shade umbrella [END]

By carseinne

1K 232 83

[ ft. park jongseong, enhypen | ver lokal ] Bagi Mars, Lana itu hanyalah sesosok payung teduh yang digunakan... More

☔. sekelebat kenangan kelam
☔. tak sengaja berjumpa
☔. menunggu takdir memihak
☔. lagi-lagi tentang dia
☔. seruan senja sore
☔. perlahan tersadar
☔. apel pembawa harapan
☔. it's up to u, it's up to me
☔. harus move on!
☔. memang belum saatnya
☔. pengakuan tak terduga
☔. harapan sang payung teduh
☔. kepingan masa lalu, i.aksa
☔. kepingan masa lalu, ii.aksa
☔. kepingan masa lalu, iii.aksa
☔. caessa dan keisha?
☔. hubungan yang merenggang
☔. pesawat kertas dan lana
☔. kepingan masa lalu, iv.lana
☔. kepingan masa lalu, v.lana
☔. kepingan masa lalu, vi.lana
☔. kepingan masa lalu, vii.lana
☔. penyesalan tak berujung
☔. akhir sang payung teduh
☔. side story, i.caessa
☔. terima kasih dan maaf

☔. tragedi martabak ghaib

48 14 9
By carseinne

"Sen, item-item apaan tuh?" Tunjuk teman Arsen waktu tak sengaja melihat kresek hitam yang nampak mencurigakan.

Arsen yang baru saja hendak mengunci kembali pagar sontak mengikuti arah telunjuk temannya yang terarah ke sebuah kresek hitam yang menggantung dipagar yang letaknya satu meter darinya. Dengan was-was ia menggapai kresek tersebut lantas memandanginya dengan heran, temannya sendiri pun sama, sama-sama heran.

Mereka berdua saling pandang sejenak, lantas kembali menatap kresek itu, begitu seterusnya. Sampai hingga teman Arsen, Daffa angkat bicara. "Sen, jujur sama gua. Lo nyari masalah sama siapa lagi?"

Arsen menggaruk kepalanya bingung. "Enggak ada. 'kan baru kemaren kita nyelesein masalah gua sama bang Ethan."

Daffa seperti tidak percaya dengan ucapan Arsen. "Masak? Terakhir kali gua nanya kayak begini lo bilang gak ada, tapi ternyata di depan rumah gua dikirim kresek beginian yang isinya bangkai tikus." Ujar Daffa diakhiri dengan dengusan kesal.

"Ya maaf, gua kira masalahnya udah kelar soalnya si kakel songong itu cuma iya-iya aja."

"Maaf-maaf, gara-gara lo rumah gua jadi bau!"

"Alahh kita kan bespren, jadi harus saling membantu."

"Bespren ta*ik!"

Tanpa mereka sadari ada keberadaan Lana yang barusan pulang dari les nya. Ia tersenyum miring ketika mendapati Arsen dan Daffa nampak sedang adu mulut didepan gerbang rumahnya, tiba-tiba terlintas ide jahil di kepalanya.

Gadis itu berjalan dengan langkah pelan agar sama sekali tidak menimbulkan suara.

Suara obrolan Arsen dan Daffa yang awalnya samar-samar kini perlahan mulai terdengar jelas. "Tapi kalau misal ini isinya bangkai, pasti dari tadi kita udah nyium bau busuk. Tapi kok gua malah nyium bau coklat keju ya, Daf?"

Daffa mulai mengendus-endus kresek tersebut untuk memastikan apa yang dikatakan oleh Arsen. "Eh bener ugha, apa jangan-jangan ini isinya makanan?"

Tanpa kedua anak itu ketahui, Lana telah berada dibelakang mereka dan tengah berusaha menutupi wajahnya menggunakan rambut panjangnya. Selesai sudah urusan wajahnya, ia langsung memegang salah satu pundak Arsen dan Daffa.

Keduanya terlonjak kaget. Ya coba kalian pikir saja, maghrib-maghrib begini tiba-tiba ada yang menepuk bahu tanpa terdengar suara langkah kaki, apa tidak parno mereka berdua.

Daffa yang mempunyai keberanian sedikit lebih banyak dari Arsen mulai menolehkan kepalanya. Dengan sigap ia mengambil alih kresek hitam yang dibawa Arsen dan langsung melemparnya ke muka Lana.

Duagh!

