shade umbrella [END]

By carseinne

1K 232 83

[ ft. park jongseong, enhypen | ver lokal ] Bagi Mars, Lana itu hanyalah sesosok payung teduh yang digunakan... More

☔. tak sengaja berjumpa
☔. menunggu takdir memihak
☔. lagi-lagi tentang dia
☔. seruan senja sore
☔. tragedi martabak ghaib
☔. perlahan tersadar
☔. apel pembawa harapan
☔. it's up to u, it's up to me
☔. harus move on!
☔. memang belum saatnya
☔. pengakuan tak terduga
☔. harapan sang payung teduh
☔. kepingan masa lalu, i.aksa
☔. kepingan masa lalu, ii.aksa
☔. kepingan masa lalu, iii.aksa
☔. caessa dan keisha?
☔. hubungan yang merenggang
☔. pesawat kertas dan lana
☔. kepingan masa lalu, iv.lana
☔. kepingan masa lalu, v.lana
☔. kepingan masa lalu, vi.lana
☔. kepingan masa lalu, vii.lana
☔. penyesalan tak berujung
☔. akhir sang payung teduh
☔. side story, i.caessa
☔. terima kasih dan maaf

☔. sekelebat kenangan kelam

266 23 12
By carseinne

Gadis itu terus menutupi mulutnya yang menguap lebar, rasa kantuk yang tertahan membuat air matanya tak terasa merembes keluar. Suara penjelasan guru didepan seolah mengalun merdu menjadi lagu pengantar tidur. Ia menelungkupkan kepalanya ke atas meja serambi memejamkan mata.

Sekali saja tak akan membuatnya terlihat seperti anak bandel bukan? Guru akan memakluminya, yah Lana harap akan begitu. Lana bergerak kecil untuk mencari posisi yang nyaman, kemudian deru nafas teratur samar-samar terdengar. Gadis itu akhirnya terlelap juga.








Perlahan gadis itu membalikkan wajahnya ke samping kiri, namun nampaknya mentari tidak mengizinkan Lana terlelap begitu lama. Merasa tidak nyaman dengan cahaya dihadapannya, Lana mulai mengerjap pelan untuk menyesuaikan pandangan.

Ia tersenyum kecil kala melihat kupu-kupu bersemayam indah di jendela, "hey kawan kecil, asik ya natap gue tidur dari tadi?" Kata Lana seraya memangku dagu dengan tangannya.

Kemudian Lana bangun dari duduknya lantas menggeser kaca jendela itu perlahan. "Gue gak tau lu dateng darimana, tapi gue harap habis ini lu bisa terbang lagi ke langit bebas." setelah memastikan kupu-kupu itu telah terbang cukup jauh, barulah Lana meregangkan tubuhnya yang serasa remuk.

"Duh." Lana mengaduh sakit ketika kepalanya ia tolehkan kesamping, hal itu membuatnya memijat pelan daerah tengkuk dan sekitarnya. Dia tidak terbiasa tidur dengan posisi duduk, maka dari itu badannya terasa sakit semua.

Dari kejauhan seseorang menghampiri Lana dengan membawa dua buah susu kotak rasa vanilla dan stroberi ditangannya yang sudah siap untuk dilemparkan kearah Lana.

"Na! Tangkep!" Dengan sigap Lana menangkap operan temannya. Ia mendengus pelan, padahal Lana belum bersiap namun temannya sudah melayangkan sekotak susu vanilla kesukaan Lana. Tapi dalam hati Lana bersyukur, setidaknya berkat temannya itu ia jadi tidak perlu berdesakan ke kantin.

"Thanks, Mon." ucapnya pada Monica yang kini telah duduk di bangku sebelah Lana.

"Yoi sis! Eh eh lu tau gak?" Tanya gadis itu kepada Lana yang sibuk menatapi sekitar dengan sedotan yang menyusup disela bibirnya.

"Gak." Mendapati jawaban Lana, raut wajah Monica seketika berubah datar. "Ya kan gue belum ngomong."

Lana terkekeh geli. "sorry sorry, tau apa?"

Pandangan Monica menerawang ke atas, seperkian detik berlalu ia mulai bergidik ngeri. "Tadi pas lu tidur si killer natap lu terus."

Lana melotot tidak percaya. "yang bener? Tapi gue kok gak nyadar ya? Tatapannya Bu Maya kan tajem banget, berasa kena laser."

"Tapi anehnya lagi kok gue gak dimarahin ya?" Lanjut Lana sambil menggaruk pipinya yang sebenarnya sama sekali tidak gatal.

