My Bad Neighbor (END)

By -Esqueen

322K 23.5K 1K

Bagi Zoeya, Dikta itu hanya berandal sekolah yang kebetulan bertetangga dengannya. Sedangkan bagi Dikta, Zoey... More

MBN 01
MBN 02
MBN 04
MBN 05
MBN 06
MBN 07
MBN 08
MBN 09
MBN 10
MBN 11
MBN 12
MBN 13
MBN 14
MBN 15
MBN 16
MBN 17
MBN 18
MBN 19
MBN 20
MBN 21
MBN 22
MBN 23
MBN 24
MBN 25
MBN 26
MBN 27
MBN 28
MBN 29
MBN 30
MBN 31
MBN 32
MBN 33
MBN 34
MBN 35
MBN 36
MBN 37
MBN 38
MBN 39
MBN 40
MBN 41
MBN 42
MBN 43
MBN 44
MBN 45
MBN 46
MBN 47
MBN 48
MBN 49
MBN 50
MBN 51
MBN 52
MBN 53
MBN 54
MBN 55
MBN 56
MBN 57
MBN 58
MBN 59 (Ending)
New Story
Alan Abiputra
Tahu Tidak?

MBN 03

7.7K 623 37
By -Esqueen

Waktu menunjukan pukul 22.15, namun sosok pria yang masih mengenakan seragam sekolah itu sama sekali tak peduli. Dia masih asik duduk di sofa lantai dua salah satu club ternama di kotanya. Ada seorang perempuan di sampingnya, sedang bersandar pada lengannya dengan tangan yang memegang gelas berisi minuman keras. Teman-temannya yang juga datang ke tempat ini sedang sibuk menari di lantai bawah sana.

"Leon, apa kabar, bro?"

Dikta, pria yang tengah asik duduk seraya mendengarkan musik tak jelas itu menengadah begitu merasa namanya disebut. Dia tersenyum kecil, kemudian bangkit dan melakukan salam ala lelaki dengan orang yang baru menghampirinya. Dia yang tiba-tiba berdiri membuat perempuan yang bersandar padanya harus rela tumbang ke kursi dengan minuman yang juga ikut tumpah. Untung saja tumpahnya ke bawah, tidak ke baju perempuan itu.

Dikta yang baru sadar segera mengambil gelas dalam genggaman si perempuan, menyimpannya pada meja, lalu mengangkat perempuan itu dan membuatnya bersandar lagi pada lengannya.

"Cewek lo, bro?" tanya orang yang baru saja tiba itu seraya sibuk menuangkan minuman beralkohol ke dalam gelas.

"Iya," jawab Dikta seadanya.

Pria itu tersenyum, kemudian mulai menegak minuman yang baru dituangkan itu. "Cewek mana?" tanyanya.

Dikta juga menegak minuman yang sama sebelum ia menjawab pertanyaan itu. Pemuda itu menggoyang-goyang gelas minuman miliknya, kemudian berkata, "SMA Tunggal Jaya. Udah lama gue, Za."

Pria tadi yang memiliki nama Reza itu mengangguk mengerti. "Sendiri lo?" Kali ini dia mengganti pertanyaannya.

Dikta menggeleng lemah, kepalanya sekarang sudah bisa merasakan pusing akibat minuman yang ia konsumsi. "Enggak. Velo sama Angkasa ada di bawah," jawabnya.

Reza mangut-mangut, pemuda itu tak lagi bersuara. Dia memilih sibuk menegak minuman seraya sesekali menggoda perempuan yang lewat di sekitarnya.

Tak lama Dikta merasakan getaran dalam saku celananya, membuatnya merogoh saku celana itu. Dia mengeluarkan benda pipih berwarna hitam dari sana, memperhatikan layarnya yang menampilkan telepon masuk dengan nama 'Mama'. Bukannya menjawab, Dikta malah menolak telepon itu, kemudian menyimpan ponselnya di samping tempat duduknya. Persetan, palingan ibunya itu akan menyuruhnya untuk pulang. Karena memang sejak pagi dia belum pulang ke rumah.

