ARKASYA

Door krsnazhra

1.1M 67K 9.6K

🚫 SEBELUM MEMBACA FOLLOW AUTHOR TERLEBIH DAHULU🚫 #Part LENGKAP# #Warning typo bertebaran# Author mode male... Meer

perhatian!
NANGALA STORY
PROLOG
01. King and Queen
02. Salah nomor
03. Arsen Ngajak Nikah?
04. Datang Terlambat
05. Bela Siapa?
06. Satu Ruangan Yang Sama
07.Rasa bersalah
08. Rencana Asya 1
09. Rencana Asya 2
10. Awal dari segala awal
11. Baikan
12. Cowok Bajingan
13. First Kiss
14. Kecemburuan
15. Arsen mode Gila?
16. Kemarahan Asya
18. Tamu tak di undang
19. Terbongkar
20. Rencana licik Alden dan Naira
21. Pergi Camping
22. Sebuah Tuduhan
23. Arka yang Bunuh?
24. Sepuluh anak
25. Jebakan Sang Pelakor
26 Kembali asing
27. Mencintai Tanpa Dicintai
28. Berdamai?
29. Singapura?
30. Untuk Sekian Kalinya
31. Kebohongan Naira
32. Arka Cemburu?
33. Pilihan Yang Sulit
34. Arka Cemburu
35. Antagonis Sesungguhnya
36. Waktu Mundur Di Mulai
37. Undangan Naira
38. Bola Melayang
39. Ulang Tahun Naira
40. Dibawah Rintikan Hujan
41. Menuju Kehancuran
42. Detik Detik Terakhir
43. Lupa ingatan?
44. Hilangnya Memori Kenangan
45. Berhasil Kabur
46. Masa Lalu Arkan
47. Hanya Pura-pura
48. Limited edition
49. Pergi Dan Merelakan
50. Terpaksa Kembali
51. Terlambat Bersama
52. Hari sial Asya
53. Asya Dan Naira
54. Ruang Uks
55. Permintaan Maaf
56. Pasar Malam
57. Ujian Nasional
58.Sumber kebahagiaan Arka
59. Bahagia bersama
X
Ekstra Part
Extra part ll
Cuma nanya doang?

17. Sang Antagonis

16.7K 1K 148
Door krsnazhra

Haii, kalo boleh tau kalian dari kota mana aja nih??

Me: Pontianak
You:

Happy reading

🦋

🦋

Hari Senin? Tidak ikut upacara?

Hal itu sudah biasa bagai Arka dan temannya. Dari sekian banyaknya anggota Argos Arka dan keempat temannya lah yang paling sering tidak ikut upacara. Sementara yang lainnya ikut.

Kebiasaan buruk, tapi tidak bisa ditinggalkan. Kalo boleh memilih semuanya murid juga tidak mau berdiri di lapangan, panas-panasan, ditambah lagi amanat pembina upacara yang sangat tak mengingat waktu.

"Ar, lo ngapain diam aja?"

Arka menghela nafas panjang dan menyandarkan kepalanya ditembok kantin. Lelaki tersebut hanya diam hingga membuat Satria berdecak kesel karena diabaikan.

"Putus cinta lo?" Tanya Irzan.

Satria bangkit dari duduknya kemudian mendekati Arka. Sebelum itu cowok playboy tersebut menyeruput es Liam yang masih belum disentuh oleh sang pemilik.

"Itu es milik gue bangsat," umpat Liam kesal pada sepupu laknatnya itu.

Satria hanya acuh. "Lagi ada masalah sama Asya ya," celetuk Satria membuat Arka menoleh. "Nebak aja sih," tambahnya.

"Emang tuh cewek buat masalah lagi?" Tanya Bara dengan dingin.

Bara? Cowok dingin yang memiliki sifat pendendam. Siapa pun yang yang berurusan dengan dirinya akan ia benci, termasuk Asya. Walaupun Bara tidak membully gadis itu tapi sikap bencinya membuat ia harus menahan diri untuk tidak melakukan hal yang aneh.

"Lo masih benci sama Asya?"

Arka diam kemudian mengangkat bahu acuh. Entahlah Arka juga tidak tahu. Perasaannya sekarang tidak enak dan merasa bersalah. Mungkin karena kejadian tadi malam tetapi ego mengalahkan perasaannya saat ini.

