After that [Selesai]

By nurNongPit

51.7K 4.2K 332

Series # 7 Abila Nafisa Putri *** Setelah kembali dari Belanda, Abila memulai hidup barunya dengan melanjutk... More

After : Satu
After : Dua
After : Tiga
After : Empat
After : Lima
After : Enam
After : Tujuh
After : Delapan
After : Sembilan
After : Sepuluh
After : Sebelas
After : Dua Belas
After : Tiga Belas
After : Empat Belas
After : Lima Belas
After : Enam Belas
After : Tujuh Belas
After : Delapan Belas
After : Sembilan Belas
After : Dua Puluh
After : Dua Puluh Satu
After : Dua Puluh Dua
After : Dua Puluh Tiga
After : Dua Puluh Empat
After : Dua Puluh Lima
After : Dua Puluh Enam
After : Dua Puluh Tujuh
After : Dua Puluh Delapan
After : Dua Puluh Sembilan
After : Tiga Puluh
After : Tiga Puluh Satu
After : Tiga Puluh Dua
After : Tiga Puluh Empat
After : Tiga Puluh Lima
After : Tiga Puluh Enam
After : Tiga Puluh Tujuh
After : Tiga Puluh Delapan
After : Tiga Puluh Sembilan
After : Empat Puluh
After : Empat Puluh Satu
After : Empat Puluh Dua
After : Empat Puluh Tiga
After : Empat Puluh Empat
After : Empat Puluh Lima
After : Empat Puluh Enam
After : Empat Puluh Tujuh
After : Empat Puluh Delapan
After : Empat Puluh sembilan
After : Lima Puluh
After : End
Keira's
After Married
Gue kambek!
Cus!
Tasya Open PO

After : Tiga Puluh Tiga

706 67 2
By nurNongPit

"Bunda! Pak Yanto udah pulang belum?"

Dari atas Abila berteriak memanggil sang bunda untuk bertanya keberadaan Yanto. Namun tidak ada jawaban. Apakah tidak ada orang di bawah?

"Bunda!"

Humairah yang sedang di ruang Tv bersama Yanto, Dodi dan Widya tidak menggubris teriakan anaknya. Mereka diam atas perintah Humairah.

Humairah senang sekali meledek anak satu-satunya. Padahal jika sudah ngambek Abila amat menyebalkan.

"Bunda! Masya Allah, Bunda!"

Suaranya terdengar lagi. Tapi wujudnya belum muncul hingga saat ini.

"Bunda Humairah! Istrinya Ayah,  mantannya Om Hari! Bunda dengar ga, sih?!"

Humairah memejamkan mata menahan amarah. Anaknya selalu membawa-bawa nama mantan kekasihnya yang sekarang sudah bahagia bersama dengan temannya.

Bukan karena bulum move-on atau gagal move-on. Bukan. Dirinya bahkan berteman baik dengan mantan kekasih dan temannya itu. Masalahnya di malu. Tidak bisa di pungkiri jika Humairah masih suka malu jika nama Hari di sebut-sebut apa lagi di depan Yanto dan yang lainnya.

Terdengar suara langkah kaki yang kencang. Tidak lama Abila muncul dengan wajah kesalnya.

"Bunda! Apa harus Bila pasang speaker kaya di sekolah biar Bunda dengar? Heran, anaknya teriak-teriak sampai sakit tenggorokan bukan di jawab malah diam aja!" ocehnya kesal. Keempat orang dewasa yang ada di tempat menahan tawa kecuali Humairah yang sedang berpura-pura bersikap tegas.

"Bunda!" lagi. Abila berteriak lagi.

"Apa?" jawab Humairah santai.

"Kenapa ga jawab? Bila teriak-teriak dari tadi pasti Bunda dengar, tapi kenapa diam?"

"Udah tau Bunda di bawah kenapa masih teriak-teriak? Bukan langsung di samperin!"

"Ih! Bila, kan mastiin. Bunda, mah ngeselin. Lihat aja, besok tas-tas Bunda Bila kiloin!" ancamnya bercanda.

Humairah melotot, melempar Abila dengan satu butir anggur yang ada di tangannya. Lemparan meleset. Abila mengambil buah anggur yang terjatuh di lantai lalu menaruhnya lagi di atas piring.

Wle. Ledeknya pada Humairah ketika wajahnya berhadapan dengan Humairah saat menaruh anggur yang wadahnya tepat di depan Humairah.

