My Bad Boy Arga [SELESAI]

By daadindaada_

74.9K 4.5K 7.5K

[ COMEDY ROMANCE ] Apa benar poin plusnya Arga itu hanya soal tampangnya yang sempurna? Tampan, putih, dan ti... More

Perihal Hati
Kenalan
[01] Zona Hitam
[02] Cinta Pertama
[03] Kebencian Arga
[04] Melepas Topeng
[05] Tanpa Joshua
[06] Bertindak
[07] Buah dari Kesalahan
[08] Swalayan dan Sepeda Lonceng
[09] Kue Cokelat
[10] Selalu Tanpa Sebab
[12] Ulang Tahun Arga
[13] Marahnya Lunaisa
[14] Jealous?
[15] Si Ompong dan Si Cengeng
[16] Curiga
[17] Stalker
[18] Secret Admirer
[19] El
[20] Lari Pagi
[21] Kafe
[22] Pengakuan Arga
[23] Basket dan Kesederhanaan
[24] Boneka Jessy
[25] Diperhatiin Arga
[26] Malam Minggu
[27] Nyobain Bandana Arga
[28] Pemilik Baru si Bandana Hitam
[29] Buronan
[30] Ancaman
[31] Pembalasan Jessy
[32] Ngelabrak Jessy
[33] Minta Tolong
[34] Menjauh
[35] Arga & Jessy
[36] Postingan Instagram
[37] Rahasia Arga
[38] Nginap
[39] Masa Lalu Kelam
[40] Selesai
[41] Jessy
[42] Kenzo
[43] Joshua?!!
[44] User95
[45] Rumah Sakit
[46] Retak
[47] Lelaki Baru
[48] Seranjang
[49] Tobat
[50] Arga vs. Luna's Period
[51] Perihal Waktu
Extra Part 1 : Teman Hidup
Extra Part 2 : Cinta Kita

[11] Catering Mamanya Luna

1.5K 90 2
By daadindaada_

VOTE COMMENT = WAJIB

SHARE = BOLEH & DIANJURKAN

COPY PASTE = BIG NO 😬

HAPPY READING

☁☁☁

"Joshua!" Luna berseru membuat si empunya nama membalikkan badannya. Setengah berlari, Luna melambaikan tangannya yang tengah memegang sebuah buku catatan. "Ini. Makasih ya, kalau bukan karena kamu mungkin ulangan hari ini aku bakal kebingungan."

"Oo sama-sama," balas Joshua dingin. Lelaki dengan wajah menggemaskan itu langsung melenggang tanpa mengucapkan sepatah katapun. Luna mengernyit heran. Sejak bel istirahat Joshua jadi tampak lain. Dia dingin tak seperti biasanya.

"Eh, tunggu! Kamu gak akan—"

"Gak! Hari ini pulang sendiri aja, aku ada urusan. Kalau terlalu mentok minta Arga buat antar kamu," ketusnya. Luna kian tak mengerti akan ucapan Joshua yang menyeret nama Arga di dalamnya.

"Maksud kamu?" tanya Luna meminta penjelasan. Alih-alih menjawabnya Joshua justru malah pergi melajukan motornya dari parkiran sekolah. Luna menatap jejak yang ditinggalkan Joshua dengan seribu pertanyaan yang memutar memenuhi kepalanya. Well, sepertinya hari ini dia harus pulang naik bis.

Dengan terus bertanya-tanya dalam hatinya Luna berjalan menuju halte depan sekolah. Menduduki bangku panjang itu sambil berharap bis bisa sampai dengan cepat.

Sementara dari arah gerbang, Argantara berjalan dongkol sambil sesekali menendang kerikil yang ada di tanah. Perhatiannya tertuju pada seorang gadis mungil yang tengah terduduk sendirian seraya mengayunkan kakinya. Lucu. Dan tanpa banyak pikir lelaki itu menghampiri Luna dan duduk di sebelahnya.

"Arga?"

"Hmm."

"Ngapain di sini, Arga?"

"Nunggu kereta lewat," sahut Arga asal. Luna mencebikkan bibirnya gemas. Lewat ekor mata Arga melihatnya lalu terkekeh. "Gak usah manyun-manyun gitu. Ngarep dicium ya lo?" 

"Dih! Ya kali aku kayak gitu." Luna kian cemberut. Lain halnya dengan Arga yang mulai terpingkal. Entah untuk alasan apa Arga merasa gemas sendiri.