Monica berdecih pelan, "anak teladan mah beda, coba kalo gue yang ketiduran di kelas." Lana hanya tertawa kecil untuk menanggapi perkataan Monica. Tak butuh waktu lama, susunya telah habis tak tersisa. Ia pun berniat untuk beranjak dari sana.

"Mau kemana?" Tanya Monica.

Gadis itu menghentikan langkahnya sejenak, "Ke kamar mandi." jawab Lana sekenanya.

"Ikut dong!" Monica menghampiri Lana dengan cengiran khasnya.















☔☔☔













Suara nyaring yang ditunggu-tunggu oleh siswa telah berbunyi, menandakan pelajaran hari ini telah usai. Halaman dan pagar sekolah yang awalnya sepi kini mulai terisi oleh para siswa yang berhamburan keluar dari kelas mereka. Tak terkecuali dengan Lana dan juga Monica. 

Mereka berdua berjalan beriringan, namun bedanya Monica berjalan seraya menuntun motornya ke halte bus yang mana akan menjadi kendaraan yang mengantarkan Lana pulang kerumahnya.

"Tumben lu akhir-akhir ini naik bus terus?" Tanya Monica yang merasa heran, biasanya Lana itu paling malas berdesakan atau berada ditempat umum seperti halnya didalam pengapnya aroma keringat bercampur dari para penumpang bus.

"Mau gimana lagi, sepeda gue lagi di bengkel." jawab Lana dengan mencebik kesal saat teringat bagaimana sepeda kesayangannya bisa berakhir ditempat itu.

Monica mengangkat sebelah alisnya penasaran. "Lah begimana ceritanya?"

"Panjang ceritanya, intinya pelaku utama yang bikin sepeda gue jadi bobrok ya si Arsen."

Monica tertawa renyah sebelum menyudahi pembicaraan antara mereka berdua, ia pamit terlebih dahulu lalu menyalakan mesin motornya dan melenggang pergi ke jalanan yang penuh akan kendaraan yang sibuk berlalu-lalang.

Sedangkan kini Lana duduk tenang di bangku halte yang telah disediakan. Serambi menunggu busnya tiba, Lana memilih menyumpali telinganya dengan earphone dan memutar lagu yang akhir-akhir ini selalu menjadi temannya kala sedang merasa sepi.

Namun secara tak sengaja netra nya menangkap sebuah objek familiar yang membuat ia terpaksa menyipitkan matanya agar kelihatan lebih jelas. Ia lepaskan earphone yang menyumpal telinga nya lantas mendekat, seketika pandangannya terpaku kearah gelang usang yang tergeletak dibawah pohon lebat yang menaungi halte. Tangan nya terulur untuk mengambil gelang itu dan menelitinya lebih detail.

"Ris, kira-kira dia suka gak ya sama hadiah yang gue kasih?"

"Lu liat kan tadi?! Dia juga suka sama gue!"

"Murahan ew, liat deh dia ngejilat ludahnya sendiri."

"Ris, mending lu pergi aja deh dari hadapan gue, atau gak sekalian aja menghilang dari bumi. Gue muak liat muka lu."

Plakk!

Lana menampar pipinya sendiri hingga memanas. Ia kepalkan tangannya kuat-kuat, "sadar, Na! Kejadian itu udah jadi bagian dari masa lalu, sekarang bukan saatnya mikirin hal kayak gitu! Camkan itu!" monolognya dari dalam hati.

Dia terperangah sesaat ketika seseorang menepuk bahunya pelan, jantungnya berdegup kencang, perasaan kalut mulai meliputi seluruh hatinya. Gadis itu takut, takut jikalau yang menepuk bahunya adalah pemilik dari gelang yang saat ini ia pegang.

Lana menelan ludahnya dengan susah payah lantas menoleh kesamping. Ia bernapas lega saat mendapati sosok yang ia kenali itu ikut berjongkok disampingnya.

"Arlana kan?" Lana yang mendengar namanya disebutkan segera menganggukkan kepalanya pelan.

Pemuda itu bangkit, kemudian disusul juga dengan Lana. "Tadi lo ngeliatin apa? Serius amat." tanyanya sekali lagi dengan diiringi kekehan kecil.

"Kebetulan ada semut lagi kawin, karena gue penasaran yaudah gue liat." jawab Lana yang sebenarnya hanya bermaksud untuk bercanda.

Untungnya pemuda itu menanggapi candaan Lana dengan baik, ia mengusak pucuk rambut Lana hingga berantakan. "ada-ada aja lo."