Belum sampai satu menit, ponselnya itu kembali bergetar, membuat Dikta berdecak dan kembali memencet tombol merah guna menolak sambungan. Namun, berapa kalipun ia melakukan itu, ponselnya terus kembali bergetar, membuatnya geram dan segera mengangkat telepon tanpa melihat terlebih dahulu. Toh, sudah pasti itu ibunya.

"Apa?" ucapnya tanpa basa-basi.

"Kata nyokap lo pulang! Udah malam!"

Suara ini? Dikta berdecih pelan, tanpa menjawab apapun, dia segera mematikan sambungan. Itu sudah pasti Zoeya. Tetangganya yang satu itu entah kenapa gemar sekali mengurusi hidupnya, membuatnya sangat risih. Tak cukup apa ibunya yang selalu mengaturnya? Zoeya juga sering ikut-ikutan.

Dikta membuka riwayat panggilannya. Dia semakin kesal kala yang ia angkat merupakan panggilan pertama Zoeya, sedangkan yang ditolak semuanya dari ibunya. Ah, gadis itu pasti sedang salah paham sekarang.

----🛹🛹🛹----

Zoeya menatap kesal sambungan teleponnya yang baru saja diputus secara sepihak. Bisa-bisanya Dikta membuatnya kesal malam-malam seperti ini. Huh, kalau saja bukan karena ibunya alias Tante Indri yang datang ke rumah dan meminta dirinya untuk menelepon Dikta, dia juga tak akan sudi melakukan itu.

Zoeya kini beralih pada aplikasi WhatsApp, mencari kontak Dikta dan mengetik pesan untuk lelaki itu.

Pulang! Nyokap lo nungguin di luar!

Begitulah isi pesan yang ia ketik dengan setengah hati. Setelah mengirimkan itu pada Dikta, Zoeya segera keluar dari kamarnya. Niatnya adalah menuju ruang tamu di mana Tante Indri sedang menunggunya guna mendapat kabar dari Dikta.

Zoeya menuruni satu persatu anak tangga, kemudian berjalan melewati ruang keluarga yang berisi ayahnya guna sampai di ruang tamu.

Begitu sampai di tujuannya, dia bisa melihat Tante Indri yang duduk di sofa ditemani dengan ibunya yang sedang memangku adik kecilnya yang tengah tertidur.

"Dikta nggak apa-apa Tante. Dia angkat telepon aku. Aku udah suruh dia pulang, tapi jangan berharap. Dia kayaknya lagi sama teman-temannya," ucap Zoeya diakhiri dengan senyum kecil khasnya.

Tante Indri membuang napasnya lega, setidaknya dia tahu anak semata wayangnya itu sehat-sehat saja. "Anak itu giliran kamu yang telepon dia angkat. Tapi syukur kalau Dikta nggak kenapa-kenapa, makasih, yah, Zoya. Maaf, loh, Tante ngerepotin kamu terus," balasnya.

Zoeya mengangguk kecil. "Iya, Tan, nggak apa-apa. Tante nggak usah tunggu Dikta di luar lagi, dia pasti langsung masuk kalau udah pulang," ujarnya.

Tante Indri mengangguk, ibu rumah tangga itu kemudian berdiri dari duduknya. "Bu Jessy maaf, ya, saya ganggu waktu keluarganya," ucapnya dengan nada sopan pada ibu Zoeya yang juga sudah berdiri.

Bu Jessy tersenyum ramah, wanita itu juga menggelengkan kepalanya. "Nggak apa-apa kok, Bu, malah saya senang ada yang bertamu ke rumah," ungkapnya.

Setelahnya Tante Indri pamit untuk kembali ke rumahnya sendiri yang berada di seberang kediaman keluarga Zoeya. Tentunya Zoeya dan Ibunya mengantar wanita itu hingga depan rumah.

"Diktanya lagi di mana, sayang?"

Seraya melangkah menuju ruang keluarga, Bu Jessy melontarkan pertanyaannya pada anak pertamanya itu.

"Kayaknya club, deh, Bun, berisik banget soalnya," jawab Zoeya seadanya. Ia bisa menjawab itu karena memang ia merasa Dikta berada di sana. Terdengar dari musik yang diputar dan suara Dikta yang terdengar lemah.

"Anak itu, ibunya khawatir di rumah, eh, anaknya malah di tempat kayak gitu," balas Bu Jessy. "Kamu jangan sampai ikut-ikutan."

