Indigo Tapi Penakut | END

By nnnylegna

5.9M 1M 297K

"Gue jadi ekor lo, boleh?" - Axelleon Kastileo. *** Axel itu seor... More

ツ|Axelleon Kastileo
ツ|Valetta Lizhunt
ツ|Chapter 1
ツ|Chapter 2
ツ|Chapter 3
ツ|Chapter 4
ツ|Chapter 5
ツ|Chapter 6
ツ|Chapter 7
ツ|Chapter 8
ツ|Chapter 9
ツ|Chapter 10
ツ|Chapter 11
ツ|Chapter 12
ツ|Chapter 13
ツ|Chapter 14
ツ|Chapter 15
ツ|Chapter 16
ツ|Chapter 17
ツ|Chapter 18
ツ|Chapter 19
ツ|Chapter 21
ツ|Chapter 22
ツ|Chapter 23
ツ|Chapter 24
ツ|Chapter 25
ツ|Chapter 26
ツ|Chapter 27
ツ|Chapter 28
ツ|Chapter 29
ツ|Chapter 30
ツ|Chapter 31
ツ|Chapter 32
ツ|Chapter 33
ツ|Chapter 34
ツ|Chapter 35
ツ|Chapter 36
ツ|Chapter 37
ツ|Chapter 38
ツ|Chapter 39
ツ|Chapter 40
ツ|Chapter 41
ツ|Chapter 42
ツ|Chapter 43
ツ|Chapter 44
ツ|Chapter 45
ツ|Chapter 46
ツ|Chapter 47
ツ|Chapter 48
ツ|Chapter 49
:(|Chapter 50
:(|Chapter 51
ツ|Epilog
ツ|Extra 1
ツ|Extra 2
SEGERA TERBIT
VOTE COVER + GIVEAWAY

ツ|Chapter 20

97K 17.9K 4.3K
By nnnylegna

sᴇʟᴀᴍᴀᴛ ᴍᴇᴍʙᴀᴄᴀ
ᴊᴀɴɢᴀɴ ʟᴜᴘᴀ
ᴠᴏᴛᴇ , ᴄᴏᴍᴍᴇɴᴛ , ғᴏʟʟᴏᴡ

Wajah Valetta berbinar. Ia tak tahan mau tersenyum saat memperhatikan angka yang ada di kertas ulangannya.

90.

Valetta masih tak menyangka, akan ada hari di mana dirinya mendapat nilai setinggi ini.

"Ternyata lo cocok sama gue," ujar Axel menarik perhatian murid di depannya.

"Cocok?" tanya murid tersebut.

"Iya, dia cocok gue ajar, itu nilainya naik," ujar Axel lagi.

"Oh... Kirain..."

Valetta tersenyum, "Makasih udah ajarin gue, lain kali ajarin lagi ya."

Axel masih sering terpaku diam saat melihat senyuman Valetta, tapi kali ia lebih cepat sadarkan diri.

"Iya, bilang aja."

Nilai Axel? Tidak usah ditanyakan. Nilainya selalu sempurna jika ulangan. Axel menenggelamkan wajahnya siap-siap tidur.

Pelajaran pun berlanjut seperti biasa tanpa adanya hal spesial yang terjadi.

Saat bel istirahat berbunyi, barulah semua murid berhamburan keluar, tak terkecuali Axel dan Valetta.

Baru saja memijakkan kaki di luar, mereka sudah disambut oleh sosok badut berkedok murid kelas sepuluh.

"Lo kenapa sih ganggu mulu?" ketus Valetta heran.

"Gue enggak ganggu lo! Gue itu di sini buat Kak Axel!" sahut Zahra balik berusaha meraih tangan Axel tapi sayang ditepis pelan.

"Jangan sentuh, gue gak suka kalau ada yang nyentuh."

"Oh, ok Kak, Zahra enggak apa-apa kok," ujar Zahra.

Memanglah percaya dirinya sudah overdosis, urat malunya juga tidak ditemui.

Valetta tak mau lagi melihat wajah Zahra, ia segera meninggalkan posisi semula. Mau menuju kantin tempat teman-temannya yang lain sudah berkumpul.

Maka terjadilah sebuah skenario di mana Valetta dikejar Axel dan Axel dikejar Zahra.