Karena telah terbiasa mendapat perlakuan seperti itu Lana tidak merasa sedikitpun terganggu dengan usakan yang diberikan oleh sang pemuda, ia tahu betul bagaimana sikap Aksa. Tak heran, Aksa memiliki adik perempuan dirumahnya. Jadi kalau baper pun tidak akan terbalaskan, sudah dipastikan akan jadi korban adik-kakak zone.

Sejenak Lana berdengung, "eungg... Sa, gue boleh minta tolong?" ucapnya sambil memainkan matanya gelisah.

"Boleh, asal gak ada orang lain selain gua yang bisa bantu." Lana seketika mendelik pada Aksa.

"Lu... bisa ngasih gelang ini ke dia gak? Gue tadi nemu dibawah pohon." Lana menyodorkan gelang itu kehadapan Aksa, namun melihat raut wajah Aksa yang berubah masam Lana segera menarik kembali gelang itu ke genggamannya, ia jadi merasa bersalah.

"Kayaknya gak bisa Na, mending lo sendiri aja yang kasih. Dia sekarang beda jauh dari dulu."

"..." Lana diam bergeming sebelum Aksa kembali buka suara.

"Bukannya masih ada kesalahpahaman diantara lo berdua?" perkataan Aksa sukses membuat Lana meremas rok abunya seraya menunduk dalam.

"Percuma... Mars gak bakalan percaya sama apa pun yang gue bilang." cicitnya pelan yang untungnya masih bisa didengar oleh Aksa.

Aksa menghela nafas panjang sebelum mendongakkan wajah Lana perlahan. Setelah netra keduanya beradu tatap, sang pemuda menatapnya serius lalu tangannya turun ke bahu untuk mengusap pundak Lana berupaya menyalurkan rasa ketenangan.

"Mungkin kemarin-kemarin nya aja lo gagal, tapi selagi masih ada kesempatan menanti, gua yakin ada saatnya Mars bakalan buka mata dan hati buat lo." seolah mendapat semangat baru Lana pun tersenyum tipis.

Lana menatap gelang usang itu dengan mata berkaca-kaca namun bibirnya melengkung indah membentuk guratan senyum manis. "Thanks Sa, nanti kalo gue ketemu dia pasti gue bakalan nyoba jelasin ke dia lagi dan juga gelang ini... pastinya harus gue balikin." Lana tertawa hambar setelahnya.

Dan seketika eksistensi Lana beralih pada bus Lana yang telah tiba. "Bus nya udah sampe, gue pergi dulu ya Sa! Dahh." pamitnya pada Aksa, pemuda itu melambaikan tangannya dengan tersenyum menyenangkan.

Namun sepeninggal bus Lana, senyumnya luntur seketika. Tetes demi tetes air hujan mulai berjatuhan ke tanah. Semakin lama derai airnya pun semakin bertambah hingga dedaunan yang melindungi Aksa kini tak dapat menampungnya lagi.

Pemuda itu menengadahkan wajahnya keatas, menatap langit kelabu diatas sana. Ia membiarkan rintikan air hujan mengenai wajah tampannya. Serambi terpejam batinnya mulai berporak-poranda, hasrat ingin menumpahkan amarah dan kekesalan begitu hebat.

Tanpa peduli derasnya air hujan, ia langkahkan tungkainya menyusuri trotoar sepi dengan sesekali menendangi kerikil yang ada didepannya. "sial, kenapa harus Mars?"

—to be continued.



















ini adalah beberapa cast yang keluar pada chapter ini:

Aurissa Arlana Melody (OC)

*OC (Original Character) adalah karakter yang dibuat bukan berdasarkan karakter lain yang sudah ada sebelumnya. Dengan kata lain, Lana ini adalah karakter yang saya buat sendiri.

*Visualisasi nya secara tidak sengaja saya temukan saat sedang melihat-lihat pinterest, kalau kamu tidak suka dengan visualisasi yang saya berikan, silahkan imajinasi kan sesukamu saja yaa^^


Kim Jimin (Monday)

As

Monica Fredella Khansa

Park Sunghoon

As

Aksa Delvin Arion










Continue Reading

You'll Also Like

466K 46.7K 37
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian uru...
1M 84.4K 29
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
939K 45.2K 40
Alzan Anendra. Pemuda SMA imut nan nakal yang harus menikah dengan seorang CEO karena paksaan orang tuanya. Alzan kira yang akan menikah adalah kakek...
435 212 4
Ada kisah yang perlu diceritakan dengan kelembutan. Ketika rasa itu begitu saja menelusup ke dalam relung hati. Berpendar dengan cahaya berkilauan me...