Lana terjatuh dengan posisi duduk dan hal itu membuat pantatnya terasa sakit, ditambah lagi kresek itu tepat mengenai hidung Lana, lemparan Daffa lumayan keras juga. Dengan susah payah gadis itu berdiri dari posisi duduknya sambil mengusap pantatnya agar rasa sakitnya menghilang. Hadeh salah sasaran rupanya dia, seharusnya Lana menjahili Arsen saat tidak ada temannya, 'kan malah dia sendiri yang apes.

Daffa segera menyadari kaki Lana yang menapak ditanah, manusia toh. "Manusia, Sen. Gak usah takut." Bisik nya pada Arsen.

Arsen menoleh, dan ternyata benar seperti yang dikatakan oleh Daffa. Walaupun wajah Lana hanya terlihat sangat sedikit, namun Lana merupakan saudaranya yang sudah bertahun-tahun hidup bersamanya, tentu saja Arsen langsung tahu kalau gadis itu ialah kakaknya sendiri. "Mbak Rissa?"

Lana menyibak rambutnya dan dengan wajah tanpa dosa ia tersenyum manis. "Harusnya tadi sekalian lo tendang aja, Daf." Celetuk Arsen.

Mendengar hal itu Lana sontak melotot pada Arsen. "Heh!"

Sedangkan respon yang Daffa berikan berbeda dari Arsen. Ia lumayan terkejut, apalagi ia melempar kresek hitam tersebut dengan sekuat tenaganya. "A—ah... sorry mbak, tadi itu gua gak sengaja..." Ucapnya dengan nada bersalah.

Lana tersenyum maklum pada Daffa. "gak papa kok Daf, cuma kayak ditabrak truck-kun aja." Jujur saja, Lana ingin marah tapi tidak bisa karena ini merupakan kesalahan dia sendiri.

"Hidung mbak Lana gak papa kan? Tadi gua denger suaranya kenceng." Tanya Daffa sekali lagi.

Lana meraba-raba pangkal serta batang hidungnya untuk memastikannya. "Awalnya gue kira hidung gue mau patah, ternyata gak sampai separah itu. Sekarang cuma masih agak nyut-nyutan."

"apa perlu gua anter ke dokter? Kebetulan Mami punya kenalan dokter spesialis tulang." Inisiatif Daffa.

"Hah? Buat apa?"

Saat Daffa hendak menjawab pertanyaan Lana, tiba-tiba Arsen menyela. "Makasih tawarannya Daf, tapi mbak Rissa itu tulangnya strong, gak mungkin patah cuma gara-gara ketubruk kresek."

Karena perkataan Arsen, seketika otak Lana yang barusan tadi ngelag langsung konek kembali. Ia menjentikkan jarinya didepan Daffa. "Nah iya bener tuh kata Arsen, gue itu anak strong Daf, jadi santai aja."

Daffa hanya mengucap kata 'oh'  sebagai respon. Kemudian ia memungut kembali kresek yang berada dibawah Lana. Melihat gelagat Daffa yang seperti akan membuka kreseknya, langsung saja Arsen dan juga Lana yang merasa penasaran pun berdiri disamping Daffa.

"Sen, kamu beli martabak kok gak bilang-bilang sama mbak sih? Kalau tau gini kan mending mbak gak jajan siomay pas dijalan tadi." Entah darimana asalnya, tiba-tiba saja Rachel muncul dari belakang Arsen.

Arsen berbalik lantas mengelus-elus dadanya, bisa-bisa ia mati muda disebabkan jantungan gara-gara dikejutkan dua kali oleh kakak-kakaknya.

Di samping itu, Lana menemukan secarik kertas yang jatuh, mungkin kertas ini jatuh saat Daffa membuka kreseknya. Karena Lana ini orang yang kepo-an jadilah ia membaca isi kertasnya dari dalam hati.

"Dari Fajar, untuk Sekar. Saya tahu kamu masih marah sama saya, walau saya tidak tahu kamu marah karena apa. Saya tidak akan tinggal diam kalau kamu mendiamkan saya seperti ini. Jika saya ada salah, silahkan katakan saja kepada saya. Bukannya main diam-diam an seperti ini. Lalu, terima lah martabak penuh ketulusan dari saya ini. Saya tahu kalau martabak makanan favorit mu dari Arlana, adik pertama mu. p.s. : buka block saya!"

"Mbak Rachel, ini maksudnya Fajar siapa? Yang Danan-Danan itu gak sih? Danantya Fajar...?" Ucap Lana seraya menunjukkan kertas tersebut pada Rachel.

Rachel menoleh kearah Lana, kemudian ia membelalakkan matanya terkejut. Secepat kilat ia mengambil kertas itu dari genggaman Lana, "gak usah baca-baca!!" Kata Rachel galak.