"Weh, ada bajak laut mau hancurin kapal kita!" seru seseorang menarik perhatian murid lainnya.

"Gila si Zahra, bisa-bisanya dia jadi pelakor secara terang-terangan..."

Zahra tak mempedulikan hujatan demi hujatan yang diberi murid-murid lain, ia masih terus mengikuti Axel. Hingga Zahra berada di meja makan Valetta biasanya.

Tanpa rasa malu, ia duduk di sebelah Axel, jadinya Axel duduk di tengah-tengah dua perempuan, Valetta dan Zahra.

Ghevan menghela napas panjang, "Jalan-jalan ke rumah Dara, bolak-balik sana-sini,"

"Hei kamu yang bernama Zahra, kok jadi badut di sini?" lanjut Ghevan disusul tepukan tangan dari Lexa, Eros dan Shavira.

Wajah Zahra memerah, tapi ia berusaha tidak ngegas, di sini ada Axel. "Maksud Kak Ghevan apa, ya?"

"Gue kira badut pintar..." keluh Ghevan.

"Ternyata badut goblok, memanglah meresahkan. Mana masih muda..."

"Kasihan ya, pasti teman-temannya tertekan," tambah Lexa.

Shavira ikut beropini, "Jangankan teman, orangtuanya juga pasti ikut tertekan. Eh, emangnya dia punya teman?"

Eros pun tak ketinggalan, "Biasalah, oksigen aja harus mikir dua kali buat dihirup sama dia."

Brak!

"Sepertinya Zahra harus pergi dulu, sampai jumpa lagi Kak Axel," pamit Zahra tersenyum paksa, wajahnya sudah memerah bahkan urat di lehernya terlihat jelas. Maco juga perempuan satu ini.

Zahra berlari meninggalkan meja berisikan enam orang itu. Setelah Zahra pergi, satu kantin tertawa terbahak-bahak.

Valetta tersenyum miring, melirik ke empat orang yang tadi menampar Zahra lewat ucapan.

"Keren juga kalian," ujarnya.

"Iya dong, masa kami biarin pelakor berkeliaran di sini buat meluncurkan aksinya!" seru Shavira.

"Dia pelakor?" tanya Valetta penasaran.

"Iya, lah! Dia mau rebut Axel dari lo!"

"..."

Valetta menghela napas panjang. Ada apa dengan pikiran sahabat-sahabatnya?

"Emang Axel punya gue?"

"Iya, kan?" tanya Axel bingung.

Satu meja diam.

"Gue 'kan ekor lo?" lanjut Axel.

"Iya juga, sih..." lirih Valetta berpikir.

"Tapi lo bukan punya gue juga kali, gue mana peduli kalau lo direbut orang."

Eros, Ghevan, Lexa dan Shavira menghela napas panjang. Sampai kapan dua manusia ini akan mengelak?

Sekarang bilangnya gitu. Nanti pas udah beneran direbut barulah kapok dan menyesal.

Axel mengangguk, "Tapi gue gak bakal pergi sama orang lain, gue sama lo aja, kan lo satu-satunya yang buat aman dan nyaman."

"..."

Apa tidak ambigu? Apa salah kalau mereka berempat menganggap Valetta dan Axel saling suka? Apa salah jika mereka bilang Valetta dan Axel pacaran?

Lihatlah percakapan mereka. Romantis? Sangat!

"Gue heran sama dunia. Masih ada aja manusia-manusia yang enggak pekanya separah ini," gerutu Ghevan.

"Axel, kalau Valetta punya cowok lain gimana?" tanya Eros.

"Ya biarin, lah. Yang penting gue masih boleh ngikutin Valetta..."

"Enggak bisa, dong. Kalau Valetta punya cowok lain, lo otomatis gak bisa dekat sama Valetta lagi," ujar Eros.

Axel berpikir keras lalu mengangkat kedua bahunya, ia tidak berpikir sampai sana.

"Gue gak bakal punya cowok."

Semua mata tertuju pada Valetta.

"Yakin, Val?" tanya Shavira.

"Yakin. Gue kan udah pernah bilang itu."

"Iya sih, sejak lo disakitin sama Ni-"

"Jangan sebut namanya. Merusak mood," potong Valetta, wajahnya serius.

Axel menoleh ke arah Shavira penasaran, "Valetta disakitin?"

