Indigo Tapi Penakut | END

By nnnylegna

6M 1M 297K

"Gue jadi ekor lo, boleh?" - Axelleon Kastileo. *** Axel itu seor... More

ツ|Axelleon Kastileo
ツ|Valetta Lizhunt
ツ|Chapter 1
ツ|Chapter 2
ツ|Chapter 3
ツ|Chapter 4
ツ|Chapter 5
ツ|Chapter 6
ツ|Chapter 7
ツ|Chapter 8
ツ|Chapter 9
ツ|Chapter 10
ツ|Chapter 11
ツ|Chapter 12
ツ|Chapter 13
ツ|Chapter 14
ツ|Chapter 15
ツ|Chapter 16
ツ|Chapter 17
ツ|Chapter 18
ツ|Chapter 19
ツ|Chapter 20
ツ|Chapter 21
ツ|Chapter 22
ツ|Chapter 23
ツ|Chapter 24
ツ|Chapter 25
ツ|Chapter 26
ツ|Chapter 28
ツ|Chapter 29
ツ|Chapter 30
ツ|Chapter 31
ツ|Chapter 32
ツ|Chapter 33
ツ|Chapter 34
ツ|Chapter 35
ツ|Chapter 36
ツ|Chapter 37
ツ|Chapter 38
ツ|Chapter 39
ツ|Chapter 40
ツ|Chapter 41
ツ|Chapter 42
ツ|Chapter 43
ツ|Chapter 44
ツ|Chapter 45
ツ|Chapter 46
ツ|Chapter 47
ツ|Chapter 48
ツ|Chapter 49
:(|Chapter 50
:(|Chapter 51
ツ|Epilog
ツ|Extra 1
ツ|Extra 2
SEGERA TERBIT
VOTE COVER + GIVEAWAY

ツ|Chapter 27

88.9K 17.7K 4.4K
By nnnylegna

sᴇʟᴀᴍᴀᴛ ᴍᴇᴍʙᴀᴄᴀ
ᴊᴀɴɢᴀɴ ʟᴜᴘᴀ
ᴠᴏᴛᴇ , ᴄᴏᴍᴍᴇɴᴛ , ғᴏʟʟᴏᴡ

ϙᴜᴇsᴛɪᴏɴ:
ᴋᴇɴᴀᴘᴀ ᴋᴀʟɪᴀɴ ᴅɪ sɪɴɪ?

"MIA MAU JADI ANTAGONIS!" Mia bergelantungan di kaki Ono.

Ono menghela napas panjang, "Lo kalau mau jadi antagonis jangan lapor ke gue, lapor ke si sekre."

Mia menoleh ke arah Sekretaris. Sekretaris Kelas terlihat sangat fokus membaca naskah drama. Mia menggeleng, "Nanti Mia dibunuh."

Ono lagi-lagi menghela napas panjang. Dia juga ingin sekali ganti peran. Bagaimanapun, Ono adalah laki-laki yang maco. Bagaimana bisa dirinya mendapat peran Anastasia, kakak tiri Cinderella? Dimana harga dirinya?

Mia mengerucutkan bibirnya. Menoleh ke arah Valetta yang sedang membaca naskah di samping Axel. "Mia pengen jadi Mama tiri Cinderella... Mia gak mau jadi peri yang pakai sayap... Nanti Mia dibilang mirip Mimi Peri, gimana?"

Ono mengangkat tangannya dengan ragu, ia menepuk kaku kepala Mia. "Lo cocok jadi peri, baik. Kalau jadi antagonis, lo terlihat terlalu polos. Enggak bakal ada yang berani bilang lo mirip Mimi Peri. Ada gue."

"Serius?" tanya Mia ragu-ragu. Ono mengangguk.

Mungkin kalian bingung kenapa bendahara kelas XI IPA 3 berbeda dari bendahara biasanya. Karena pertama, Mia punya skill menangis yang dapat membuat semua murid kasihan dan berakhir membayar uang kas. Kedua? Ada pawang yang galak. Siapa lagi pawang itu kalau bukan Giono.

"INI DRAMA ENGGAK BAKAL BISA DIBAWA SERIUS, NJIR!" Sekretaris Kelas mengamuk. Sebenarnya dia tidak ngamuk. Bawaannya saja yang galak.

