NAYANIKA ZARA✅

By Annadzofah

21.6K 2.8K 403

[END- TELAH DI SERIESKAN] "Mata yang indah. Mata yang melihat semua ciptaan Allah adalah sebuah keindahan." B... More

SALAM PENULIS
PROLOG
(1) Namaku Zara
(2) Akhir kelas 3
(3) Hilang
(4) Keputusan
(5) Acara Pesantren
(6) Question and Answer
(7) Siapa aku?
(8) Menikmati Hidup
(9) Permintaan Kiai
(10) Detak Pertama
(12) Serpihan Zara
(13) Rasa Yang Sulit Dicegah
(14) Teman Lama
(15) Tenang Seperti Senja
(16) Dia Zara
(17) Pemeran Utama
(18) Di Mulai
(19) Dilema
SPOILER SERI
SPECIAL CHAPTER

(11) Bibit Awal

417 119 6
By Annadzofah

"Kenapa kamu tertawa, Ra?" Tanya Nida heran.

Sedari tadi, aku sekuat mungkin menahan tawa di depan dua Kang-kang itu. Setelah meninggalkan serambi Masjid menuju asrama, tawaku tak mampu kutahan lagi.

"Bukan apa-apa Ning, aku hanya ingin tertawa mendengar pesan yang Kang Rasyiq katakan di akhir tadi."

Usai menutup diskusi pertama hari ini, aku mengetahui sisi lain dari sosok Kang Ali Rasyiq. Ternyata dia bukanlah pria hangat seperti yang banyak orang kira. Di setiap pembicaraan tadi, tak sekalipun ia mencairkan suasana diskusi dengan gurauan atau basa-basi. Tidak sekalipun. Malah terlihat pendiam nan serius. Selalu to the point dengan apa yang ingin di katakan.

Malah Kang Wisnu yang terlihat lebih friendly dan pandai mencairkan suasana yang sedari awal sudah membuatku merinding. Jika aku boleh menebak, mungkin Kang Rasyiq memang sedang tidak enak badan, atau mungkin juga karena ia membatasi diri ketika berada dalam forum diskusi yang melibatkan dua orang laki-laki dan perempuan bersamaan. Hanya beberapa kali menanyakan pengalaman dan menguji speak up kami. Selain itu aku dan Nida-lah yang sibuk bertanya. Tapi sungguh, kalimat terakhirnya tadi membuatku terkejut dengan aneh. Antara tak percaya dan ingin tertawa karena bagiku itu lucu.

Kesanku pada pria itu kali ini sangat berbeda ketika Seminar beberapa hari lalu yang terlihat lebih santai dengan gaya bicaranya yang bersahabat. Bahkan disela-sela pemberian materi, Kang itu masih sempat beberapa kali bergurau dengan Kang Wisnu selaku Moderator acara. Mungkin itulah salah satu cara agar banyak yang memahami hal-hal yang ia sampaikan, sedikit dengan guyon juga bertujuan agar audiens tidak merasa bosan.

Tapi tetap saja, melihat perbedaan drastis itu hari ini, terasa amat menarik untuk dibicarakan dengan Aini nanti. Dia pasti sangat antusias.

Dan apa itu tadi? Melibatkan perasaan? Apa ia mengira kami akan Jatuh cinta padanya? Yang benar saja! Itu tidak akan pernah terjadi.

"Terkejut ya?" Nida tersenyum setelah kuberitahu sebab mengapa aku tertawa.

"Kang Rasyiq memang seperti itu, Ra. Sangat jauh dari kata 'hangat' dengan wanita. Terutama pada wanita yang tidak ia kenal."

Aku terhenti setelah mendengar pernyataan Nida. Raut Wajahku berubah, menyiratkan tanda tanya. Bagaimana Ning Nida tahu?

Ia tersenyum. "By the way, aku dan Rasyiq adalah teman dekat."

Mataku melebar "Wah! Benarkah Ning? Pantas saja!"

"Kenapa?"

"Kalian berdua terlihat sudah nyaman satu sama lain!"

"Ada-ada saja kamu, Ra.. Kami hanya berteman."

"Ah masa?"

"Kami saling mengenal sejak kecil karena Dia sering sowan kerumahku bertemu Abi dan Umi."