"Galak amat mbak, nanti pacarnya medit loh." Goda Lana dengan memainkan alisnya naik-turun.

"Bodo!!" Setelah itu Rachel masuk kedalam rumah dengan menghentak-hentakkan  kakinya.

Berbeda dengan ekspresi Lana yang dari tadi mesam mesem tidak jelas, Arsen dan Daffa yang tidak mengetahui apa-apa hanya saling pandang kebingungan.

Karena tidak mau mati penasaran nantinya, Arsen pun memilih bertanya kepada Lana. "Itu mbak Rachel lo apain mbak? sampe kelabakan gitu."

Seketika kesadaran Lana kembali. Sebelum menjawab pertanyaan Arsen, Lana menyempatkan diri untuk berdehem sejenak. "Dari pacarnya, Sen."

"Ohh..."

"Eh— jadi ini martabak dari pacarnya mbak Rachel?! Sejak kapan mbak Rachel punya pacar?!!!"

Arsen tercengang.

Sedangkan Lana hanya mengedikkan bahunya. "Daripada itu, kalian berdua tadi mau keluar kemana? Maghrib-maghrib gak boleh kelayapan. Apalagi bocil-bocil kayak lu pada, nanti kasihan gue sama kuntilanak yang nyulik kalian. Takutnya ngerepotin, soalnya kalian kebanyakan petingkah." Omel Lana panjang lebar.

Seketika atmosfer berubah menjadi tegang. Awalnya Arse  berniat keluar bersama Daffa untuk uji nyali, pas sekali malam ini malam Jum'at. Sebenarnya Arsen tidak benar-benar ingin melakukannya, malahan ia sangat tidak ingin! Tetapi ia harus melakukannya karena telah kalah main game tadi siang bersama teman-temannya.

Tak kunjung mendapati jawaban, Lana beralih pada Daffa. "Daffa anak manis, anaknya Mami Fani. Gue tau lu anak baik-baik, tapi sayangnya lu malah ketularan bodohnya Arsen. Jadi Mbak Lana mau nanya—"

"Udahlah mbak, gak usah berbelit-belit." Seketika Arsen langsung kena tabokan maut.

"Gak sopan nyela omongan orang tua!"

Arsen mengusap-usap mulutnya yang kena tabokan itu dengan wajah kecut. "Iya deh, si paling tua." Gumam nya pelan, untung saja Lana tidak mendengarnya.

"Jadi Daffa, kalian mau kemana?" Tanya Lana sekali lagi.

Daffa tampak melirik ke Arsen sebentar, lalu kembali menatap netra Lana, melirik Arsen sebentar, lalu kembali lagi menatap netra Lana. Ia bimbang, kalau jujur nanti rencana mereka dibatalkan oleh Lana, tapi kalau tidak jujur pasti pada akhirnya Lana akan mengetahuinya juga karena Daffa tidak pandai berbohong.

Arghhh! Ya sudahlah, Daffa memilih jujur saja. Lagipula ia tak sanggup membayangkan bibirnya akan bernasib sama seperti Arsen jika ia berani-beraninya berbohong. "Mau uji nyali mbak..."

Lana tersenyum puas, memang sebenarnya Daffa lah adik kandungnya. Ia rela menukar Arsen dengan Daffa, karena Arsen itu benar-benar tidak ada akhlak sekali.

"Halah buat apa, mending makan martabak aja di dalem." Ucap Lana seraya merangkul pundak Daffa untuk masuk ke dalam.

"SEBENERNYA ADEK MBAK ITU SIAPA?!!"































—to be continued.
















Kim Doyoung

As

Daffa





Continue Reading

You'll Also Like

85.1K 8.6K 36
FIKSI
KAMI | ✔ By nea

Teen Fiction

13.5K 1.8K 10
Cerita para ABG (Anak-anak Bunda Ghea) penyuka keributan. *** Kisah kami bermula saat kelas sebelas. Saat itu hubungan kami benar-benar tak bisa dika...
Pergi By Ecaaaaa

Teen Fiction

116K 4.5K 29
C O M P L E T E Elora pintar menyimpan rahasia dan kesedihannya. Dan Alden pintar menyembunyikan perasaan yang sesungguhnya. Keduanya bertemu. Sali...
2.8K 1.5K 28
Kharisma Awandara merupakan kapten basket SMA MATAHARI. Pria yang wajahnya sesuai dengan namanya, berkharisma, begitu juga dengan otak pria itu. Nam...