi.
Gak peduli kalau orang yang dia ajak ngobrol ini adalah bos di kantornya. Lagian ini juga gak lagi di kantor.
"Saya cuma nyuruh dia menjauh, Won."
Chaewon ketawa sarkas, "Bapak ini gak punya rasa terimakasih ya?"
Chan diem. Bingung.
"Adek saya 3 Minggu ngerawat bapak dirumah sakit. 3 Minggu full loh, Pak. Dia lagi hamil tapi gak peduli sama kondisinya. Yang dia peduliin cuma bapak. Tapi inikah balasan nya?"
"Saya nggak minta adik kamu ngurusin saya, Won."
"Kalau bukan adik saya siapa lagi yang bakal ngurus bapak? Selingkuhan bapak itu? Dia aja suka ngilang."
"Jangan asal ngomong, kamu. Jihyo pacar saya, bukan selingkuhan saya."
"Bapak punya istri dan calon anak."
"Saya gak ingat kalau saya pernah menikah."
Chaewon gregetan sendiri. Susah emang debat sama Chan yang lagi lupa ingatan gini. Dia pengen marah marah tapi nanti Chan malah sakit.
"Terserah bapak deh ya. Tapi inget Pak, kalau bapak bikin Chaera nangis, saya gak akan segan segan buat ngelawan bapak meski bapak ini bos saya."
Setelahnya Chaewon masuk kedalem kamar dengan wajah kesel.
Didalem kamar, Chaera cuma berbaring. Gak berniat tidur sebenernya. Cuma tadi menghindari Chan aja soalnya dia lagi nangis.
Chaera menghela nafasnya kemudian bangkit dari kasurnya. Niatnya mau ngambil minum di dapur tapi gak jadi karena ada seseorang neken bel apartemen.
Cklek
Chaera buka pintu. Ada sosok cowo berdiri disana sambil senyum lebar kearahnya.
Eh siapa? Chaera kaya pernah ketemu tapi lupa dimana.
—tbc