My Bad Neighbor (END)

By -Esqueen

322K 23.5K 1K

Bagi Zoeya, Dikta itu hanya berandal sekolah yang kebetulan bertetangga dengannya. Sedangkan bagi Dikta, Zoey... More

MBN 01
MBN 02
MBN 03
MBN 04
MBN 05
MBN 06
MBN 07
MBN 08
MBN 09
MBN 10
MBN 11
MBN 12
MBN 13
MBN 14
MBN 15
MBN 16
MBN 17
MBN 18
MBN 19
MBN 20
MBN 21
MBN 22
MBN 23
MBN 24
MBN 25
MBN 26
MBN 27
MBN 28
MBN 29
MBN 30
MBN 31
MBN 32
MBN 33
MBN 34
MBN 35
MBN 36
MBN 37
MBN 39
MBN 40
MBN 41
MBN 42
MBN 43
MBN 44
MBN 45
MBN 46
MBN 47
MBN 48
MBN 49
MBN 50
MBN 51
MBN 52
MBN 53
MBN 54
MBN 55
MBN 56
MBN 57
MBN 58
MBN 59 (Ending)
New Story
Alan Abiputra
Tahu Tidak?

MBN 38

4.5K 351 20
By -Esqueen

"Hey, hey, hey, mukamu tidak usah menegang, kami tidak akan membawamu masuk jurang."

Dari kursi samping kemudi, Alan bersuara dengan nada dibuat-buatnya. Kepalanya menoleh ke belakang, menatap seorang gadis yang tampak ketakutan sejak mobil mulai dilajukan.

"Em, nama lo gue lupa. Siapa, sih? Em, bentar-bentar jangan di jawab," ucap Alan. Dia sekarang membuat gerakan stop dengan tangannya, melarang gadis di belakangnya untuk menyebutkan nama. Tak lama Alan menjentikan jarinya, rautnya tampak senang sekali, seperti baru mendapat informasi kalau dia menang doorprize dari acara jalan santai yang diikuti. "NAYA! IYA BENAR NAYA! jangan tegang, Naya, kami nggak ada niatan bunuh diri pake mobil ini, kok."

Zoeya hanya bisa tersenyum kaku, tingkah Alan membuat ketakutannya berangsur sirna. Ternyata pria itu tidak menyeramkan seperti pikirannya. "Zoeya, kak," ucap Zoeya membenarkan.

Alan malah memanyunkan bibirnya, pria itu kemudian menekuk wajahnya seperti anak kecil yang es krimnya diminta sang kakak. "Aah, nggak seru ah," ucapnya kemudian membenarkan posisi duduknya. Dia tak lagi menoleh ke belakang, melainkan menatap jalanan di depan dengan kedua tangan yang menyilang di dada.

Zoeya yang melihat Alan lewat kaca menahan tawanya. Uh, andai saja wajah Alan tidak lucu seperti bayi, gerakan dan raut itu pasti akan menjijikan. Ah, tolong, Zoeya jadi gemas dengan Alan.

"Jangan peduliin Alan, dia sebentar lagi juga baikan," ucap pria di sebelah Alan yang tengah menyetir mobil di bawah guyuran hujan. Ya, Ages.

"Nggak! Namanya harus Naya! Nggak boleh Zoeya! Kalau Zoeya susah nyebutnya," ucap Alan masih dalam mode ngambeknya.

Oke oke, Zoeya sekarang sama sekali tak bisa menahan tawanya, gadis itu tertawa lepas sekarang. Terpingkal dan tak peduli bahwa yang didepannya ini adalah petinggi geng paling meresahkan yang kadang ia benci.

"Oke-oke, terserah Kakak aja mau panggil aku apa. Tapi usahain panggil Zoeya atau Zoya, ya, Kak," papar Zoeya setelah bisa meredakan tawanya.

Mata Alan kembali berbinar, pria itu sekarang sudah mau menoleh ke belakang lagi dan menatap Zoeya penuh minat. "Iyey!" ujarnya bersorak. Pria itu sekarang memasang senyum andalannya. Senyum lebar hingga matanya tinggal segaris saja. Senyum alami Alan yang membuatnya tambah manis.

Zoeya balas tersenyum, tolong, dia ngebet pengen cubit pipi Alan saat ini juga. Namun nyalinya kecil, tak berani apalagi mengingat orang ini bisa membuat Karei patah tulang dan Dikta tunduk padanya.

"Ngomong-ngomong, kenapa bisa Leon diserang Avelon?" tanya Alan mengganti topik pembicaraan.

Zoeya berdeham, dia kemudian membenarkan letak duduknya. Memposisikan dirinya senyaman mungkin di dalam mobil yang entah milik siapa ini.

"Nggak tahu, Kak. Pas aku neduh sama Leon, tiba-tiba mereka datang dan provokasi Leon. Jadi mereka bertengkar, deh," jawab Zoeya mengingat kejadian beberapa saat lalu di depan ruko yang tutup itu.