"Besok main ke rumah Tante Airin yuk?" Ajak Irzan membuat Arka menegang.

"Mau ngapain?"

Irzan berdecak. "Mau main lah!"

Liam mencibir lelaki itu. "Mau main atau mau numpang makan lo?"

Cowok berkulit putih bersih itu tersenyum lebar hingga membuat ketiga temannya berdecih. Apa gunanya rumah cowok tersebut kalo ujung-ujungnya masih numpang makan di rumah orang.

"Nanti sore aja gimana," usul Liam sambil memakan goreng pisang.

Satria melirik Arka, tidak ada raut khawatir ataupun gelisah di wajah cowok itu. Apakah Arka tidak takut ketiga temannya tahu?

"Gimana, Ar? " Tanya Liam masih menunggu jawab sang empu.

Arka menghela nafas. Cowok itu kembali menyadarkan tubuhnya ditembok, ia bingung harus memberikan alasan apa pada keempat temannya ralat hanya tiga karena Satria sudah mengetahui statusnya. Arka memijit keningnya pusing, tentu saja. Entah sampai kapan menyembunyikan pernikahannya ini.

"Lain kali aja," jawab Arka membuat Irzan mendesah kecewa. Gagal dong rencananya untuk makan gratis?

"Kenapa? Tante Airin lagi keluar kota? Atau luar negeri?"

Liam memutar bola matanya. "Tante Airin gak nerima tamu kalo lo ikut."

"Lagian heran gue sama lo, Zan. Lo punya rumah, duit jangan tanya lagi gue udah bisa bayangin perbulan gaji Bokap lo itu. Tapi lo masih aja mau numpang makan gratis,"

Irzan mendelik tajam. "Liam ingat itu uang Bokap gue."

"Gue gak mau buat kedua orang tua gue susah. Gue gak tega liat mereka kerja demi anaknya yang nakal ini jadi gue putuskan buat hidup hemat." katanya dengan nada bijak.

"Dasar perhitungan," sahut Arka.

" Itu mah akal-akalan lo setan. sama aja lo cari untung. Buat apa duit Bokap lo kalau gak digunain?" Kesal Liam pada cowok itu.

"Tukar posisi sama gue aja, Zan?!" Usul Satria.

"Dihh, ogah Bapak lo galak."

°°°°

Sementara ditempat lain. Asya dan ketiga temannya masih setia mendengarkan ceramah yang sangat panjang. Sangat panas ditambah lagi sinar matahari semakin terik.

Pantas saja kebanyakan siswa bolos dari pada ikut upacara.

"Sya, tumben lo datang sendiri?" Tanya Dela dangan suara amat pelan.

Asya menoleh ke arah Dela yang kebetulan berada dibarisan sebelah kanannya. "Emang lo berharap gue bareng sama siapa?" Tanya balik gadis dengan sedikit ketus.

Jihan yang berada dibelakang Asya pun mengerutkan dahinya. Karin juga tak kalah terkejut sama halnya dengan kedua temannya.

"Lo berantem lagi?"

Asya tidak menjawab pertanyaan dari Karin. Lebih baik ia fokus dengan ceramah yang sedang berlangsung didepannya itu.

"Beneran kalian berantem lagi? Udah deh, Sya kalo lo udah muak mending tingalin aja,"

Asya masih diam tanpa merespon umpatan ketiga temannya itu.

"Arka itu anjing, sumpah benci banget gue sama tuh cowok."

"Lo pikir lo doang yang benci gue juga kali!"

"Udahlah tunggu aja nanti tanggal mainnya. Gue yakin karma pasti akan berlaku."

"Terbuat apa sih hatinya sampai-sampai gak bisa putusin Naira?" Heran Jihan membuat kedua temannya saling pandang.

Dela menggeleng tidak tahu.

"Di pelat kali," celetuk Asya yang mendengar ucapan temannya.

Setelah berpuluh menit berjemur di lapangan akhirnya para siswa berucap syukur karena upacara telah selesai.

Sementara Asya dan ketiga temannya sudah berada di kantin untuk membeli minuman. Tanpa sengaja pandangan Asya kearah meja di pojok ditempat biasa Arka dan temannya berkumpul.

