Indigo Tapi Penakut | END

By nnnylegna

6M 1M 297K

"Gue jadi ekor lo, boleh?" - Axelleon Kastileo. *** Axel itu seor... More

ツ|Axelleon Kastileo
ツ|Valetta Lizhunt
ツ|Chapter 1
ツ|Chapter 2
ツ|Chapter 3
ツ|Chapter 4
ツ|Chapter 5
ツ|Chapter 6
ツ|Chapter 7
ツ|Chapter 8
ツ|Chapter 9
ツ|Chapter 10
ツ|Chapter 12
ツ|Chapter 13
ツ|Chapter 14
ツ|Chapter 15
ツ|Chapter 16
ツ|Chapter 17
ツ|Chapter 18
ツ|Chapter 19
ツ|Chapter 20
ツ|Chapter 21
ツ|Chapter 22
ツ|Chapter 23
ツ|Chapter 24
ツ|Chapter 25
ツ|Chapter 26
ツ|Chapter 27
ツ|Chapter 28
ツ|Chapter 29
ツ|Chapter 30
ツ|Chapter 31
ツ|Chapter 32
ツ|Chapter 33
ツ|Chapter 34
ツ|Chapter 35
ツ|Chapter 36
ツ|Chapter 37
ツ|Chapter 38
ツ|Chapter 39
ツ|Chapter 40
ツ|Chapter 41
ツ|Chapter 42
ツ|Chapter 43
ツ|Chapter 44
ツ|Chapter 45
ツ|Chapter 46
ツ|Chapter 47
ツ|Chapter 48
ツ|Chapter 49
:(|Chapter 50
:(|Chapter 51
ツ|Epilog
ツ|Extra 1
ツ|Extra 2
SEGERA TERBIT
VOTE COVER + GIVEAWAY

ツ|Chapter 11

112K 19.7K 2.4K
By nnnylegna

sᴇʟᴀᴍᴀᴛ ᴍᴇᴍʙᴀᴄᴀ
ᴊᴀɴɢᴀɴ ʟᴜᴘᴀ
ᴠᴏᴛᴇ , ᴄᴏᴍᴍᴇɴᴛ , ғᴏʟʟᴏᴡ

Valetta membenamkan wajahnya di antara bantal-bantal yang menumpuk. Jam sudah menunjukkan pukul delapan malam dan Valetta kini berada di kamarnya.

Beberapa jam sudah berlalu sejak Valetta mengantar Axel pulang.

Iya, Valetta mengantar Axel pulang. Kali ia tidak membonceng Axel, melainkan ia dan Axel menaiki motor masing-masing.

Bagaimana bisa Valetta mau mengantar Axel? Well, tentu awalnya Valetta tak mungkin mau mengantar Axel.

Tapi, setelah beberapa kali Axel bujuk, Valetta pun mau, asalkan Axel tidak akan mengganggu dirinya di hari Minggu, alias besok.

Valetta menelentangkan badannya dan menatap langit-langit kamar. Percakapan siang tadi kembali terngiang di kepalanya.

"Valetta, gue itu penakut, sumpah! Dan gue beneran harus dua meter di dekat lo biar tenang. Jadi, boleh ya? Gue ngekorin lo?"

"Enggak. Gak boleh."

"Please lah, Val. Gue bakal kasih lo apa aja asalkan lo bolehin gue jadi ekor..."

"Tetap enggak."

"Please... Gue mohon banget, boleh, ya? Janji deh gue gak bakal ikut campur atau ngusik kegiatan lo, gue cuman berdiri dua meter dekat lo aja... Ya? Ya?"

"..."

"Boleh... Ya?"

"Ya udah. Tapi dengar baik-baik. Lo enggak boleh ngikut gue pas gue ke toilet dan pas gue lagi pengin sendiri. Gue bolehin lo ngikut tapi lo harus tetap pegang janji lo buat gak ngusik kegiatan gue, paham?"

"Oke, Bos! Siap! Gue pasti bakal selalu ingat sama janji gue!"

Valetta tak sadar bahwa kini ia tersenyum. Ia tersenyum karena teringat akan wajah Axel saat tengah memohon.

