Indigo Tapi Penakut | END

By nnnylegna

5.9M 1M 297K

"Gue jadi ekor lo, boleh?" - Axelleon Kastileo. *** Axel itu seor... More

ツ|Valetta Lizhunt
ツ|Chapter 1
ツ|Chapter 2
ツ|Chapter 3
ツ|Chapter 4
ツ|Chapter 5
ツ|Chapter 6
ツ|Chapter 7
ツ|Chapter 8
ツ|Chapter 9
ツ|Chapter 10
ツ|Chapter 11
ツ|Chapter 12
ツ|Chapter 13
ツ|Chapter 14
ツ|Chapter 15
ツ|Chapter 16
ツ|Chapter 17
ツ|Chapter 18
ツ|Chapter 19
ツ|Chapter 20
ツ|Chapter 21
ツ|Chapter 22
ツ|Chapter 23
ツ|Chapter 24
ツ|Chapter 25
ツ|Chapter 26
ツ|Chapter 27
ツ|Chapter 28
ツ|Chapter 29
ツ|Chapter 30
ツ|Chapter 31
ツ|Chapter 32
ツ|Chapter 33
ツ|Chapter 34
ツ|Chapter 35
ツ|Chapter 36
ツ|Chapter 37
ツ|Chapter 38
ツ|Chapter 39
ツ|Chapter 40
ツ|Chapter 41
ツ|Chapter 42
ツ|Chapter 43
ツ|Chapter 44
ツ|Chapter 45
ツ|Chapter 46
ツ|Chapter 47
ツ|Chapter 48
ツ|Chapter 49
:(|Chapter 50
:(|Chapter 51
ツ|Epilog
ツ|Extra 1
ツ|Extra 2
SEGERA TERBIT
VOTE COVER + GIVEAWAY

ツ|Axelleon Kastileo

382K 40.2K 11.5K
By nnnylegna

sᴇʟᴀᴍᴀᴛ ᴍᴇᴍʙᴀᴄᴀ
ᴊᴀɴɢᴀɴ ʟᴜᴘᴀ
ᴠᴏᴛᴇ , ᴄᴏᴍᴍᴇɴᴛ , ғᴏʟʟᴏᴡ

BAGI PEMBACA LAMA:
Harap jangan spoiler ya sayang-sayangku (・'з'・) nanti dicium sama manusia darat loh

Axelleon Kastileo. Laki-laki berumur 17 tahun dengan tinggi 182 cm itu tengah tidur.

Itu yang orang kira.

Padahal sebenarnya Axel sedang olahraga. Olahraga jantung.

"Adik tampan... Ikut kakak, ya?"

Gue umur 17 tahun dan gue gak bakal mau ikut cewek penuh belatung kayak lo, hiks...

"Kamu sungguhlah murid yang berprestasi... Bapak bangga punya murid sepertimu."

Hiks... Makasih pak, tapi saya enggak mau dipuji sama guru yang kepalanya hancur...

"Kakak mau enggak main lari-larian sama aku?"

No! No!!!! Gimana juga mau main lari-larian? Kaki lo itu enggak ada! Tidak ada! Hiks...

"Hihihihi... Adik mau 'kan? Nikah sama saya..."

ENGGAK!!! OGAH BANGET NIKAH SAMA MAKHLUK YANG NEMBUS!!!

Yap, Axel bisa melihat hantu, sebut saja indigo. Masalahnya di sini, Axel itu penakut.

Sudah berbagai cara ia lakukan untuk menutup mata batinnya, tapi gagal. Tidak ada yang berhasil.

Wajah Axel terlihat pucat, keringat dingin sudah membanjiri wajahnya, tapi tak ada yang sadar karena Axel bersembunyi di antara tangannya yang menyilang di meja.

Semua murid fokus mendengarkan penjelasan guru, tapi tidak dengan Axel. Axel terlihat tidur dan itu sudah biasa ia lakukan di kelas, meski sebenarnya Axel tidak benar-benar tidur.

Guru-guru juga tidak mempermasalahkan kebiasaan buruk Axel karena semua nilai ujian dan praktek Axel selalu bagus, bahkan Axel selalu masuk tiga besar di angkatannya.

Ditambah lagi, Axel berasal dari keluarga Kastileo, keluarga yang menjabat sebagai salah satu donatur SMA Landon Hills.

"Ax, ayo bolos," bisik siswa yang duduk di samping Axel, Ghevan Naaska, sahabat Axel dari jaman popok dan dot.

Axel tak bergeming membuat Ghevan terpaksa menepuk pundak Axel, "Axel?"

Ghevan mengangkat paksa kepala Axel dan matanya langsung membulat.

"Lo udah akting sakit? Gak bilang dari tadi!" Ghevan tersenyum dan dengan semangat mengangkat sebelah tangannya, "Ibu!"

Bu Mella yang mengajar menoleh ke arah Ghevan, "Iya, apa ada pertanyaan?"

"Axel sakit, Bu! Saya antar ke klinik ya!" seru Ghevan, raut wajahnya khawatir, tapi cuman akting.

Bu Mella berjalan ke sudut kelas, tempat Axel dan Ghevan duduk, di sana ia pun melihat wajah Axel yang sudah pucat, "Astaga, kenapa tidak bilang dari tadi kalau sakit? Ya udah, sana antar Axel ke klinik!"

Ghevan mencoba menahan senyumannya, ia berdiri seraya membantu Axel untuk berdiri juga.

Namun baru saja melangkah beberapa kali, Bu Mella kembali memanggil Ghevan.

