shade umbrella [END]

By carseinne

1K 232 83

[ ft. park jongseong, enhypen | ver lokal ] Bagi Mars, Lana itu hanyalah sesosok payung teduh yang digunakan... More

☔. sekelebat kenangan kelam
☔. tak sengaja berjumpa
☔. menunggu takdir memihak
☔. seruan senja sore
☔. tragedi martabak ghaib
☔. perlahan tersadar
☔. apel pembawa harapan
☔. it's up to u, it's up to me
☔. harus move on!
☔. memang belum saatnya
☔. pengakuan tak terduga
☔. harapan sang payung teduh
☔. kepingan masa lalu, i.aksa
☔. kepingan masa lalu, ii.aksa
☔. kepingan masa lalu, iii.aksa
☔. caessa dan keisha?
☔. hubungan yang merenggang
☔. pesawat kertas dan lana
☔. kepingan masa lalu, iv.lana
☔. kepingan masa lalu, v.lana
☔. kepingan masa lalu, vi.lana
☔. kepingan masa lalu, vii.lana
☔. penyesalan tak berujung
☔. akhir sang payung teduh
☔. side story, i.caessa
☔. terima kasih dan maaf

☔. lagi-lagi tentang dia

47 15 14
By carseinne

Akhirnya Lana terbebas juga dari situasi seperti tadi. Bukannya apa, disaat bersamaan ia merasa bingung dan canggung apalagi mahasiswa tadi bisa dibilang hanyalah orang asing. Namun tak berjalan lama, akhirnya mahasiswa itu memperkenalkan dirinya juga. Namanya Danantya Fajar atau akrab disapa Danan.

Seraya mengayuh sepedanya perlahan menelusuri hiruk-pikuk jalanan kota, pikiran Lana terus dipenuhi dengan bayangan kisah Mas Danan. Berkat itu juga Arlana mempunyai rencana licik dengan adiknya nanti, ia akan mengajak adiknya bersekongkol meledek kakak sulungnya. Memang yang sering mendapat olokan pasti adalah Arsen, bagaimana tidak, mbaknya orangnya tertutup soal masalah percintaan. Mungkin saja mbaknya sudah tahu-menahu sifat kedua adiknya seperti apa. 

Berawal dari Mas Danan yang tak sengaja keceplosan memanggil Lana dengan sebutan 'adik ipar', tentu saja hal itu membuat Lana curiga dan menginterogasi nya hingga tuntas. Ia bercerita tentang masa pdkt an nya yang tak pernah berjalan mulus, sampai sekarangpun hubungan mereka masih dilandasi ketidakjelasan yang tak pasti.

Lana menggelengkan kepalanya tak mengerti setelahnya. Dasar, padahal sama-sama sudah dewasa, tinggal saling mengutarakan perasaan yang sebenarnya kan apa susahnya. Yah, tapi Lana mana tahu masalah percintaan. Setiap hari hanya ia habiskan berpacaran dengan buku-buku nya, mana sempat memikirkan hal seperti itu.










****










Gadis bersurai legam itu termenung dalam diam ditempat duduknya. Netra nya terfokus kearah luar jendela yang mana berpemandangan pohon beringin besar yang didekatnya terdapat sebuah kolam berisi bergerombol ikan koi. Tempat itu mulai agak semu dalam penglihatan Lana, perlahan bayangan memori kejadian tiga tahun yang lalu mulai terulang.

Pemuda itu mengacak rambutnya frustasi, "Kacau, lo beneran suka sama gua?" gadis didepannya mengerlingkan matanya gelisah lantas mengangguk ragu. Hal itu membuat sang pemuda menghela nafasnya lelah.

"Jay..." Baru saja tangannya hendak menggapai, namun segera pemuda itu tepis tangan sang gadis.

"Ck, b*ngsat emang. Jadi bener lo yang nyebarin?"