Zoeya menggerakan mulutnya ke samping. Ayolah, mana mungkin dia mau berperilaku seperti Dikta. Membayangkannya saja dia sudah tak suka duluan.

"Nggak mungkin lah, Bun," kata Zoeya  seraya mendudukan dirinya di kursi tepat di sebelah ayahnya yang sedang menonton program berita malam.

"Kenapa Bu Indri, sayang?" tanya ayahnya tanpa menoleh pada Zoeya sama sekali. Pria berumur itu malah fokus dengan tontonannya.

"Biasa, Yah, nanyain Dikta," jawab Zoeya seraya melirik sekilas sosok Ayahnya.

Ayah Zoeya hanya mengangguk saja dalam menanggapinya.

"Tumbenan Ayah ada di rumah dari pagi tadi," ucap Zoeya kembali membuka suara.

Tak salah gadis itu melontarkan perkataan semacam itu, karena memang biasanya Sang Ayah juga Sang Ibu tak pernah diam seharian di rumah. Mereka berdua paling awal datang ke rumah sewaktu magrib, dan untuk hari ini keduanya tiba-tiba ada di rumah sejak pagi, membuat Zoeya bertanya-tanya.

Hal yang membuat kedua orang tua Zoeya jarang di rumah tak lain adalah pekerjaan. Ya, apalagi kalau bukan itu? Mereka adalah Presdir juga Wakil Presdir dari salah satu perusahaan pesawat terbang termaju dunia cabang Asia. Kaya? Oh, tentu saja, kekayaan mereka bahkan sempat disinggung oleh berita gossip para publik figur.

"Ayah sama Bunda kamu milih pulang dulu buat hari ini. Sengaja buat ketemu kamu sama Orion sebelum kami terbang ke Inggris. Kantor pusat manggil kami, sayang," jawab Ayah Zoeya santai.

Zoeya hanya mangut-mangut, ia tak kaget atau mengeluarkan ekspresi yang berlebihan. Itu terjadi karena memang dirinya sudah sering menghadapi kejadian serupa. Bunda dan Ayahnya memang selalu terbang jauh ke negara lain untuk urusan pekerjaan mereka. Tapi tentu saja Zoeya tak mempermasalahnya, karena meski begitu, ia tetap mendapat kasih sayang yang berlimpah dari kedua orang tuanya.

"Udah malam, tidur sana, sayang. Ayah juga mau istirahat. Bunda kamu malah udah istirahat duluan," ucap Ayah Zoeya seraya mematikan televisi yang ditontonnya. Kebetulan program berita sudah selesai tayang, berubah menjadi film action luar negeri yang membuat Ayah Zoeya tak tertarik menontonnya.

"Yaudah, Yah, aku tidur dulu," papar Zoeya seraya bangkit dari duduknya. Melangkah menaiki tangga guna menuju kamarnya sendiri.

----🛹🛹🛹----

Bayangkan betapa kayanya Zoeya! Keuanganku menangis melihat ini :'). Tapi nggak apa-apa, deh, toh Zoeya itu anakku.
Kritik, saran, vote, sama coment selalu aku nantikan loh, miskah-!

15.07.2021

----TBC----

Continue Reading

You'll Also Like

125K 6.3K 62
Semesta Series 1 ( Mountain ) Young Adult Bima Bumi Barameru, sesuai arti namanya Bumi yang berkuasa di gunung Merapi. Bima, terkenal sebagai penguas...
762K 39.4K 59
# 7 in teenfiction (11-01-2019) "Lo berdebar gak pas gue di dekat lo? Kalo iya, berarti lo suka sama gue." _ Althaf, si cowok bad boy yang hobinya me...
3.2K 142 63
Di sinilah tempat pengetahuan mengenai dunia literasi. Kita memberikan materi yang bersangkutan dengan literasi. Kami memulai materinya dari sejarah...
Caramel By callmegal

Teen Fiction

953K 44.7K 67
[ T A M A T ] "Punya mulut dijaga!" desis Caramel. "Ngapain gue jaga mulut gue buat orang yang kasar dan nggak tau sopan santun kaya lo!" balas Malvi...