"Udahan ketawanya, Arga!"

"Oke." seketika tawa Arga langsung berhenti. "Eh, tau gak? Sebenarnya gue dongkollllllll banget sama orang yang udah bikin ban motor gue kempes. Gara-gara dia gue gak bisa pulang. Anying gue kesel bener!! Astagfirullah Ya Allah ampuni hamba ...."

Arga melirik tajam ke arah sampingnya tatkala Luna malah sibuk merogoh sesuatu dari dalam tasnya. Tadinya dia akan marah karena Luna tidak mendengarkan curahan hatinya. Tapi ....

"Mau permen?" Luna menawarkan sebuah lolipop pada Arga. Dengan wajah polosnya Arga mengangguk lalu menerima lolipop itu. Membuka bungkusannya kemudian mengemut permen ke dalam mulutnya. Begitu pula dengan Luna. Sambil mengayunkan kakinya gadis itu sedikit bersenandung kecil.

"Bis aku udah datang. Aku duluan ya, Arga. Dadah!" Luna menunjuk mobil panjang yang datang dari arah samping. Begitu bis biru itu berhenti tepat di depan halte, Luna tergesa-gesa menaikinya. Meninggalkan Arga seorang diri dengan ketidaktahuannya tentang rute dari para bis ini.

Kursi yang Luna tempati cukup jauh dari tempat kemudi. Luna mengerutkan dahi tatkala matanya tak menangkap sosok Arga di halte itu lagi. Tapi ia lebih terkejut saat seseorang menduduki kursi sebelahnya.

"Lho, sekarang kamu mau ngikutin aku? Arah rumah kita 'kan berlawanan."

"Emangnya lo tau di mana rumah gue?!" Argantara sedikit menaikkan oktaf suaranya. Luna mengangguk sebelum menjawab.

"Kalau kamu nggak pindah dari rumah yang dulu," cetusnya. Tubuh Arga meremang. Apa maksud perkataan dari rumah yang dulu? Memangnya dahulu mereka pernah saling mengenal? Sudah pasti jawabannya tidak.

Daripada memaksa menyatukan potongan puzzle yang memusingkan mending Arga tidur sebentar. "Eh, ntar kalau lo mau turun bangunin gue, ya? Jangan ditinggal sendiri, gue takut diculik."

"Hmm ... iya," jawab Luna supaya perbincangan cepat selesai.

─ ༊₊˚•.﹆─

Lusiana tampak sibuk dengan buku kecil dan gagang telepon di telinganya. Menulis sambil mendengarkan orang di seberangnya mengatakan apa saja yang ingin dipesan untuk acara nanti. Wanita berusia tiga puluh empat tahun itu akhirnya dapat membuang napas lega setelah telepon ditutup oleh kliennya.

"Black theme?" gumam Lusi. Alisnya sedikit berkerut. Hmm ... sebenarnya itu bukan masalah besar. Rasa akan tetap sama dan hanya warna yang berubah. Lusi yang cerdas tentu tidak akan kehabisan ide untuk membuat kliennya puas.

Catatan kecil di depannya membuat Lusi bergegas untuk menyiapkan segala sesuatu yang ia butuhkan. Daftar menu yang dipesan bukanlah hal yang menyulitkan. Ada bermacam-macam kue, minuman, dan hidangan lainnya.

Tring tring tring

Bel di atas pintu berbunyi menandakan seseorang memasuki ruangan ini. Lusiana mendongak lantas mengulas senyuman manis menyambut gadis cantik di hadapannya. Tapi selepas Luna berteriak, senyuman Lusi seketika luntur.

"MAMA!! LUNA PULANG NIH."

"Kebiasaan. Salam dulu yang diucapkan, bukan yang lain-lain!" hardik Lusi. Luna cengengesan lantas mencium punggung tangan ibunya.

"Assalamualaikum pintu surgaku."

"Waalaikumsalam. 'Kan sejuk dengarnya." Lusi mengusap kepala Luna lalu bola matanya melirik ke belakang di mana seorang lelaki berdiri kikuk. "Arga?"

"Tante." Arga ikut mencium punggung tangan Lusi. Sementara justru kini wanita itu yang merasa canggung. Perkataan Arga tempo hari masih terngiang-ngiang di kepalanya.

Prok prok

"Jadi apa yang harus Luna bantu?" tanya Lunaisa mengalihkan perhatian dan berusaha mencairkan suasana. Lusi mengambil secarik kertas di atas mejanya. Menyerahkan kertas itu pada Luna lalu kembali memberi instruksi.