Sesaat gadis itu tertegun, agak terkejut dengan nada sinis yang diberikan pemuda itu. Sesegera mungkin gadis itu mengelak, "soal gue yang suka sama lu itu emang bener Jay, tapi gue gak pernah sekalipun nyebarin gosip kayak gitu!" Sang gadis menggigit bibirnya kuatir tatkala mendapati respon pemuda yang tak mengenakkan.

Selang beberapa menit berlalu, pemuda itu berdecih lantas tanpa sepatah kata pun hendak pergi dari sana. Tentu saja hal itu terus digagalkan oleh sang gadis, gadis itu terus berjalan dengan tempo cepat demi mengejar langkah sang pemuda.

"Jay, gue berani sumpah kalau yang nyebarin itu bukan gue!" Teriaknya dengan lantang.

Hingga ia tercekat kala netra keduanya beradu tatap, ada kilatan marah tertahan dari dalam sana. Sang pemuda meraih kerah kemejanya hingga tak terasa ia telah melayang ke udara, "gimana bisa gua gak curiga sama lo? Gimana, hah?! Karena lo satu-satunya orang yang tau tentang semua rahasia gua dan keluarga gua!" Ungkap pemuda itu penuh penekanan lantas menurunkan sang gadis dengan kasar sehingga membuatnya sedikit terhuyung.

Selanjutnya gadis itu hanya bisa mematung, manik pekatnya menatap kosong ke tanah di bawahnya. Rasa-rasanya ada yang tidak benar, bahkan ia sama sekali tidak tahu-menahu tentang gosip itu, pun ia selalu menjaga rahasia Jay sebaik mungkin. Lantas mengapa bisa terjadi demikian?




"Na?" Panggil teman Lana untuk kesekian kalinya, membuat sang empunya sedikit tersentak kaget.

"Lu kenapa sih? Lupa minum obat ya?" Ujar temannya mencibir tingkah laku Lana yang terlihat aneh.

Dahi Lana berkerut bingung. "gak ada apa-apa kok. Gue gak sakit kali ah, Ka..."

Alika mengedikkan bahunya lantas melongok kan kepalanya keluar jendela, dan saat itu juga ia membelalakkan matanya tidak percaya, "Na... gue kira lu happy happy aja jomblo, ternyata gue salah..." Tangannya digunakan untuk menutup mulutnya yang terbuka lebar, terlihat tak menyangka dengan apa yang barusan ia lihat.

"Hah? Apaan sih?" Lana menggaruk kepalanya tidak mengerti.

"Lu pasti tadi terus ngeliatin orang pacaran di sana terus ngerasa iri, makanya lu bengong sambil meratapi betapa jonesnya diri lu. Iya, kan?!" tuduh Alika dengan jari telunjuknya yang mengarah ke dua sejoli yang sedang bermesraan di bawah pohon beringin.

"Heh! Mana ada! Orang tadi gue lagi ngitung ikan koi yang dikolam!" sanggahnya, tak habis pikir dengan sahabatnya sendiri.

"Emang keliatan dari sini? Mata lu aja katarak gitu." Alika memicingkan matanya seolah tak percaya dengan perkataan Lana.

Mendengar hal itu Lana mendengus kesal. "Mon maap ni ye, mata gue cuma minus doang, itu aja minusnya yang rendah."

Dengan wajah tanpa dosa, Alika cengengesan seraya menggaruk tengkuknya. "Btw lu liat si Momon gak? Gue cari dari tadi sama sekali gak keliatan tuh batang hidungnya." Tanyanya sambil menolehkan kepala kesana-kemari.

"Oh, Monica? Tadi katanya dia mau makan siang bareng pacarnya." Kata Lana menjawab seperti adanya, memang benar bahwa tadi Monica sempat berpamitan ke Lana sebelum pergi ke kantin dan ia bilang kalau ia akan makan bersama pacarnya.

"Wah, dasar tu anak ya! Cih, mentang-mentang statusnya udah gak jomblo kayak kita-kita, jadi ngelupain temennya sendiri." Ucap Alika dengan menekan-nekan jari-jari tangannya yang sedang terkepal hingga menimbulkan suara.