Asya berdecih sinis saat sudah melihat Naira yang menempel pada Arka. Dasar tidak tahu malu.

"Sya sini!" Seru Jihan membuat Asya mengangguk kemudian mendekati temannya.

"Kalian liat Naira sama Arka dipojok gak?" Tanya Karin membuat mereka mengangguk. "Gue udah greget liatnya. Kita udah lama gak bully dia kan? Bagaimana kita jalankan rencananya sekarang?"

Asya menyeruput jus mangga yang sempat Jihan pesan tadi hingga tandas. "Nanggung tinggal beberapa hari lagi kita camping jadi harap sabar dulu," saran gadis berambut sebahu itu pada temannya.

Dela membating garpu didepannya dengan kesal. "Lo tahu tangan gue udah gatel dari kemarin buat gak colek matanya siulat. Gak liat apa kalo Arka udah punya Asya,"

Karin berdecak. "Itu juga salah Arka yang gatel. Lagian gue heran sama Arkanjing udah tau punya istri tapi tetap bersama Naira,"

"Emang dasar dua-duanya gatel." Kali ini Jihan ikut menimpali.

"Kenapa lo bisa cinta sama Arka sih Sya?"

"Gue istrinya jadi wajar gue cinta."

Ketiga sahabatnya menatap Asya dengan malas. "Itu bukan cinta tapi bodoh."

"Cinta atau obsesi?" Tanya Dela membuat Asya terdiam.

Asya menoleh ke arah Arka dan Naira sebentar kemudian setelah puas ia kembali menatap ketiga sahabat rempong nya itu. "Menurut lo?"

"Gue yakin itu Obsesi bukan Cinta."

"Itu menurut lo."

°°°°

Arka memperhatikan satu persatu siswa perempuan yang sedang memasuki area kantin dan pandangannya jatuh pada gadis yang sedang berjalan bersama ketiga temannya dengan angkuh.

"Kak kepala Nai pusing!" ujar gadis itu sambil menyandarkan kepalanya di bahu Arka.

Arka masih fokus dengan gerak-gerik yang Asya lakukan dan saat gadis itu meliriknya membuat jantung Arka berdetak tak karuan. Persis seperti suami yang kepergok selingkuh di depan istrinya.

"Kak Arka kok bengong?"

Naira mengikuti arah pandang Arka hingga tanpa sadar ia mengepalkan tangannya dengan kuat. Apakah Arka sudah mempunyai perasaan pada Asya? Biasanya Arka selalu bersikap Bodo amat jika Asya berada disekitarnya.

Satria berdehem hingga membuat Arka menoleh. "Samperin ayang Bebeb dulu, ahh."

"Pacaran mulu lo," teriak Irzan yang dilempari gorengan oleh Liam.

"Gak usah teriak-teriak napa." decak nya dengan kesal.

Irzan mendengus lebih baik ia mengikuti Satria. Siapa tau ia bisa mendekati salah satu cewek disana.

"Hai beb!" Sapa Satria membuat keempat gadis itu menoleh. Sementara Jihan ketar-ketir dengan senyuman Satria itu.

Karin melirik Jihan. "Lo udah putus sama Beno?" tanyanya dengan penasaran pasalnya Satria terus menempel pada Jihan.

Jihan mengangguk dengan pelan hingga membuat Karin,Dela dan Asya menggeleng tidak percaya. Jihan yang terkenal dengan playgirl jadian sama Playboy. Mau jadi apa hubungan mereka?

"Han kasih gue tips biar dapat cogan dong."

"Sama gue aja, Kar!"

Karin memutar bola matanya saat melihat Irzan sudah duduk di bangku sebelahnya. "Ogah, gue gak suka sama lo!"

"Ya Udah, gue sama Dela aja deh!?"

"Sorry gue udah punya pawang." Balas Dela membuat Irzan melemas. Cowok itu melirik Asya dengan tersenyum.

"Kalo Asya mau gak sama gue?"

Irzan berharap jawabannya gadis itu tidak sama dengan Dela dan Karin. Jika jawabannya sama maka lebih baik ia gantung diri aja di pohon cabe.