"Tolong beliin Mama barang-barang ini, ya? Mama gak punya banyak waktu jadi harus mulai mengerjakan yang lainnya. Kamu gak keberatan 'kan sayang?" tanya Lusi dibalas gelengan oleh Luna. "Anak baik. Ini uangnya."

"Tapi ingat ya, Mama. Ini semua gak gratis. Mama harus beliin permen kesukaan Luna soalnya yang kemarin udah habis."

"Haha ... iya deh iya. Nanti Mama beliin sama pabriknya sekalian," canda Lusi dianggap serius oleh Luna. Gadis itu dengan riang berlari ke luar katering.

"Permisi Tante," pamit Arga mengekori Luna di belakangnya. Seperti orang yang pacaran, Arga terus mengikuti ke manapun Luna melangkah. Mengarah ke sebuah toko perlengkapan kue, Arga memperhatikan gerak-gerik Luna saat akan menyeberang.

"Aik! Udah tujuh belas tahun masih gak bisa nyeberang? Kalah hebat sama anak-anak itik rupanya," cibir Arga seraya menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Bukan gak bisa, tapi takut ...," cicit Luna. Arga menarik salah satu sudut bibirnya ke atas kemudian tanpa banyak bicara ia meraih tangan Luna untuk digenggamnya. Luna yang terkejut berusaha memberontak. Tapi Arga tak mau kalah. Lelaki itu melayangkan tatapan tajamnya pada Luna dan memberi isyarat agar diam.

Arga melirik ke kanan dan ke kiri. Apabila ada kesempatan, dia langsung menarik Luna menyeberangi jalanan. Cara menyeberang ala Arga sangat terkesan gurusah-gurusuh, sama seperti kelakuannya tiap hari.

"Kamu pemberani ya, Arga, gak takut banyak hal. Aku yakin nyawa kamu ada sembilan makanya kamu gak takut mati."

"Bukan gak takut mati, tapi kalau jadi cowok ya emang harus berani supaya bisa melindungi cewek yang dia sayang. Kalau mau nyeberang aja takut sampai parno gitu gimana mau bikin ceweknya nyaman?" 

"Hihi ... iya juga. Umm ... tapi siapa emangnya cewek yang kamu sayang?" tanya Luna iseng. Argantara sedikit berpikir lalu memandang gadis itu dengan wajah datarnya.

"Bunda sama ...," jawab Arga sengaja menggantungkan perkataannya. Rasa penasaran Luna kian membuncah. Walau mustahil tapi siapa yang tahu hati seseorang, 'kan?

"Kepo." satu kata yang membuat Luna ingin mencakar wajah Arga. Gadis itu menggembungkan pipinya kesal. Terlebih saat Argantara Mahendra si pentolan SMA Merdeka itu meninggalkannya seorang diri. Arga berjalan dengan kedua tangannya yang bersembunyi di saku celana. Dari belakang, Luna bisa memastikan lelaki itu berjalan sambil mengangkat sedikit dagunya.

Lunaisa memicingkan mata seraya membidik Arga menggunakan jari telunjuknya. "Bismillah santet kuntilanak dari goa selatan ... DUAR!!" Luna membuat secara manual backsound petir yang menyambar targetnya. Ia berkhayal jika saja jari telunjuknya bisa mengeluarkan kepulan asap tipis.

"Aik! Buruan jalan jangan kode minta digendong pulak!"

"Hmm ... iya." oke, drama selesai. Luna berlari kecil menghampiri Arga kemudian berjalan berdampingan bersamanya. "Umm ... Arga kenapa kamu nggak nge-bully aku lagi? Kamu udah tobat? Kamu udah nggak keberatan dekat-dekat aku lagi? Mata kamu udah nggak sakit kalau lihat wajah aku?" cecar Luna.

"Kenapa? Lo kangen apa baper?"

"Umm ... nggak dua-duanya. Aku cuma ... hmm ... aku senang kita bisa berteman. Dari dulu kalau sekolah, aku selalu sendiri. Gak punya teman, anak-anak perempuan jauhin aku, yang cowoknya pada jahil. Semua orang gak mau dekat sama aku, ... itu karena aku anak haram. Di kelas, aku duduk sendirian. Waktu istirahat pun aku makan sendirian. Hmm ... ini yang jadi alasan kenapa aku menyambut Joshua dan Kak Pangeran. Mereka bertiga teman pertama yang aku punya," tutur Luna yang menurut Arga sangat menohok. Hatinya berdenyut nyeri seakan turut merasakan penderitaan Luna selama ini. Belum lagi ketika mengingat betapa kasarnya ia menghadapi Luna yang well ... tidak bersalah.