"Enggak apa-apa, kita bawa bercanda aja," sahut Ghevan yang sudah semangat memerani perannya sebagai Jaq. Ia sudah menerima kenyataan.

Bagi Ghevan, jadi tikus pun ia masih bisa tampan. Lagi pula Ghevan tidak disuruh merangkak di atas panggung. Tikus yang satu ini dapat ia perankan walau berdiri.

Sedangkan Eros masih terlihat tidak percaya akan menjadi tikus. Sesekali ia melirik naskah lalu buang muka seraya menghela napas sepanjang-panjangnya.

Pasti setelah drama ini, Shavira akan melihat Eros dengan mata yang berbeda.

Axel? Dari tadi matanya memperhatikan perempuan di sampingnya yang akan berperan sebagai Lady Tremaine.

"Lo enggak baca naskah lo?" tanya Valetta dengan mata yang masih memperhatikan naskahnya.

"Gue udah familiar sama cerita Cinderella. Bagian-bagian gue juga gak rumit banget, nanti aja."

Memperhatikan lo sekarang merupakan kegiatan yang lebih menarik, lanjut Axel dalam hati.

"Ohh..."

Di tengah kelas ada Wakil Ketua yang sedang tertidur di atas naskahnya. Pasti dia belum membaca naskah sama sekali. Biarlah, karakternya juga tak banyak bicara.

"BANGUN!" Ketua Kelas menendang kursi Wakil Ketua hingga Wakil Ketua jatuh.

Perlu kalian ketahui kalau Ketua Kelas XI IPA 3 itu perempuan, bukan laki-laki.

"BACA NASKAHNYA!"

"Apa sih... Gue gak baca juga udah bisa!"

"COBA!"

"Tunggu latihan sama yang lain, lah. Gue tinggal improvisasi."

Wajah Ketua Kelas memerah, "IMRPOVISASI JIDAT LO! YANG ADA LO TIDUR PAS DI PANGGUNG!"

Wakil Ketua merapikan tempat duduknya, bersiap-siap untuk tidur lagi. "Siapa suruh kalian enggak kasih gue peran batu atau jadi putri tidur."

"Lo cowok, ngapain jadi putri tidur!?"

"Biarin, yang penting gue bisa tidur," kicau Wakil Ketua.

"Yang ada pas lo dicium pangerannya, lo bangun sedetik buat nampar tuh pangeran habistu tidur lagi!"

Dan mereka pun terus berdebat. Kelas XI IPA 3 benar-benar ramai dengan berbagai perbedaan.

Ferguso dan Putri masuk ke kelas membawa beberapa kertas bergambar rancangan kostum karya mereka.

"GUYS! Kesindang, capcus!" pekik Ferguso.

Mia yang masih lengket dengan Ono pun langsung mendalami pekerjaan sampingnya, "GUYS! Kesini, cepat!"

Semua berkumpul mengelilingi Ferguso dan Putri. Melihat hasil desain duo desainer XI IPA 3, para murid hanya dapat memuji dan bertepuk tangan.

Semua terlihat bahagia dan suka dengan rancangan kostum tersebut. Kecuali Ono.

"Put. Gue punya enggak bisa lebih manly apa? Malu tau kalau pakai dress kayak gitu," gerutu Ono.

Putri menggeleng. "Kemarin gue udah tanya lo, tapi lo yang bilang enggak apa-apa kalau pakai dress. Udah terlanjur buat, gak bisa ganti."

Ono terdiam. "Sejak kapan lo tanya?"

"Gue chat."

Mia yang berdiri di samping Ono tertawa cekikikan. Ono menyadari tingkah aneh Mia.

"Lo ngapain lagi, Mia?" Ono bertanya dengan sabar. Sangat-sangat sabar.

"Mia yang kemarin bantu jawab hehehe, habisnya Ono sibuk main sama baby Lala. Ono cocok kok, kalau pakai dress. Lucu, hehehehe..."

Ono membuang napas kasar tapi tidak bisa marah pada Mia. Kemarin memang dia terlalu sibuk menjaga dan bermain dengan adiknya Mia yang baru berumur dua tahun.

Valetta dan Axel berdiri sampingan bahkan berdesakan karena memang semua murid ingin sekali melihat rancangan Ferguso dan Putri.

Saat ada laki-laki lain hampir menabrak Valetta. Axel dengan gesit menarik Valetta mendekat ke arahnya, hampir berpelukan.