"Sayang. Beli anggur pakai uang." ucapnya dengan nada meledek.

Humairah habis kesabaran.

"Nafisa!!"

"Saya, Bunda. Jangan teriak-teriak. Bundakan udah tau Bila di depan Bunda." jawab Abila membalas ucapan bundanya tadi.

"Abila Nafisa Putri!!"

"Ga dengar, pakai soptek!" jawabnya lagi lalu berlari keluar ruang TV meninggalkan tawa untuk Yanto, Dodi dan Widya. Sementara Humairah kesal.

Tidak lama Abila datang lagi menghampiri empat orang itu. Bergaya santai membuat Humairah tambah kesal.

"Apa lagi!?" tanyanya setengah berteriak.

Abila menoleh pada bundanya, "Orang Bila mau ngomong sama Pak Yanto, sih. Yeee..."

Lalu Abila membuang wajah pada Yanto, "Bila izin ke mall ya, pak. Mau beli barang."

"Jangan kasih izin, Pak!" sambar Humairah.

Abila memeletkan lidahnya lagi dan itu membuat Humairah semakin naik pitam.

"Iri? Bilang, bos! Hahay!"

AT

Pagi harinya Abila langsung di todong dengan pertanyaan beruntun bak kereta. Keira terus saja bicara sampai beberapa siswa atau siswi yang mendengar merasa sakit telinga.

"Gimana ceritanya lo pergi gitu aja? Lo ga di todong tongkatnya satpam? Terus tas lo gimana? Di balikin ga sama tukang sapu misterius? Hilang, ya? Di bawa kabur? Tuh, kan. Gue udah punya felling kalo tukang sapu dadakan kemarin itu mau nyolong tas lo. Soalnya dia ngeliatin lo mulu pas itu terus tiba-tiba masuk ngambil tas lo. Lo kemarin kemana? Pergi ga bilang tau-tau guru dateng bilang kalo lo sakit. Lo kemana? Bolos, ya? Kok ga ngajak gue? Sama siapa? Kemana? Jangan-jangan lo nonton, ya? Ih, kok ga ngajak gue sama Dava sih? Oiya! Jangan-jangan lo bolos sama Raka, ya? Raka juga ga ada kemarin! Hayo! Ada hubungan apa lo sama Raka? Pacaran? Pedekate? Di jodohin? Ah! Ga mungkin kalo di jodohin. Di kira jaman Siti Ropeah kali ya? Jangan bilang lo di culik sama anak Panca Buana? Gue denger kemarin ada mantan lo? Lo benaran ga papa, kan? Ada yang sakit? Di pukulin, ga? Di ancem? Wah! Ga terima gue! Ayo kita samperin, gue ga suka kalo lo-

"Kei... Nanyanya bisa satu-satu, ga?"

Keira mengerjab beberapa kali. Bibirnya yang semula terbuka lama-lama tertutup lalu terbitlah cengiran bodoh milik gadis itu.

Abila sendiri memijat keningnya pusing. Suara Keira yang cempreng di tambah dengan intonasinya yang keras membuat kepala Abila sakit. Rasanya ada sesuatu yang menghantam dengan pelan namun sering.

"Habis lo misterius juga sih sama kaya tukang sapu!"

Menghela lagi. Abila menyamarkan lelahnya dengan senyum palsu. Ia mengambil botol air mineral di dalam kolong meja lalu di berikan pada Keira, "Ini, minum dulu."

Keira menerimanya dan langsung meneguknya sampai sisa setengah. Di letakan kembali botol di atas meja. Tangannya mengusap bibirnya kasar.

"Ahhh! Seger!"

"Haus, kan? Makanya, ngomong pelan-pelan, Kei,"

Keira tertawa, "Jawab, gue tadi udah nanya banyak banget!" wajahnya berubah serius.

Abila menelan silivanya. Tidak mungkin dirinya mengatakan hal yang sebenarnya, kan? Jadi, apa alibi yang pas untuk masalah ini?

"Cepat, ih!" paksa Keira.

"Hem... Tadi, Kei tanya apa, ya?"

Geram. Keira geram.

"Gue ulangin, ya-"

"Ehh!" Abila menghalang. Tangannya di lebarkan membuat sikap penolakan. Tidak, tidak lagi.

"Bila bercanda. Bil ingat, kok, ingat."