Kulihat tatapan mata beralih, mengarah ke depan dengan senyuman indah di wajah anggunnya. Seakan pikiran perempuan di sampingku ini sedang mengenang sesuatu di luar sana.

"Apakah kalian seumuran, Ning?"

Dia mengangguk "Kami satu kelas sejak Mts. Dan kamu tau? Di kelas kami hanya ada tiga wanita. Dan aku salah satunya."

Mulutku seketika terkatup. Luar biasa sekali! Lingkungan Pesantren mampu tetap menjaga pergaulan Siswa meski di kelas lebih Dominan Pria daripada wanitanya.

"Pasti seru sekali! Aku bisa membayangkan jika Ning Nida menjadi rebutan kaum adam di kelas itu!"

Nida hanya membalas gurauanku dengan tawa kecil.

Lalu semua cerita dimulai. Nida Menceritakan semuanya. Awal mula Kang Rasyiq bertemu dengannya, bagaimana kisah mereka saling mengenal dan menjadi teman baik hingga saat ini.

Wanita di hadapanku ini terlihat antusias dan bersemangat. Aku menyimaknya dengan baik Cerita-cerita masa lalu maupun masa kini yang bagiku memang hebat dan menakjubkan, apalagi untuk ukuran gadis biasa sepertiku. Setiap air kisah seorang Ning ini seakan mengalir begitu saja didepan mataku. Membuatku semakin mengenal dunia Pesantren dari segi dzuriyyah secara langsung.

Telingaku masih mendengarkan dengan baik sambil mengamati raut wajah Ning Nida yang berubah-ubah. Aku mengamati caranya menyebut nama Kang Ali Rasyiq. Melihat senyum cerahnya yang luar biasa cantik. Semakin luas cerita, entah mengapa aku seperti menyadari sesuatu.

'Apakah Ning Nida menyukai pria itu?'

Batinku menebak nebak begitu saja. Dia memang tidak mengatakan dengan jelas menaruh hati ataupun memiliki hubungan lebih dengan pria itu, hanya saja aku seperti dapat merasakan Jika rasa suka Nida lebih dari sekadar teman.

Bersahabat baik dalam jangka lama seperti itu sangat berkemungkinan saling menyukai bukan? Apalagi mereka sama-sama dari keluarga baik dan terpandang. Juga mereka sangat di kenal Abah Amar bahkan kemampuan mereka sudah di akui dimana-mana. Jika aku menilai, mereka serasi jika dijadikan sebagai Couple of the year Pesantren ini.

Aku ingin bertanya lebih jauh, tapi setelah kupikirkan lagi, akhirnya rasa ingin tahuku kusirnakan. Hal semacam itu bersifat pribadi dan itu bukan urusanku. Pula Bukan hal penting yang harus 'Gadis Awam' sepertiku ketahui. Toh mencampuri urusan orang lain sama sekali bukan gayaku. Jika memang Ning Nida dan Kang Ali Rasyiq memiliki hubungan, aku tidak boleh mengganggu dengan pertanyaan-pertanyaan-..

"Apa kamu menyukai Kang Rasyiq, Ra?"

Aku tertegun. Itu bukan kalimatku. Refleks kepalaku menoleh padanya yang baru saja memberi pertanyaan aneh itu. "Aku tahu semua Santriputri mengidolakannya, siapa tahu kamu termasuk dari golongan Secret Admirer seperti mereka, Zara?" Nida menimpali sambil tertawa kecil.

Aku melongo. "Bicara apa Ning ini? Tentu saja tidak.."

"Aku belum lama bertemu dengannya, Ning. Aku memang kagum dengan sosok beliau. Kang Rasyiq sehebat yang santri-santri katakan. Namun yang pasti, kemampuan dan ketenaran seseorang bukanlah hal ajaib yang bisa membuatku menyukainya begitu saja."

Nida tersenyum "Kamu benar, Ra. Tapi jujur saja, mengagumi adalah bibit awal dari mencintai, lho.."

"Benarkah?" Aku tersenyum tipis. Amat sangat tipis.

"Iya, begitulah yang kudengar dari orang-orang."