"Hati-hati," ujar Axel pelan tepat di dekat telinga Valetta.

Valetta sedikit kaget saat Axel menariknya. Ia mengangguk, "Makasih."

Eros dan Ghevan membuka mata mereka lebar-lebar lalu senyam-senyum dengan tangan terkepal.

"Kok panas ya, Van?"

"Enggak tau nih, kayaknya gara-gara ada yang bucin tapi gak peka."

"Bikin geram, ya?"

"Banget. Pengin gue nikahin di tempat!"

Valetta mengerjapkan matanya beberapa kali lalu kembali memperhatikan rancangan Ferguso dan Putri.

"GAES KUMPUL! AYO MULAI COBA BACA NASKAH!"

Tidak seperti biasanya. Zahra hari ini tidak terlihat mengikuti Axel. Bahkan hari ini Vaketta tidak ada melihat sosok Zahra. Baguslah.

Namun, Valetta menghela napas panjang saat ia melihat sosok Nikol sedang menunggu di sebelah motornya. Wajah Nikol masih dipenuhi memar berkat hajaran Axel.

Axel berdecak kesal. Tangannya ia masukkan ke saku celana. Ia terlihat akan menghajar Nikol lagi.

"Axel." Valetta menahan Axel. Mereka berdua saling tatap untuk beberapa detik sebelum akhirnya Axel mengalah.

"Iya enggak gue hajar," ujar Axel. Tapi mata Axel menatap tajam Nikol.

Nikol mendongakkan kepalanya, ia sedikit tersenyum saat melihat Valetta, wajahnya datar kala melihat Axel.

"Lo kenapa masih ke sini?" tanya Valetta malas.

Nikol melirik Axel, seakan memberi kode agar Axel pergi saja. Nikol ingin berbicara empat mata bersama Valetta.

Valetta tau maksud Nikol. Tapi ia tak berniat menyuruh Axel pergi. "Cepat ngomong."

Nikol menghembuskan napasnya kasar. Memejamkan matanya sejenak sebelum dirinya membuka mulut. "Gue lagi-lagi mohon, Val."

"Gue mau perbaiki hubungan kita," ujar Nikol.

Jika Axel tidak di belakang Valetta. Pasti satu tonjokkan lagi-lagi ia beri untuk Nikol.

Axel tidak tau persis hubungan Valetta dengan Nikol sebelumnya, tapi Axel ada perasaan tidak enak.

"Gue gak minta kita balikan jadi pacar lagi. Jadi teman aja gak apa-apa, Val." Nikol menambahkan.

Valetta diam sejenak. "Gue gak bisa bilang iya. Gue paling benci sama yang namanya pengkhianat."

Setelahnya Valetta naik ke motornya. "Lo gak usah ke sini lagi. Gue udah sabar banget enggak ngehajar lo."

Sebenarnya bisa saja Valetta menghajar Nikol sekarang. Tapi ia masih memiliki hati. Valetta tidak berniat memperparah lebam di wajah Nikol.

"Val—"

Valetta mengangkat sebelah tangannya, "Jangan ngomong lagi. Jawaban gue tetap enggak. Walaupun cuman teman, gue gak mau yang enggak setia."

Axel naik ke motornya, memakai helmnya.

"Ayo, Ax. Pulang," ajak Valetta diangguki oleh Axel. Mereka berdua pergi meninggalkan Nikol yang hanya bisa mengacak rambutnya kasar.

Selama perjalanan pulang. Axel sesekali melirik Valetta. Entah kenapa ia melirik Valetta. Ia hanya ingin memastikan sesuatu.

Sesampai di depan rumah. Axel menghampiri Valetta.

"Val."

"Ya?"

"Gue boleh tanya sesuatu?"

Valetta mengangguk.

"Nikol itu sebenarnya siapa?" tanya Axel dengan wajah serius.

"Kenapa? Lo penasaran?"

Kini giliran Axel yang mengangguk.

"Tapi gue ingat kalau dulu gue pernah bilang lo gak boleh kepo."

Perkataan Valetta berhasil membuat Axel tertunduk. "Ya udah, kalau gak mau bilang, gak apa-apa."

Valetta menahan tawa, dirinya sengaja berkata seperti itu karena ingin melihat reaksi Axel. Aslinya Valetta sekarang tidak terlalu menekankan poin tersebut. Tak masalah jika Axel ingin tau sedikit.