"Avelon emang berengsek. Nggak tahu malu juga. Udah kalah beberapa kali, sekarang malah main keroyokan. Sampah banget mereka." Ages yang tengah sibuk menyetir ikut membuka suara. Dia memang membenci geng motor yang satu itu.

Lain Ages, lain juga dengan Alan, respon lelaki itu sangat berbeda dengan temannya. Alan malah tertawa, tawanya itu begitu renyah membuat Zoeya mengerutkan dahinya.

"Ahahahaha, kasihan Avelon, ahahahaha. Nasib mereka buruk kalau berani lawan Leon apalagi Rei. Hm, pasti sekarang Rei lagi senang-senang, deh. Semoga aja enggak ada yang mati lagi, ahahahaha," ucap Alan dengan tawa renyahnya.

Kerutan di dahi Zoeya semakin terlihat. "Lagi?" tanya gadis itu. Dia tak salah dengar, kan? Apa Karei pernah membuat manusia kehilangan nyawanya?

"Nggak, Alan kalau bicara emang suka kayak gitu. Karei cuma pernah nyaris bunuh orang aja. Nggak sampai beneran mati," jelas Ages yang membuat Zoeya sedikit merinding. Ah, dia tak menyangka kalau dia pernah dekat dan nyaris menyukai orang seperti Karei.

"Kalau Leon, Kak? Dia gimana? Dia nggak pernah bunuh orang, kan?" tanya Zoeya yang memang penasaran.

Alan menggeleng, tangannya itu sekarang terulur dan meraih bungkus Pocky yang tergeletak di dasboard. Mengambil isinya dan mulai memakannya. Setelah berhasil mengunyah, dirinya baru menjawab, "Kalau sampai hilangin nyawa, Leon nggak pernah. Tiap tawuran juga dia cuma pakai tangan kosong. Paling parah dia patahin dua kaki sama dua tangan seseorang. Geng Avelon. Keren, kan?"

Zoeya menelan ludahnya, mematahkan kaki dan tangan jelas bukan sesuatu yang bisa dianggap keren.

"Itu waktu Angkasa nyaris di bacok. Dia belain temannya," tambah Ages.

Meskipun membela teman, tetap saja kan yang seperti itu masuk katagori kriminal? Uh, semoga saja Dikta tak sampai masuk penjara. Bisa frustasi Tante Indri kalau itu sampai terjadi.

----🛹🛹🛹----

Hujan telah reda, namun langit masih tetap mendung dengan awan hitam yang menggantung di atas sana. Seorang remaja tampak sedang terduduk di atas jok motornya dengan pandangan yang menatap remaja lain yang beringas memukuli seseorang yang terikat di pilar ruko.

Ia tak melarang, karena itu memang bukan kewajibannya. Lagipula mana mungkin dia mau menentang orang kedua di geng motornya.

Suara pukulan yang dilayangkan Karei pada musuhnya yang sudah pincang terus-terusan menghujam telinga Dikta. Dia hanya menatap datar kelakuan Karei dengan sesekali menyeka lukanya.

Pertarungan susah berakhir sedari tadi, dan tentunya kemenangan ada di tangan Dikta. Empat dari anggota Avelon berhasil kabur saat mereka sudah hampir kalah. Dua lainnya terikat dan sekarang sedang menunggu giliran untuk dipukuli hingga Karei puas. Dan sisanya, satu orang yang sekarang sudah pingsan karena terus-terusan menerima pukulan di seluruh tubuhnya. Karei memperlakukannya seolah-olah dia samsak tinju.

"Leon." Dengan tangan yang sekarang menonjok-nonjok wajah orang, Karei memanggil Dikta.

"Apa, Bang?" tanya Dikta.

"Hubungan lo sama Zoya itu apa?"

Dikta tak langsung menjawab, pria itu memikirkannya terlebih dahulu. Namun, dipikir sampai kepalanya botak pun, dia tak punya hubungan special dengan Zoeya. "Tetangga, Bang," jawabnya.

Karei berhenti memukuli lawannya, dia sekarang memperhatikan kedua punggung tangannya yang penuh darah, kemudian mengelapkannya pada pakaian yang dikenakan korban pukulan pria itu. Dia menoleh pada Dikta, kemudian berkata, "Lo suka sama dia? Mau jadiin dia pacar?"

Dikta mengerjap, suka? Sejak kapan ia suka dengan gadis itu? Menjadikannya pacar? Sejauh ini dia tak memiliki niatan semacam itu. Dikta menyadari itu, dan seharusnya dengan ringan dia bisa menjawab pertanyaan Karei dengan kata 'enggak.'

Namun pada kenyataannya, dia malah berpikir dan merasakan kebimbangan yang berkecamuk dalam dirinya.

"Lo suka sama dia?" Karena Dikta yang tak kunjung menjawab, Karei kembali melontarkan hal yang sama.

Menyadari dirinya yang memikirkan hal tidak berguna dan malah mengabaikan pertanyaan Karei, Dikta sontak berdiri dari motornya. "Nggak, Bang. Gue nggak ada niatan jadiin dia pacar," ucapnya.