"Tenang saja Ning, aku tidak akan bisa menandingi pesona Ning Nida, jadi jangan takut oke?" Tanggapanku pelam menjawab Konspirasinya. Nida sedikit terkejut dengan kalimatku.

Aku terdiam beberapa saat. Pikiranku lagi lagi menelusuri Zaman dimana aku kecil.

Mengagumi adalah Bibit awal mencintai, ya?

Jika aku meneliti masa itu, sepertinya Konspirasi ini ada benarnya.

Kisah Cinta pertama dan terakhirku hanyalah bapak seorang. Manusia mulia yang Allah ciptakan untuk kusebut sebagai seorang ayah.. Sebagai bapak yang mencintaiku dan juga amat sangat kucintai.

Beliau ada bahkan sebelum aku lahir. Kata ibu, bapak setiap malam mengaji di samping ibu agar kandungannya selalu mendengar Kalam Allah. Bahkan detik pertama lahir, bapak ada untukku bersama air matanya. Suara Azan merdu yang beliau lantunkan di telinga kananku adalah Takdir paling menakjubkan yang takkan tergantikan oleh apapun di alam semesta ini. Suaranya adalah cinta pertama yang ia berikan melalui telinga mungilku. Kesabaran dan kasih sayangnya mengalir di setiap tumbuh kembang dan bertambahnya usiaku. Perjuangannya bekerja keras hingga keringat menetesi dahinya adalah jejak-jejak kekagumanku yang berbuah cinta yang begitu penuh. Sepenuh keindahan kala melihat senyuman damainya padaku saat beliau memanggilku Princess-nya.

Itu benar. Kekaguman selalu bisa menjelma cinta yang amat dalam. Hingga akupun sulit untuk meraih permukaan samudra. Jika tidak mampu berenang dengan benar, Sulit untuk kembali jika sudah terlalu jauh menyelam hingga ke dasarnya.

Itu benar. Dan disinilah aku berada, berusaha berenang meski sejatinya bapak tidak pernah mengajariku untuk berenang menjauhinya ataupun melupakannya.

Benar.. bahwa Kagum adalah bibit awal segala keindahan sekaligus rasa sesak itu.

"Senang bisa mengenalmu, Ra!"

"Aku juga, Ning!"

"Jujur saja, sepanjang aku berbincang denganmu, aku hanya ingin memberitahu bahwa matamu itu sangat cantik, Zara."

Aku tersenyum lagi. Mengangguk ramah kearahnya yang mulai beranjak pergi. Tanganku melambai, Pertemanan ini, kuharap akan selalu baik-baik saja.

Sungguh, Zara

Allah lah yang maha kuasa atas segala sesuatu. Jika kau tahu, diatas sana, menggema semua doa-doa yang selalu di langitkan.

Dan jawaban dari doa itu kini sedang ditulis lalu disimpan untuk dikabulkan. Lalu Ada yang sedang melukis. Ada yang sedang memutar roda kehidupan ini.

Untuk esok. Untuk lusa. Pula untuk masa berikutnya.

Dan juga, kisahmu hari ini, bisa jadi, akan membawamu pada suatu takdir. Ketetapan yang takkan pernah kamu sangka akan memilihmu.


TO BE CONTINUED

***


Setelah ini, masa lalu Zara akan terungkap. So, stay tune on my story oke :)

Continue Reading

You'll Also Like

2.4M 30.3K 29
"Lebarkan kakimu di atas mejaku! Aku ingin melihat semua yang menjadi hakku untuk dinikmati!" desis seorang pemuda dengan wajah buas. "Jika aku meny...
2.3M 106K 47
⚠️ Jangan menormalisasi kekerasan di kehidupan nyata. _______ Luna Nanda Bintang. Gadis itu harus mendapatkan tekanan dari seniornya di kampus. Xavie...
8.8M 109K 44
(⚠️🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞⚠️) [MASIH ON GOING] [HATI-HATI MEMILIH BACAAN] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] •••• punya banyak uang, tapi terlahir dengan satu kecac...
1.8M 58.7K 69
Cinta atau Obsesi? Siapa sangka, Kebaikan dan ketulusan hati, ternyata malah mengantarkannya pada gerbang kesengsaraan, dan harus terjebak Di dalam n...