Entah Axel sadar atau tidak, tapi tadi dirinya terlihat seperti anak anjing. Lucu. Valetta suka dengan anjing, makanya hati Valetta sedikit tergerakan dan berakhir memperbolehkan Axel menjadi ekornya.

Valetta menghembuskan napasnya pelan. Apa semua akan tetap berjalan seperti biasa setelah ini?

Ting!

Bunyi tersebut berhasil mengalihkan perhatian Valetta. Valetta meraih handphonenya.

Pesan dari nomor tak dikenal.

+60XXXXXXXXX
|Malam, Bos. Makasih buat hari ini, gue gak bisa tidur pas malam tapi setidaknya hari Senin gue bisa tidur pas di kelas. Selamat istirahat, Bos.
|Dari ekor lo, Axel.

Valetta kembali tersenyum. Kalau dilihat-lihat lagi, Axel tidak seperti berbohong. Mungkin Axel memang indigo. Tapi Valetta tidak percaya soal penjaga yang disebut Axel.

Orang, kedua nenek Valetta masih sehat-sehat aja. Jadi sejak kapan Valetta jadi cucu orang lain?

Valetta membaca ulang pesan yang dikirim Axel dan memutuskan untuk membalasnya.

Valetta
Mlm. Bsk lo dtg aja ke kafe.|

Setelah mengirim. Valetta menekan nomor Axel dan menambahkan Axel sebagai kontak.

Namanya apa? Axel? Ekor aja, lebih pas, batin Valetta.

Selang beberapa detik, handphone Valetta kembali berbunyi.

Ekor
|Serius, Bos?
|Besok gue boleh datang ke kafe?

Valetta
Y|

Ekor
|Oke, Bos! Makasihhhh :)

Valetta tersenyum, ia menatap emoji yang Axel kirim selama beberapa detik.

Valetta melempar asal handphonenya, ia malas membalas jadi biarkan saja percakapan berakhir sampai situ.

Beranjak dari kasurnya. Valetta pergi ke kamar mandi untuk menyegarkan diri. Ia ingin tidur cepat hari ini.

Di lain tempat.

Ada Axel yang tengah terlungkup di kasurnya sembari memperhatikan handphonenya.

Tidak ada balasan lagi, kah?

Axel kembali membaca pesan dari atas hingga bawah. Sungguh pelit sekali perempuan ini.

Axel sudah mengirimkan pesan dengan kata-kata yang tak disingkat dan Valetta malah membalas sesingkat-singkatnya.

Y? Hanya Y? Tidak bisa ditambah a di belakangnya? Gerutu Axel dalam hati.

Tapi setelah kembali membaca untuk yang kesekian kalinya. Axel menenggelamkan wajahnya ke bantal yang ada. Ia senang karena besok diperbolehkan ke kafe lagi.

Berarti besok ia bisa tidur nyenyak lagi. Tapi tunggu... Bukankah berarti besok Axel harus kembali naik motor sendirian melawan arus hantu di jalan?

Axel berdecak kesal dan langsung merinding. Hari ini sudah cukup sulit dirinya sampai ke kafe Afrolietta, entah berapa banyak hantu yang ia tabrak. Untung saja ia dapat sampai ke kafe dengan selamat.

Axel kembali melirik kontak di layar handphonenya.

Bos Valetta

Apa Axel minta Valetta menjemputnya?

Ah, jangan. Sungguh memalukan. Di antar pulang saja sudah membuat Axel ingin menguburkan diri. Apalagi dijemput. Bisa-bisa nyawa Axel langsung terbang tanpa aba-aba karena saking malunya.

Sudahlah. Lihat saja dulu besok. Sekarang yang harus Axel lakukan adalah mencari cara agar ia bisa menerobos pertahanan Papanya.

Axel mau tidur sama Bea dan Aless. Enggak bisa kalau sendiri.

"Mama... Axel mau tidur sama Mama..." rengek Axel sembari melangkah ke luar kamarnya, ia buru-buru karena mau menghindar dari sosok laki-laki yang duduk di meja belajarnya.

Baru saja mau mengetuk pintu kamar Mamanya.

Ceklek!

Mata Axel membulat. Ia meraih knop pintu dan berusaha membuka pintu tapi tak bisa.

Pintunya terkunci.

"Mama!"

"TIDUR AJA DI KAMAR SENDIRI! PAPA HARI INI ADA URUSAN SAMA MAMA!"