Karei mangut-mangut, pria itu sekarang mendekat ke arah Dikta. "Kalau gitu gue bisa minta lo buat jauhin dia? Gue suka sama dia, gue mau jadiin dia pacar. Tapi kehadiran lo yang akhir-akhir ini nempel sama dia, cukup menghambat langkah gue," ucapnya.

Dikta diam, mulutnya terkunci rapat saat kalimat semacam itu keluar begitu saja dari mulut wakil ketua Stark. Kenapa bisa Karei menyuruhnya melakukan hal semacam itu? Hey, bukankah dekat dengan Zoeya bukanlah urusannya?

"Lo bisa, kan, Leon? Lo nggak suka Zoeya, dan gue suka sama dia, jadi, biarin gue dekatin tetangga lo buat jadiin dia pacar," ujar Karei, satu tangannya yang masih mencetak noda darah memegang bahu Dikta.

Dikta melirik tangan Karei yang bertengkar di bahunya, ah, itu bukan hanya sekedar bertengkar, karena pada kenyataannya, Karei sekarang meremas kuat bahu Dikta.

"Tapi, Bang, gue udah terlanjur bareng sama dia kalau berangkat dan pulang sekolah. Kalau tiba-tiba menjauh, gue nggak enak, Bang," ungkap Dikta yang akhirnya menjawab.

Karei melepaskan tangannya dari Dikta. "Itu gampang. Gue bisa antar jemput dia sekolah. Ngajak dia main juga gue bisa," ucapnya. "Jadi, lo pasti bisa jauhin Zoeya, kan? Kayak dulu. Kalian kan sebenernya nggak dekat atau punya hubungan. Hidup lo, ya elo, Zoeya, ya, Zoeya," lanjutnya.

Benar juga, sepertinya hidup seperti dulu tak akan ada pengaruhnya untuk Dikta. Lagipula Zoeya memang baru hadir akhir-akhir ini saja, dan Dikta pasti bisa menjauhinya. Tapi, kenapa untuk menjawab 'iya' rasanya begitu sulit.

Karei semakin mendekati Dikta, wajahnya maju ke sisi kepala pemuda itu. Sekarang mulutnya tepat berada di depan telinga Dikta. "Gue itu wakil ketua Stark," bisiknya kemudian menjauh.

Ah, sial! Sial sekali! Dikta itu keras kepala, dia tak akan menurut pada siapapun di dunia ini, termasuk pada kedua orang tuanya. Tapi ada dua orang yang tak bisa ia lawan, Alan dan Karei. Mereka terlalu iblis untuk Dikta yang masih calon iblis.

"Oke, Bang, gue bakal jauhin Zoeya," jawab Dikta akhirnya.

Karei tersenyum lebar, dia kemudian menepuk-nepuk bahu Dikta seakan dia sangat bangga pada lelaki itu.

"Kalau gitu gue bawa motor lo ke markas. Lo tolong bawa Avelon ke markas, juga, ya? Panggil aja salah satu anggota buat bawa mobil ke sini. Gue berangkat. Ah, iya, Zoeya sekarang ada di markas, biar gue yang antar dia pulang," ujar Karei panjang. Tanpa permisi dia menaiki motor Dikta, menyalakan mesinnya, dan melaju meninggalkan Dikta bersama tiga orang anggota Avelon yang sudah tak berdaya.

Dikta mengepalkan kedua tangannya, kenapa rasanya sangat kesal ketika ia berkata akan menjauhi Zoeya?

"Aarggh," teriak Dikta dengan tangan yang memukul udara. Kesal! Sangat kesal!

----🛹🛹🛹----

Huft, Karei, kenapa bisa kamu sekejam itu? Kasihan anak-anak Avelon. Apalagi yang barusan kamu jadiin samsak manusia. Eh, dua lainnya juga pasti nyusul jadi samsak nanti di markas. Huft, Diktaaaa, masa iya kamu mau jauhin Zoya, sih? Ah, aku enggak rela tahu.
Kritik, saran, vote, dan komentar selalu aku nantikan, ayang-nim!

22.07.2021

----TBC----

Continue Reading

You'll Also Like

9.7K 1.1K 33
- Hanya seorang Yabuki Nako yang benci sama anak kecil -
2M 116K 64
"Tadi lo bentak dia dan hampir aja main fisik. Dia itu pacar lo, lo nggak boleh bersikap kayak gitu." "Dia nggak terlalu penting. Pacar gue nggak cum...
141K 26.8K 46
Spin off Garuda *** Auristela Keisya, cewek tomboi yang nggak suka basa-basi. Iya, ya, iya. Nggak, ya, nggak. Uri panggilannya, semua olahraga ia la...
AGRIO By vivieyooo

Teen Fiction

1.1M 97.7K 59
[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Agrio, keturunan ke empat Surendra yang memiliki sifat yang berbeda dengan Papi, Opa, maupun pendahulu Surendra sebelum...