"Bukannya lu lagi deket sama kakak kelas ya, Ka? Kok gak pernah cerita sih, gue kan jadinya tau dari orang-orang." Kini giliran Lana yang merasa kesal, ia selalu mengira bahwa hubungan mereka memang sedekat itu hingga Lana berpikiran kalau Alika tak akan menyembunyikan sesuatu darinya, walaupun kenyataannya tidak begitu.

Lana mulai membuat wajah sedih yang ia buat-buat. "Alika... kukira hubungan kita istimewa...!!!" Ingatlah bahwa Lana sedang meniru adegan serial kartun kesukaannya dimana Gary meninggalkan Patrick untuk pergi bersama Spongebob dengan begitu dramatis. Jadi ia sepenuhnya melakukan ini diniatkan hanya untuk bercanda.

Alika nampaknya tahu kalau temannya ini memang penyuka kartun sejati, lantas ia berniat untuk menggeplak kepala sahabatnya hingga mampus, namun tiba-tiba ia urung dan malahan mengganti sasaran geplakan empuknya menjadi ke arah meja.

BRAK!

"Halah, gak elit amat masa adegannya niru-niru yang di kartun. Lagian lu udah gede masih aja nonton begituan."

Lana mengerjap-ngerjapkan matanya kaget, sebenarnya ia tidak menduga bahwa Alika akan menggebrak meja bukannya menggeplak kepalanya.

Alika nampaknya juga terkejut, ia memandangi telapak tangannya yang agak memerah.

Suasana menghening sesaat,

"Lu pasti kaget kan?" Ia menelungkupkan kepalanya ke atas meja, dan dibalas anggukan pelan oleh Lana.

Alika berkali-kali membuat ekspresi aneh, lantas menyembunyikan wajahnya yang semerah udang rebus masuk sedalam-dalamnya. "Sama... gue juga. Sebenernya gue gak bermaksud buat ngerahasiain ini dari lu sama Monica, tapi... rasanya susah banget buat ceritain nya, malu-maluin banget tau gak!"

"E—eh, kalau bagi lu emang malu-maluin. Gak papa kok, jangan dipaksain buat cerita." Lana mengibaskan tangannya sungkan.

Alika menghela nafasnya panjang, lantas dengan segenap hati ia menceritakan kejadian yang terjadi beberapa hari yang lalu. "Beberapa hari yang lalu, gue ketemu sama dia,  kakel yang itu. Pas itu kita gak sengaja papasan di tangga. Gue denger dikit percakapan dia sama temennya, dan ternyata dia tau kalau gue suka sama dia, jelas sih soalnya waktu gue liatin dia, emang kentara banget gue sukanya. Tapi secara gak langsung dia nolak gue dengan bilang kalau aja gue bukan cewek yang kasar sama suka main tangan, mungkin dia bakalan suka balik sama gue. Makanya gue pengen berubah jadi cewek yang lebih lembut biar kemungkinan itu jadi nyata, walaupun gue masih suka kelepasan."

Kemudian Alika mendongakkan wajahnya dengan ekspresi penuh heran, lalu menggaruk-garuk kepalanya tak mengerti. "Tapi jujur aja, kok bisa ya orang-orang tau kalau gue lagi deket sama seseorang. Perasaan gue sama dia kalau ketemuan diem-diem deh." 

Lana mengangkat bahunya tak tahu, lantas tersenyum tipis. "Bagus sih kalau lu mau berubah jadi lebih baik, terutama kebiasaan lu itu. Tapi, alasannya yang gak bagus. Lu harus berubah demi diri lu sendiri, bukan demi dia. Seandainya aja dia gak ngomong begitu, apa lu bakalan berubah? Enggak kan. Tenang aja, gue bakalan bantu lu kok." Ujarnya seraya mengusak pucuk rambut Alika penuh gemas.