"Kalo masalah pergi, Bila udah izin sama guru piket terus tas Bila ada kok di rumah. Kemarin supir Bila minta tolong sama tukang sapunya buat ambil tas Bila. Jadi, jangan su'uzon dulu ya, sama tukang sapu. Kasian."

"Kalo masalah jalan, demi apapun Bila ga ada jadian, pedekate atau perjodohan sama Raka. Bila ga tau Raka kemana."

"Dan, yang satu lagi. Bukan jaman Siti Ropeah, tapi, Siti Nubaya." koreksinya.

Jawaban yang bagus untuk pertanyaan runtun Keira. Abila berhasil berbohong dengan sempurna layaknya seorang yang sudah ahli dan berpengalaman. Bagus!

"Jangan bohong, lo bohong, kan? Pasti lo sama Raka ada apa-apanya? Ya, kan?!" tekan Keira lagi. Gadis berkuncir satu itu kembali mengulang pertanyaan sebelumnya. Tidak, lebih tepatnya Keira menekan.

"Raka gue teleponin ga di angkat, di rijek sama dia. Dava yang nelepon juga sama. Dia bilang di chat lagi sibuk."

Diam-diam Abila menghela, "Raka ga sama Bila, Kei. Bila ga tau Raka di mana."

"Terus dia kemana? Bukan apa, ya, Bil. Tuh anak di cariin sama Pak Satria. Gue bingung jawabnya gimana!"

Oh, karena Pak Satria...

"Emang Raka ga masuk lagi hari ini, Kei?"

Keira menggeleng sebagai jawaban. Di grup tadi, Raka bilang jika dirinya tidak bisa masuk karena ada hal pribadi dan ga tau bisa masuk lagi kapan.

"Kenapa?" kenapa? Bukannya kemarin Raka terlihat baik-baik saja? Raka demam, kah? Atau sedang menyelidiki tentang kematian ayahnya?

"Dia bilang ada urusan pribadi. Gue ga tau apa." jawab Keira sesuai apa yang ia tau.

Kelas sudah ramai. Tapi Dava juga belum kembali ke kelas. Apa toilet ada di hongkong? Kenapa lama sekali.

"Dava kemana, ya, Kei?" Abila celingak-celinguk mencari keberadaan laki-laki ambisius itu.

Keira mengangkat bahunya tidak tau, "Tadi bilang mau ke toilet, tapi sampai sekarang belum balik!"

Abila hanya bisa diam. Ia menatap lurus kedepan papan tulis putih di depannya. Teman-teman sekelasnya semakin banyak yang datang tapi ada yang aneh dengan mereka semua. Kenapa pandangan mata mereka ada pada dirinya?

"Gue ga nyangka kalau dia begitu."

"Diam-diam ternyata simpenan."

"Sampah banget hidupnya, iwh!"

Abila merasa ada yang aneh. Ada apa dengan semua teman sekelasnya? Baik yang cowo maupun yang cewe? Ia menoleh pada Keira. Keira menatap layar ponselnya dengan instens lalu tidak lama tangannya terangkat untuk menutup mulutnya sendiri.

"Kei? Kenapa?" tanya Abila penasaran. Reflek Keira mengarahkan ponselnya pada dadanya sendiri. Menutupi sesuatu dari Abila.

"Ga. Ga apa-apa, kok." suaranya bergetar. Mata Abila menyipit. Benar ada yang aneh.

Brak-Brak!

Suara langkah yang terdengar begitu keras terdengar membuat semua murid yang ada di kelas menoleh pada pintu kelas. Dava masuk dengan napas yang memburuh.

"Abila!" teriaknya. Abila menautkan alis kaget.

"Ada apa, Dava?!" tanyanya tak kalah teriak.

"Ini apa maksudnya?!" Dava menyerahkan ponselnya pada Abila. Abila menerima lalu terkejut melihat apa yang di lihatnya.

After

Apa hayooo!

Yuk, di tunggu yuk!

Continue Reading

You'll Also Like

219K 16.1K 58
(Follow sebelum membaca you understand?!) Raina putri Maheswari gadis cantik yg mencintai seorang kapten tim futsal dalam diam Muhammad Wiliam abimae...
6.1M 264K 58
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

844K 45K 52
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
3.4K 888 53
Difa Cariesta Salsabila siswa kelas 12 di SMA Chandra Bakti yang hanya dikenal oleh teman-teman seangkatannya. Cariesta itu nggak suka yang namanya k...