Suara berat Aless terdengar dari kamar. Axel tercengang dan mengetuk pintu berulang kali.

"Mama!!! Papa, nih!"

"ALESS!!!"

"Aishhh!!! Anak sialan!"

"ALESS!!!"

"Iya, iya! Silahkan masuk tuan muda nan IMUT!"

Matahari mulai menunjukkan dirinya. Secara otomatis, Valetta bangun dari tidurnya.

Ia mengusap kasar wajahnya dan melamun untuk beberapa saat. Sedang mengumpulkan nyawa.

Setelah merasa lebih sadar, barulah Valetta beranjak dari kasur dan pergi ke kamar mandi buat gosok gigi dan mandi.

Keluar dari kamar mandi, Valetta sudah terlihat rapi dan segar. Siap memulai harinya.

Valetta melangkah menuju ruang makan, di sana sudah ada Vancia yang sibuk menghidangkan sarapan.

"Pagi, Ma..."

Vancia mendongak dan tersenyum, "Udah bangun anak Mama, gimana tidurnya? Nyenyak?"

Valetta mengangguk, "Mama gimana?"

"Nyenyak juga," jawab Vancia sembari meletakkan segelas susu untuk Valetta.

Valetta duduk dan memperhatikan gerak-gerik Vancia, "Mama enggak duduk?"

"Kamu makannya sendiri ya, Mama ada urusan, harus cepat-cepat ke butik," ujar Vancia.

"Mama enggak mau Valetta antar?"

Vancia menggeleng dan menghampiri Valetta, "Enggak usah, hari ini mama pergi sendiri aja, kamu kalau mau ke kafe jangan lupa kunci pintu, kuncinya Mama letakkan di meja depan."

Cup

Vancia mengecup puncak kepala Valetta, "Mama pergi dulu, bye sayang!"

"Bye, Ma! Hati-hati di jalan!" sahut Valetta memulai sarapannya.

Valetta melahap sandwich yang dibuat Vancia dengan semangat, setelah itu ia meminum susu hangat kesukaannya. Memang sebuah kebiasaan, setiap pagi Valetta harus meminum susu. Mungkin karena itu dirinya tinggi.

Selesai sarapan, Valetta berjalan ke tempat cuci piring. Mencuci piring dan gelas yang ia pakai.

Valetta melirik jam dinding, sudah jam delapan. Ia kembali naik ke atas untuk mengambil keperluan pentingnya seperti handphone dan dompet.

Selang beberapa menit, Valetta langsung ke bawah, keluar rumah  mengunci pintu dan pergi menghampiri Blacky.

Ting!

Siapa lagi...

Valetta membuka handphonenya.

Ekor
|Pagi, Bos... Bos udah di kafe ya?

Valetta
Otw|

Ekor
|Ohhh... Oke

Valetta
Hm|

Valetta naik ke Blacky, menghidupkannya, memakai helm full-face lalu tancap gas pergi ke kafe Afrolietta.

Selama perjalanan, banyak mata tertuju pada Valetta. Bagaimana tidak, Valetta terlihat sangat keren dan menonjol dengan motor dan pakaian serba hitam.

Beberapa menit berlalu dan Valetta akhirnya sampai di kafe Afrolietta. Mata Valetta langsung tertuju pada pria yang tengah terduduk di motor sport berwarna hitam sepertinya.

"Eh, Bos udah datang!" seru pria tersebut semangat, ia menghembuskan napas lega kala Valetta mendekat.

Valetta memarkirkan motornya di sebelah motor tersebut, "Gak usah panggil Bos."

"Jadi?"

"Panggil nama aja." Valetta turun dari motornya. Axel pun mulai menjalani perannya sebagai ekor. Yang tak lain adalah mengikuti Valetta kemanapun Valetta pergi.

Di dalam kafe, sudah ada beberapa pelayan seperti Bambang, Nila dan Kai. Seperti biasa, Kai sibuk mengejek Nila sedangkan Bambang sibuk mengompori Kai.

"Tau enggak, La?" Bambang menopang dagunya dengan tangan kanan.

Nila memutar bola matanya malas, "Aku bukan cenayang."

Bambang terkekeh, "Kalau gitu, aku yang cenayang."