"Enggak. Gue gak disakitin. Hiraukan aja yang Shavira bilang." Valetta beranjak dari duduknya hendak memesan makanan. Axel pun ikut.

Eros dan Ghevan menatap perempuan mereka masing-masing, gosip apa yang mereka tidak ketahui.

"Enggak usah lihatin gue kayak gitu, gue gak bakal ngasih tau lo. Ini masalah Valetta." Ghevan memanyunkan bibirnya hingga Lexa geram.

Lexa pun menampar mulut Ghevan dengan timun. "Percuma lo manyun-manyun kayak bebek, gak bakal gue kasih."

Eros menatap Shavira penuh arti, Shavira membuang muka, "Jangan lihatin aku kayak gitu, Eros."

"Kamu enggak mau kasih tau?"

Shavira menggeleng kuat, "Enggak boleh! Nanti Valetta bisa marah."

Eros menghela napas panjang. Baiklah, jika Shavira tidak mau. Eros tidak akan memaksa.

"Ya udah, makan lagi gih."

"Maaf ya..."

"Enggak apa-apa, kalau kamu enggak kasih tau juga enggak masalah."

Eros mengambil piring Shavira dan mulai menyuapnya. Bucin? Tidak usah ditanya lagi. Orang sudah dapat persetujuan kedua orangtua.

"Oh iya, bentar lagi ulang tahun sekolah, kan?" tanya Lexa tiba-tiba.

Ghevan mengangguk, "Sekitar satu bulan lagi, kenapa?"

"Enggak ada lomba modelling ya? Biasanya udah diumumin."

Eros menjawab, "Gue dengar tahun ini enggak ada modelling, tapi setiap kelas disuruh mementaskan karya masing-masing atau buka stan apa gitu."

"Ohhh... Tapi belum ada surat resminya, kan?" tanya Lexa lagi.

"Belum."

Shavira sibuk memainkan handphonenya sambil mengunyah.

"HAH!?" Shavira memekik kaget, membuat murid-murid meja lain menoleh.

"Kenapa?"

Shavira menunjukkan layar handphonenya pada Eros dan yang lainnya.

"PAK YOHAN DITOLAK SAMA BU LARAS!?"

Murid-murid lain ikut membuka handphone mereka, mencari akun lambe turah sekolah mereka.

BERITA TERKINI! GURU SENI SMA LH DITOLAK OLEH GURU BAHASA INGGRIS!?

Kantin menjadi riuh. Banyak yang mengutarakan pendapat mereka akan berita tersebut. Juga ada yang berbela sungkawa atas ditolaknya Pak Yohan. Pasti sakit.

"Ayo kita habis ini samperin Pak Yohan, dia butuh support!" seru Ghevan.

Di lain sisi, kantor guru juga riuh.

"Pak Yohan ditolak Bu Laras?" tanya salah satu guru.

"Pak Yohan semangat ya!"

"Bu Laras kenapa nolak Pak Yohan?"

Bu Laras menunduk dalam. Bagaimana bisa guru-guru ini tau soal kejadian itu?

"S-saya sudah punya pacar..."

"PAK YOHAN SUKA PEREMPUAN YANG SUDAH PUNYA PACAR!?"

Pak Yohan terdiam seperti orang bodoh. Apa yang terjadi? Apa yang mereka bicarakan? Pak Yohan tidak mengerti.

Brak!

Ruang kepala sekolah terbuka lebar, Pak Anto berjalan ke arah Pak Yohan.

"Kawanku, semangatlah dalam dunia percintaan, saya turut berdukacita atas gugurnya perang merebut hati Bu Laras!!!"

Pak Yohan blank, ia menatap Pak Anto yang berdiri di depannya.

"Sugianto... Saya boleh resign tidak?"

Hari ini cukup melelahkan karena tadi ada pelajaran olahraga dan Valetta diharuskan untuk main basket.

Kalau soal basket, Valetta jago namun tidak sejago Lexa.

"Capek banget?" tanya Axel. Valetta menghembuskan napas lelah, tidak menjawab tapi Axel paham.

"Lo kalau capek, enggak usah antarin gue pulang aja hari ini, daripada lo pingsan di tengah ja-"

"Gue gak selemah itu. Cuman ngantarin lo enggak bakal buat gue pingsan," potong Valetta.