"Ghevan!"

"Iya, Bu?"

Bu Mella memicingkan matanya, "Kamu duduk. Eros saja yang membawa Axel ke klinik."

"Lah kok gitu, Bu!?" Mata Ghevan membulat kaget, padahal sebentar lagi ia sudah keluar kelas.

Bu Mella menyilangkan tangannya di depan dada, "Nilai kamu di pelajaran saya sangatlah kurang, jadi kamu tidak boleh pergi!"

Maka terjadilah sebuah perdebatan singkat sebelum akhirnya Ghevan duduk di bangkunya dengan wajah ngambek.

Eros Avanest. Laki-laki yang juga teman masa kecil Ghevan dan Axel itu beranjak dari kursinya yang terletak di barisan terdepan, biasalah anak yang terpaksa ambis dan matanya rabun.

"Lo kenapa lagi sih, Ax?" tanya Eros sembari berjalan di samping Axel, kedua tangannya ia masukkan ke kantongnya.

Axel berjalan sedikit cepat karena ia ingin secepatnya pergi ke atap sekolah. Axel sama sekali tak ingin ke klinik, justru di klinik lebih ramai daripada di kelas.

"Biasa," jawab Axel, nadanya datar seperti wajahnya yang sebelas duabelas sama papan, maklum lagi di kelilingi hantu jadi harus sedatar mungkin.

Eros menggeleng dan menepuk pundak Axel kasihan, "Lo masih takut? Padahal lo udah kayak gini sekitar duabelas tahun, masih aja belum terbiasa..."

"Trauma, Eros. Yang buat trauma juga lo sama Ghevan, lo mau gue buka mata batinnya? Biar bisa lihat yang di kelas kayak mana," sewot Axel.

"Terimakasih tapi gue gak mau mata batinnya dibuka."

Memang salah Eros dan Ghevan mengurung Axel di sebuah gudang gelap yang terletak di dekat kuburan saat mereka berumur enam tahun.

Melihat parade hantu di tempat sesempit itu membuat Axel ingin saja mati di tempat. Untung saja Eros dan Ghevan kembali walau kembalinya pas pukul tujuh malam.

Tak hanya itu, masih ada banyak kejadian masa kecil di mana Eros dan Ghevan mengerjai Axel. Tapi mereka berhenti setelah Axel membawa Ghevan dan Eros ke dukun biar mata batin mereka dibuka.

Akhirnya, Ghevan dan Eros pun kapok. Sejak tau bagaimana bentuk para hantu, mereka tak lagi mengerjai Axel.

"Oh iya, gue dengar bakal ada murid baru di kelas nanti, kawan Shavira sama Lexa."

"Terus?"

"Ya mana tau nanti dia bakal jadi gebetan lo," celetuk Eros.

Axel mengernyitkan dahinya, "Maksud?"

"Kan Shavira gebetan gue, habistu Lexa gebetan Ghevan, ya pas banget kalau kawannya satu lagi itu gebetan lo," jelas Eros, wajahnya serius.

Pletak!

Axel menempeleng kepala Eros dan berjalan lebih cepat menaiki tangga.

Saat sampai di atap sekolah, Axel langsung membaringkan dirinya di lantai, menghirup udara segar yang ada.

Tidak seperti tempat lain, atap sekolah lebih sepi penghuninya, ya mungkin karena atap sekolah ini cerahnya minta ampun dan juga terawat, terlihat ada beberapa tanaman hias menghias sudut atap.

Eros membaringkan dirinya di samping Axel, ikut menatap langit.

"Lo kapan dekat sama cewek?"

"Gak niat."

"Gue capek dibilang pasangan gay lo, bahkan gue takut Shavira malah ngira yang aneh-aneh habistu kabur dari gue," gerutu Eros.

"Gue, gay?"

"Lo gak tau ya? Sejak lo nolak surat cinta primadona kelas sepuluh, lo itu langsung di cap gay sama banyak siswi!"

"Primadona yang mana, sih?" tanya Axel bingung.

"..." Eros melirik Axel, dia menjadi sedikit curiga juga kalau kawannya ini gay. Bahkan cewek secantik Zahra aja bisa dilupakan Axel.

"Ax, lo beneran gay, ya?"

BUGH!

"BANGSAT!" itu Eros.

"Iya, gue gay, gay sama lo! Puas!?"

Axel tidak tau kalau di balik pintu atap ada seorang perempuan berkacamata yang mendengar ucapannya itu.

"Kak Axel... Gay?"

Dan setelah hari itu ada banyak hati betina yang patah.

ᴠᴏᴛᴇᴄᴏᴍᴍᴇɴᴛғᴏʟʟᴏᴡ

Author labil sekali. Sebentar upload cerita sebentar unpublish...

Semoga kali ini author gak unpublish lagi _(:з」∠)_

Udah deh bye gaes, see you next chapter

ᴘᴜʙʟɪsʜᴇᴅ ᴏɴ
12.06.2021

Continue Reading

You'll Also Like

ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

5.8M 323K 36
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
573K 27.5K 74
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...
407K 5.7K 22
Cerita ini berkisahkan tentang Rainna Putri seorang gadis cantik dengan rambut ikal dan hidungnya yang mancung. Seperti namanya Rainna atau Rain yang...
2.2M 101K 52
[COMPLETED] enam sahabat dengan karakter yang berbeda-beda. troublemaker paling hebat di sekolah mereka. walaupun begitu, mereka merasakan arti sahab...