"Kalau gitu gue masuk ke rumah aja. Bye." Axel hendak melangkah pergi namun ditahan oleh Valetta.

"Gue kasih tau. Jangan ngambek gitu mukanya," ujar Valetta tertawa lepas.

"Nikol itu mantan gue. Gue sama dia udah putus sekitar setahun. Ada lagi yang mau lo tanyain?"

Axel menggeleng. Valetta pun mengambil posisi akan pergi. "Kalau gitu gue pergi dulu, bye-bye."

Axel memperhatikan Valetta hingga Valetta benar-benar tidak dapat ia lihat lagi. Perlahan ia mengangkat tangannya ke dada.

Jantungnya berdebar sangat cepat.

Dan hal itu disebabkan oleh karena senyuman Valetta dan tangan mereka yang bersentuhan hanya untuk beberapa detik.

Axel tidak mau mengelak lagi.

Axel berlari ke dalam rumah. Bahkan ia tak kaget saat ada hantu yang tiba-tiba menyapanya. Semua bagaikan angin lewat karena sekarang Axel hanya ingin memberitahu sesuatu pada Bea ataupun Aless.

Bea baru saja selesai memindahkan kue browniesnya dari loyang ke piring, ia tersenyum saat melihat Axel. "Eh, Axel udah pula—"

"Mama. Axel suka Valetta."

Kalimat tersebut berhasil membuat loyang kosong di tangan Bea jatuh ke lantai, bahkan menarik perhatian Aless yang baru selesai mandi.

"SUARA APA ITU!?" Aless bertanya dari lantai dua. Ia buru-buru kebawah dengan pakaian yang tidak benar, baru saja memakai celana. Alias, perut kotak-kotak yang tak kalah dari perut Axel terpampang jelas.

"P-Papa... Axel, coba kamu ulang lagi perkataanmu," pinta Bea terbata-bata.

"Mama, Papa. Axel suka sama Valetta. Kali ini Axel yakin."

Beberapa detik Bea butuhkan untuk sadar. Ia lompat kegirangan dan berlari ke arah Aless sembari mengoceh betapa senangnya Bea mengetahui anaknya suka pada seseorang.

"Mama..." Axel kembali memanggil Bea.

"Iya, Sayang?"

"Axel mau konsultasi..." lirih Axel.

Bea segera menghampiri putranya dengan semangat kemerdekaan. "Apa yang ingin kamu tanyakan, tanya sama Mama atau enggak Papa, ayo!"

"Axel udah tau kalau Axel suka sama Valetta,"

"Sekarang Axel harus ngapain?"

"Nikah sama Valetta, ya? Kayak yang Papa bilang kemarin?"

"..." Tidak begitu konsepnya, Sayang.

ᴠᴏᴛᴇᴄᴏᴍᴍᴇɴᴛғᴏʟʟᴏᴡ

Terimakasih sudah mau membaca dan menyemangati author ♡ maaf kalau author enggak bisa balas satu-persatu karena author mau kelarin cerita ini secepatnya /ekhem masih jauh.

Untuk chapter selanjutnya. Author enggak pakai target ♡ tapi pakai mood 💅

Jadi... Terserah author mau up kapan 😇 tapi spam next dan vote kalian tetap author pantau 😘

Spam next di sini 👉

Pertanyaan dan kata-kata mutiara di sebelah sini 👉

Ini bukan kucing saya gaes

See you on next chapter ♡

ᴘᴜʙʟɪsʜᴇᴅ ᴏɴ
10.07.2021

Continue Reading

You'll Also Like

MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

4.2M 250K 54
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
603 155 21
[BELUM REVISI] Bagi Zee, Irham itu nggak lebih dari sekedar ketua Osis bucin nan melankolis yang suka sok sangar waktu razia. Cowok aneh yang terus-t...
174K 17.2K 52
Dino si cowok cenayang yang bisa membaca pikiran siapa saja. Ganteng dan tajir tapi sedikit berbicara, dan tidak pernah memiliki pacar. Berbeda deng...
594K 16.7K 49
Kata orang jadi anak bungsu itu enak, jadi anak bungsu itu menyenangkan. Anak bungsu di manjain, di prioritas kan, dia sayang, bahkan di ratukan oleh...