Axel tertawa kecil, "Iya deh."

"Lagipula lo kalau gue gak antar bisa nyungsep ke rumah orang, gue gak mau tanggung jawab," oceh Valetta.

Axel cengengesan. Iya juga sih. Tapi mungkin kemungkinannya lebih sedikit, soalnya Axel sudah mulai bisa mengontrol rasa takutnya. Mungkin.

Mereka berdua menaiki motor masing-masing.

"VALETTA!"

Tubuh Valetta membeku kala mendengar suara familiar. Suara yang sama seperti suara yang dirinya dengar pada saat di SMA Atlanta.

Kenapa makhluk sialan itu ada di sini lagi?

Axel memperhatikan pria yang duduk di sebuah motor sport berwarna merah mencolok. Mata Axel sakit jika terus melihat motor tersebut.

Valetta menancap gas pergi, tidak ingin meladeni pria itu. Tapi siapa sangka si pria ini cari mati, ia mencegah Valetta dengan motornya.

Hampir saja tertabrak.

"LO MAU NYELAKAIN GUE!? OTAK LO DIPAKAI KENAPA SIH!?" pekik Valetta naik pitam. Ia tak bisa tenang saat dirinya hampir saja menabrak dan tertabrak.

Pria itu tak goyah saat diteriaki Valetta, ia melepas helmnya, terpampang jelaslah wajahnya.

"Maafin gue Val, gue gak ada niat nyelakain lo, lo nya yang menghindar terus," ujarnya.

"Gue gak menghindar," Valetta tertawa hambar, " Tapi gue udah jelas-jelas bilang jangan pernah cari gue lagi."

Axel mendekat ke arah Valetta, ia menatap tajam pria di depannya. Siapa pria ini sampai Valetta dibuat semarah ini?

"Gue nyesal Val, maafin gue, jadi please jangan ngusir gue lagi..."

"Gue udah maafin lo dari dulu, yang penting sekarang gue gak mau lihat muka lo lagi." Valetta membelokkan motornya.

"VAL! GUE MASIH SUKA SAMA LO!" seru pria itu kuat.

Mata Axel membulat. Mengapa ada perasaan tak suka muncul dihatinya? Apa karena pria ini mengganggu waktu pulangnya?

Valetta membalikkan badannya, "Simpan kata-kata mutiara lo, gue gak butuh. Gua gak peduli lo masih suka sama gue atau enggak."

"Intinya, sekarang lo sama gue udah gak ada hubungan apapun, jangan datang lagi ke gue."

Valetta pergi meninggalkan pria tersebut. Axel melempar sorot mata tajam, "Jangan ganggu Valetta."

Pria itu tampak sadar dengan kehadiran Axel, "Lo siapa?"

"Gue? Lo gak perlu tau, yang pasti Valetta itu penting di hidup gue," geramnya pergi menyusul Valetta.

Pria tersebut masih diam di tempat, "Valetta udah punya cowok?"

"Dia benar-benar udah lupain gue?"

ᴠᴏᴛᴇᴄᴏᴍᴍᴇɴᴛғᴏʟʟᴏᴡ

Terimakasih sudah membaca 🙇

Jadi karena author lelah menulis dan sedang dilanda oleh kesibukan yaitu juga merevisi cerita sebelah...

Author bakal update cerita ini setelah target berikut tercapai:
350 votes + 300 komen.

Jangan cepat-cepat ya capai targetnya, kalau bisa paling cepat lusa aja 💃✨

Spam next di sini 👉

Pertanyaan dan kata-kata mutiara di sini 👉


See you on next chapter ♡

ᴘᴜʙʟɪsʜᴇᴅ ᴏɴ
03.07.2021

Continue Reading

You'll Also Like

NERD LOVE By wlndri

Teen Fiction

1.7K 442 68
"Hyung, aku suka gadis ini" ucap Jungkook menatap para temannya kemudian beralih kearah gadis berkaca mata yang menampilkan wajah datar didepannya Be...
6.9M 291K 59
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
573K 27.5K 74
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...
407K 5.7K 22
Cerita ini berkisahkan tentang Rainna Putri seorang gadis cantik dengan rambut ikal dan hidungnya yang mancung. Seperti namanya Rainna atau Rain yang...