☔☔☔










"Sorry Lan, nunggu lama ya?" Ucapan pemuda barusan berhasil membuyarkan lamunan Lana yang lagi-lagi masih memikirkan memori kenangan tadi siang. Entah kenapa hari ini pikiran Lana selalu dipenuhi dengan sosok dia, padahal biasanya kalau Lana sedang dalam keadaan sendiri ia selalu mengalihkan pikirannya dengan mendengarkan lagu lewat ponselnya. Bodohnya ia lupa mencharger ponselnya semalam, jadilah ponselnya ia biarkan mendekam di kamarnya dengan kondisi sedang di cas.

"Santai aja kali." Lana menepuk rok abunya pelan untuk membersihkan debu yang menempel disana. Lantas ia kembali berucap,

"Ke sananya gimana nih? gue kan naik sepeda sedangkan elu naik motor, entar takutnya malah lu ninggalin gue kan ngeri-ngeri sedap."

"Deket dari sini kok, kita jalan kaki juga cepet nyampe." kemudian pemuda itu mulai melangkahkan kakinya terlebih dahulu meninggalkan Lana yang terpaku pada punggung Bagas yang perlahan menjauh.

Tak kunjung diikuti, Bagas menoleh kebelakang untuk memanggil Lana. "Heh, Lan! Ayo!"

"O—oh, iya bentar!" cepat-cepat Lana membenarkan tasnya yang agak mengendor lantas menyusul Bagas didepan sana.

Keduanya berjalan dengan santai diatas trotoar, namun tak bisa dipungkiri atmosfer mulai menghening karena keduanya tengah sibuk dengan pikirannya masing-masing.

Lana melirik sejenak kearah Bagas, lantas kembali memandangi jalan didepannya. Entah mengapa, tadi saat Bagas berjalan terlebih dahulu didepannya, rasanya seperti Déjà vu. Hampir sama dengan waktu itu, bedanya Bagas berbalik dan memanggilnya untuk berjalan bersama disampingnya.

"Gua denger-denger lo sekarang jadi mentor nya si Mars?" Tanyanya memecah keheningan.

"Iya." jawab Lana singkat.

"Ooo."

Bagas nampak menimang-nimang sebelum kembali melontarkan pertanyaan, "terus dia nya gimana? Kayaknya masih suka kabur ya?"

Lana mengernyitkan dahinya, ia merasa ada yang aneh dengan ucapan Bagas. "Masih? Maksudnya? Jangan-jangan lu juga pernah jadi mentor nya?"

Anggukan diberikan oleh Bagas, "cuma sampe seminggu doang, habis itu gua ngundurin diri. Gila aja, dikira gua ada waktu buat terus ngejar dia gitu? PR gua juga banyak nying. Pernah hampir kepergok dia lagi nyemil di taman lah, cafe, dan lain-lain tapi dia berhasil kabur."

Lana membelalakkan matanya. Bagus, informasi yang sangat membantu. Ia tak sampai mengira bahwa Mars selalu kabur darinya, pantas saja. Jika begini, dapat disimpulkan Mars terpaksa karena suruhan Bundanya ataupun Pamannya. Sialan kau Mars! Lana kira ia tak bisa datang karena ada urusan, maka dari itu ia selalu menunggu.

"Good luck aja sih buat lo, betah-betahin ya, Lan!"

















—to be continued.








"Jadi mahasiswa itu susah, dek."

Kim Doyoung

As

Danantya Fajar Rafandra










Ning Yizhou (Ningning)

As

Alika Ningrum Sifabella












Continue Reading

You'll Also Like

12.4K 1.5K 53
•felicity ; the great happiness• ''Kebahagiaan bisa kamu dapatkan dimana saja, kapan saja, dan dengan siapa saja, asalkan kamu mau menerima kebahagia...
1M 84.8K 29
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
5.2K 1K 26
Ini mengenai penyesalan Jean Lee yang telat mencintai Park Sunghoon sampai akhirnya takdir berkata lain. start: 08 Des 2020 genre: Fanfiction -- AU
2.8K 507 38
⚠️15+ Keyla, seorang gadis yang selalu mendapatkan perlakuan tidak adil dari keluarganya. Dia selalu dicampakkan dan dicaci maki, dan Keyla selalu m...