"Hah?"

"Karena barusan, aku melihat kamu di masa depan sedang bersama anak-anakku." Nila kembali memutar bola matanya malas.

"Eleh, itu cuman Nila lagi jadi babysitter!" ketus Kai menatap Bambang tajam.

Bambang membalas tatapan Kai, "Iri bilang!"

"Siapa yang iri? Aku cuman mengucapkan fakta, Nila enggak ada masa depan kalau sama kamu!"

"Terus? Nilai harus sama siapa?"

"Sama cowok yang tampan kayak aku contohnya, tapi sayang akunya enggak mau," ujar Kai sombong.

Nila membuang muka, wajahnya masam, sungguh kuat dirinya bisa bertahan untuk bekerja di kafe ini.

Raut wajah masam Nila langsung berubah saat ia menangkap sosok perempuan yang masuk ke dalam kafe, "VALETTA!!!"

"Pagi," sapa Valetta, tersenyum kecil.

Bambang dan Kai ikut menyapa Valetta, setelah itu mereka fokus pada pria yang berjalan di belakang Valetta.

"Bukannya itu cowok yang kemarin datang juga?" Bambang bertanya.

Kai mengangguk, begitu juga Nila. Mereka tak mungkin lupa setelah melihat wajah tersebut berjam-jam kemarin.

"Namanya Axel kalau enggak salah," bisik Nila pelan.

"Lagi ngapain?" tanya Valetta, penasaran karena melihat Nila berbisik-bisik.

"Enggak ada, ini tumben Valetta bawa temannya datang lagi? Cowok lagi!" ujar Nila mengalihkan pembicaraan.

"Oh, dia ekor, makanya ngikut terus, hiraukan aja."

"Ohhh..."

Bambang dengan curiga menatap Axel lalu Valetta, "Yakin kalian enggak ada hubungan lebih?"

"Iya..." Valetta melangkah pergi menuju panggung.

Axel pun ikut.

"Ngapain lo ikut ke panggung?"

"Kan, ekor."

"Lo mau ikut tampil juga?" tanya Valetta.

Axel diam berpikir, ia melirik keyboard yang ada di atas panggung.

"Boleh?" jawab Axel ragu-ragu.

Valetta membalikkan badannya. Ia tak mengira Axel akan menjawab itu, Valetta bertanya hanya sekedar basa-basi. Valetta lupa kalau Axel adalah seorang keyboardist handal.

Valetta melirik Axel dari atas hingga bawah, "Enggak mau tidur aja?"

"Tidurnya bisa nanti, main satu dua lagu boleh aja." Axel tak begitu memerlukan tidur sekarang, semalam ia sudah cukup puas tidur di siang dan malam hari.

"Ya udah ikut gue, iringin beberapa lagu."

Awalnya memang beberapa lagu doang. Tapi, beberapanya sampai jam menunjukkan pukul duabelas.

Setelah makan siang, bukannya tidur, Axel malah kembali mengiring penampilan Valetta.

"Lo enggak tidur? Enggak bosan ngiringin terus?" tanya Valetta untuk yang kesekian kalinya.

Axel menggeleng, "Gue senang kalau ngiringin kayak gini, apalagi kalau sefrekuensi kayak lo, lagunya jadi enak, guenya juga senang, enggak bosan."

"Oh, ya udah, ayo lanjut, nanti kalau lo mau tidur, bilang."

"Siap, Bos!"

ᴠᴏᴛᴇᴄᴏᴍᴍᴇɴᴛғᴏʟʟᴏᴡ


See you on next chapter ♡

ᴘᴜʙʟɪsʜᴇᴅ ᴏɴ
24.06.2021

Continue Reading

You'll Also Like

2.1M 97.8K 70
Herida dalam bahasa Spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...
603 155 21
[BELUM REVISI] Bagi Zee, Irham itu nggak lebih dari sekedar ketua Osis bucin nan melankolis yang suka sok sangar waktu razia. Cowok aneh yang terus-t...
603K 16.9K 49
Cerita sudh end ya guys, buru baca sebelum BEBERAPA PART DIHAPUS UNTUK KEPENTINGAN PENERBIT. Kata orang jadi anak bungsu itu enak, jadi anak bungsu...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

4.2M 250K 54
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...