"Ck ternyata lo kejam juga ya. Bayi gue dianggap dua, hmm?" karena tidak nyaman jadi Arga memilih mengganti topik. Luna membalasnya dengan gelengan gemas.

"Joshua, Kak Pangeran, sama dia yang aku sayang!" serunya lantas berlari riang memasuki toko peralatan kue. Argantara membulatkan mata tidak percaya, ternyata Luna lebih ceria daripada yang kelihatannya.

Di detik berikutnya lelaki itu mengikuti jejak kaki Luna. Memasuki toko, ia melihat gadisnya itu tengah sibuk mengambil barang sambil sesekali memastikan catatan yang diberi Lusi. Eh, tunggu! Gadisnya? Ah, lupakan.

Luna cukup familier dengan perlengkapan kue yang diminta Lusi. Jadi pada kesempatan kali ini ia tidak menghabiskan begitu banyak waktu. Semua bahan seperti cup untuk cup cake, whipped cream, sprinkle, dan sebagainya sudah memasuki kantong Luna. Tinggal bayar, semuanya beres. 

"Sini biar gue aja yang bawa." Arga merebut dua kantong keresek berisi belanjaan Luna. Menjaga gadis itu saat menyeberang, membelikan ice cream, dan tersenyum saat tak sengaja bertatapan dengannya. Well, hari ini Arga bisa dikategorikan sebagai manusia.

"Mau buat sekarang?" Luna bertanya pada Lusi sambil menjilati ice cream-nya.

Lusiana menggeleng. "Hari-h tapi paginya, ya? 'Kan, acaranya Minggu malam, jadi kita masih punya waktu. Besok kamu bantu Mama siapin yang lain-lainnya, oke?"

"Oke Mamaku sayang."

"Hehe ... umm ... by the way kamu tau gak ada cerita menarik lho dari klien Mama satu ini." Lusi salah karena telah membuat Luna tampak menggemaskan di depan Arga. Gadis itu sangat heboh menyambut gosip dari ibunya. Matanya berbinar, bibirnya membentuk ukiran bulan sabit, tangan mungilnya bertepuk-tepuk. 'Kan, Arga jadi gak tahan.

"Jadi ... acara ini dibuat karena anak laki-lakinya mau ulang tahun yang ke tujuh belas. Si cowok itu merengek keukeuh pingin bikin pesta buat ngerayain hari ulang tahunnya. Padahal klien Mama udah bilang gak perlu karena dia bukan anak kecil lagi. Tapi anaknya itu lho, haha ... malah nangis kejer. Hadeuh ...." 

"Sweet seventeen kali, Ma. Eh, tapi Luna yakin cowok itu pasti anak mami kayak Kak Pangeran! HAHAHA UDAH GAK SALAH LAGI ITU. ANAK MANJA. GIMANA PERASAAN PACARNYA YA?? HAHAHA ...." Luna bisa julit juga. Lusi menampar pelan mulut anak gadisnya itu.

"Gak boleh gitu!" hardiknya segera dipatuhi Luna. Sementara Arga, lagi-lagi dia jadi pajangan di sini. Menyaksikan perbincangan antara ibu dan anak sambil menggaruk tengkuknya karena canggung dan tidak enak hati.

"Gue pulang dulu, ya? Permisi," pamit Arga lantas melenggang begitu saja ke luar dari katering ini. "Aik! Berani betul lo samain gue sama si bayi!" dengkus Arga sebal.

Di dalam sana Luna dan Lusi saling melempar tatapan. "Arga kenapa, ya?" tanya keduanya kompak. Argantara Mahendra itu memang sulit ditebak.

─ ༊₊˚•.﹆─

Minggu pagi Luna sibuk bergerak kesana-kemari sesuai instruksi Lusiana. Gadis itu tampak lihai dalam membantu ibunya menyiapkan orderan. Membuat dan menghias cup cake sampai mengemasnya secantik mungkin. Dan sofa panjang itu tempat Lavi terkekeh.

"Ayo yang semangat sayang-sayangku!" ujarnya. Perempuan 2L itu kompak mengukir senyuman semanis madu. Kembali mengerjakan pekerjaannya agar semua bisa selesai tepat waktu.