"Boleh," jawab Asya membuat Irzan tersenyum. "Boleh asal lo mau gue tonjok sekarang." Sambungnya hingga membuat Satria tertawa mengejek.

Senyuman Irzan luntur begitu saja. "Apa kurangnya Hamba mu ini ya Allah?" Gumamnya dengan pelan.

"Sial banget sih hidup lo Zan. Ditolak tiga kali dalam waktu bersamaan lagi." Satria masih terkekeh geli melihat ekspresi Irzan yang siap membunuhnya.

Tiba-tiba sebuah gebrakan meja membuat mereka terlonjak kaget.

Hingga meja yang Asya tempati menjadi pusat perhatian. Banyak siswa dan siswi yang berbisik-bisik penasaran.

"Lo apa-apa sih?" kesal Karin pada seorang gadis berambut pirang itu.

Gadis itu menunjuk Asya dengan mata memerah. "Gara-gara lo gue diputusin sama Arsen." pekiknya.

"Lo gila ya? Datang datang nuduh tanpa ada barang bukti gitu?" Dela bangkit dari duduknya dan menunjuk cewek itu dengan kesal. "Pantes aja lo diputusin sama Arsen kalo model lo kayak jalang gitu!!"

"Buset pedas banget.."

"Gila melebihi cabe rawit mulut nya si Dela."

"Kenal mental gue."

"Anjirr baru tahu gue kalo Dela bisa bicara pedas gitu."

"Air mana air?"

Terdengar bisik bisikan membuat cewek itu semakin bertambah kesal. Wajahnya memerah menahan kesal dan malu secara bersamaan.

"Gue gak ada urusan sama lo," balas Cewek bernama Tag Dinda itu.

Asya yang masih terdiam pun berdecak. "Mau lo apa sekarang?"

Dinda menoleh kearah Asya yang sudah berdiri didepannya dengan Angkuh.

"Kembalikan Arsen!"

Asya berdecih. "Lo pikir Arsen barang?" sarkas Asya membuat cewek itu diam. "Lagian lo gak ada bukti buat nuduh gue."

"Tapi Arsen bilang kalo dia udah punya pacar dan pacarnya itu lo!" teriak Dinda membuat kantin heboh.

Asya mengumpat pelan. Arsen sialan ternyata cowok itu menjadikannya kambing hitam lagi. Awas aja nanti kalo ketemu.

"Gue sama Arsen cuma teman dan --,"

"Lo pikir gue percaya?" Potong Dinda capat.

Asya memejamkan matanya kemudian membukanya dengan perlahan. "Lo mau gue ngakuin Arsen pacar gue? Oke, gue sama Arsen emang pacaran. Puas lo sekarang?"

Plak

Semuanya siswa yang menyaksikan itu dibuat kaget saat keberanian Dinda menampar Asya. Oh kenapa dunia semakin panas?

Wajah Asya tertoleh kesamping saat tamparan Dinda mendarat di pipi. Asya mencoba menahan amarahnya yang sebentar lagi akan meledak. "Dasar cewek gila!" Desis Asya kesal dan mengambil jus Karin dan......

Byurrr

Jihan, Dela, Karin, Satria dan Irzan hanya diam tidak ingin ikut campur.

Arka yang menyaksikan kejadian itu pun hanya diam menunggu kelanjutan drama yang sedang tayang didepannya.

"Gila lo?" Pekik Dinda membuat Asya mengangkat bahunya dengan acuh.

"Pergi atau gue siram sama kuah bakso lo!" ancam Asya membuat Dinda pergi begitu saja.

"Baru kali ini gue lihat Sang Antagonis gak berlebihan," gumamnya Dela mungkin Dinda beruntung baru kali ini Asya tidak melukai lawannya dengan kekerasan.

"Arsen sialan!"

~

Jangan lupa vote and Comment

Spam next up


Arkan Putra Pradipta

Arsen putra Pradipta

Ga verder met lezen

Dit interesseert je vast

752K 10.3K 24
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+
1.4M 102K 44
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...
1.5M 28.6K 12
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
2.6M 151K 42
Kanaya Tabitha, tiba tiba terbangun di tubuh seorang figuran di novel yang pernah ia baca, Kanaya Alandra Calash figuran dingin yang irit bicara dan...