Ting

Ponsel yang tergeletak di atas meja tiba-tiba menyala selepas bunyi notifikasi terdengar. Tanpa seizin pemiliknya, Lavi membuka ponsel itu. "Luna ada pesan nih dari Joshua," beritahu Lavi. Si empunya tergesa-gesa menghampiri papanya, duduk di sampingnya, lalu merebut ponsel miliknya dari tangan Lavi.

Joshua
Hai!

Lunaisa
Hai juga
Ciye udah gak marah lagi niye 😜

Joshua
Dih siapa juga yang marah
Orang waktu itu aku kebelet pup

Lunaisa
Hih jorok 😅

Joshua
Kamu juga sering BAB 😶

Lunaisa
Oke bye.

Joshua
Haha 😂
Btw lagi apa nih di minggu pagi hari ini?
Masih rebahan ya?

Lunaisa
Enak aja
Aku udah wangi tau
Ini lagi bantu Mama di catering
Kalau kamu?

Joshua
Masih betah di toilet nih
Tapi ntar siang aku mau pergi
Beli kado buat Arga

Lunaisa
Bad habbit ☺
Arga?

Joshua
Iya hari ini dia ulang tahun
Terus ntar malam ada pesta
Kamu diundang gak?

Lunaisa
Ooooooooo
Tentu tidak 😌

Joshua
Don't be sad girl
Ntar aku bungkusin makanannya ya

Lunaisa
Okidoki
Makasih yaa Joshua

Joshua
No prob
Eh bentar Lun
Aku mau cebok dulu ya bye

Lunaisa
Huwekkk

Read

"Kalau udah chatting-an sama Joshua suka lupa dunia," sindir Lusi sambil terkekeh-kekeh. Kadang dia berpikir, kenapa Luna dan Joshua tidak pacaran saja, ya? Mereka cocok.

"Hihihi ...."

"Gapapa Lusi. Anak kita lagi mulai merangkai masa depan," celetuk Lavi menimbrung obrolan anak dan istrinya. Luna yang mendengar ucapan papanya langsung salah tingkah. Pipinya merona kemerahan. Bahkan kalau boleh jujur Luna belum kepikiran sampai situ.

"Apaan sih Papa. Luna sama Joshua itu cuma temenan. Kita sama sekali gak cocok buat hal kayak gitu."

"Mama lebih suka Joshua daripada Arga," ujar Lusi. Luna terkejut mendengarnya. Gadis itu melirik Lusi dengan horor. "E–eh tapi keputusan terakhir ada di tangan kamu, sayang," sambung Lusi tersendat. Wanita itu kembali dengan aktivitasnya. Pura-pura mengabaikan Luna dengan tatapannya yang mengerikan.

Lunaisa membuang napasnya singkat, memang Joshua lebih baik daripada Arga. Tapi siapa tahu tentang masa depan, 'kan? Siapa tahu nanti Arga kembali berubah menjadi si cengeng manusia favorit Luna. Ya, semoga saja.

☁☁☁

LUNA BENER BENER BUCIN ARGA

TAPI ARGA BUCINNYA SAMA AUTHOR GMN DONG HWHWHW .G

BTW KALIAN TEAM MANA?

JOSHUA ATAU ARGA NIE

SEMOGA KEDUA TEAM NANTI TIDAK DIKECEWAKAN OLEH DIRIKU YEP AHAHAHAH

SPAM NEXT YYA !
GUBAY~

tbc.
// © daadindaada_ 2021 //

Continue Reading

You'll Also Like

7.6K 910 44
"Kenapa sih, lo lagi lo lagi terus hadir dalam hidup gue?!" "Takdir kali." "DASAR COWOK RESEE!!!" "Ciee, salsha udah punya panggilan kesayangan buat...
65.4K 2.6K 32
Dengan rambut yang tidak tertata rapi membuat kesan cool yang ada pada laki-laki satu ini semakin terlihat jelas. Jalan dengan tatapan datar dan tida...
3.2K 151 20
Bagaimana jadinya bila playboy cap tikus menyukai cewek manis namun galak yang tidak pernah pacaran selama hidupnya? Akankah ia berhasil membuat gad...
1.5K 167 10
Is he really my enemy? Ethan Dazelio Madhava. Laki-laki dengan segala kesempurnaannya. Badan yang tegap dengan tatapan tajamnya. Tapi bagi Alea, Etha...