CINTA PALING RUMIT ( Update s...

By meigasellaap

9.4K 623 10

Selamat menyelami dunia Alana Maheswari. Entah kalian akan menemukan hal apa yang mungkin tidak pernah kalia... More

prolog
satu (21+)
2. mine?
4. Beruang Madu di Halte
5. teman sendiri
8. your mine
6.
16. Edgar dan Gilang
7. terserah kamu
18.
17.
9. diperkosa suami sendiri
19
20 (21+)
10. keputusan
21. cekcok diatas motor
second
22. ngisi
12. si apoteker berjalan
23 (21+)
24 (awal mula)
13.
25. honestly
26
27. ahh oberthinking!
14. gadis kecil
28
29
30
15
31. ya
32. puncak

3. perdebatan kecil

533 42 1
By meigasellaap

Ketika kita merasa sakit, selalu ada banyak maaf untuk hal itu. Ketika kita marah, selalu ada banyak rasa sabar untuk itu. Dan bahkan, ketika kamu pergi, perasaanku akan tetap sama tidak berubah.
-Gilang Ramadhan

(CINTA PALING RUMIT)

"SAYAAAANG, AKU PULANG," begitu suara bariton milik laki-laki yang saat ini berjalan masuk ke dalam rumah sembari membawa beberapa kantong yang entah isinya apa. Laki-laki itu terlihat sangat high vibration.

Sepulang dari kerja, Gilang mampir untuk membelikan Alana makanan. Gilang tahu jika istrinya saat ini merasakan kebosenan seharian dirumah.

"Kamu nggak, ngampus?"

"Hari ini sebenernya ngampus, tapi dosennya lagi nggak bisa dateng. Jadi, diganti hari lain," tukas Alana.

"Kamu nggak nyambut aku pulang, Sayang?" iseng Gilang sembari tersenyum lebar pada Alana.

Alana yang mempunyai wajah datar hanya mampu melihat kegirangan Gilang dari sofa yang ia duduki saat ini. Gilang telah tersenyum lebar menatap perempuan yang saat ini memasang wajah betenya. Sudah tidak kaget dengan wajah datar milik Alana. Semakin lama, Gilang juga mengenali lebih dalam karakter istrinya. Alana yang tidak suka basa-basi. Dan Alana yang lebih memilih banyak diam ketimbang banyak omong. Satu fakta lagi tentang Alana, perempuan itu juga lebih suka berdiam diri dirumah ketimbang berkumpul bersama dengan teman-temannya. Ya! Sebut saja Alana perempuan introvert.

Oh ya! Satu fakta lagi tentang Alana, biasanya orang introvert tidak suka basa-basi dan lebih memilih to the point karena basa-basi adalah salah satu hal yang membuat waktunya terbuang sia-sia. Dan Mereka biasanya dikenal sebagai seseorang yang lebih fokus pada pikiran, perasaan, serta suasana hati dalam dirinya. Ketimbang fokus dengan hal di luar dirinya. Bukan berarti orang-orang introvert itu egois. Justru, mereka malah lebih peduli dengan orang-orang disekitarnya.

Berbanding terbalik dengan Gilang, Gilang yang suka berinteraksi dengan orang-orang disekitarnya membuat laki-laki itu menjadi banyak bicara. Ya, bisa dibilang jika mereka dua anak manusia yang saling bertolak belakang sifatnya. Saling melengkapi, bisa D katakan seperti itu.

"Nih, aku bawain makanan kesukaan kamu," kata Gilang sembari membuka kantongan plastik yang ia bawakan.

"Kamu mau punya anak, berapa?" tiba-tiba saja Gilang bertanya seperti itu. Yang membuat Alana langsung menoleh kesamping untuk menatap Gilang. Terlihat dari tatapannya, jika Alana sangat malas membahas hal itu.

"Sayang, suami mu ini nanya lo. Masa nggak di jawab?" tanya Gilang lagi ketika menunggu jawaban Alana yang tak kunjung keluar dari mulut perempuan itu.

"Sepuluh," kata Alana dengan malas. Lalu, mencomot martabak manis yang di bawakan oleh Gilang tadi.

"Mbok ya seng serius. Suaminya nanya loh," jawab Gilang sembari menarik Alana mendekat. Lalu, dengan mudahnya, Gilang mengangkat Alana untuk didudukkannya diatas pangkuannya. Agar melihat perempuan itu lebih jelas. Gilang tersenyum lebar sembari mendekatkan lagi Alana kepadanya. Hah! Ini adalah salah satu perlakuan manis Gilang yang sebenarnya mampu membuat Alana meleleh. Namun, ia tidak menampakkannya pada Gilang. Alana adalah perempuan tipikal jika menyayangi seseorang, Alana tidak akan pernah menampakkannya. Karena bagi Alana, jika ia terlihat--ya sebut saja bucin jika bahasa sekarang--dihadapan seseorang yang ia sayangi, maka seseorang itu akan terlihat menggampangkan dirinya. Kenapa ia berasumsi seperti itu? Karena Alana sudah pernah mengalaminya dari rasa sakit yang pernah ia terima sebelum mengenal Gilang.

"Lagian juga nanya aneh-aneh aja. Kan sudah menjadi kesepakatan kita, kalau mau bikin anak setelah aku lulus kuliah," kata Alana sarkas.

"Iya emang apa salahnya berencana dari sekarang, sayang? Apa dua anak lebih, baik?" pancing Gilang menggoda

Gilang semakin terkikik geli melihat Alana yang sudah memasang wajah super bete nya karena dirinya. Perempuan itu terlihat sangat menggemaskan. Gilang sudah tidak bisa berkata lagi bagaimana ia harus bersyukur karena Allah telah mendatangkan Alana untuknya. Walaupun pertama kali bertemu sangat tidak memungkinkan.

Gilang membawa Alana kedalam pelukannya yang hangat. Kemudian, ia sedikit memundurkan kepala Alana, agar Gilang bisa menciumi puncak kepala Alana dengan lembut.

"Kamu udah, sholat?" tanya Gilang yang membuat Alana menggeleng.

Dengan spontan saja, Gilang langsung berdiri sembari menggendong Alana. Hal itu tentu saja membuat Alana terpekik kaget. Spontanitas, Alana langsung memukul punggung lebar Gilang.

Gilang hanya meringis dan membawa Alana berjalan menuju lantai atas untuk melaksanakan sholat ashar.

"Tumben nggak telat," entah itu sebuah pertanyaan atau pernyataan dari Alana untuk Gilang.

"Iya, aku sengaja pulang cepet. Supaya istriku nggak marah-marah kalau aku pulang larut malam," kata Gilang sembari tersenyum. Gilang cukup tahu jika Alana sekarang mengulas senyumnya, walaupun tidak terlihat oleh Gilang.

Alana hanya memukul punggung Gilang saja sebagai sangkalan. Karena Alana sebenarnya malas banyak bicara.

Mereka berdua masuk kedalam kamar. Gilang menidurkan Alana di ranjang sembari berkata, "aku ambil air wudhu dulu ya. Setelah itu kamu dan kita sholat bareng-bareng ya," kata Gilang lagi dengan senyuman manisnya.

Sebelum benar-benar masuk kedalam kamar mandi, Gilang menghentikan langkahnya. Seperti ada sesuatu yang tertinggal. Dan ternyata benar. Ia lupa mencium kening Alana dan puncak kepala perempuan itu.

Wajah Alana bak kepiting rebus karena perlakuan manis itu. Namun, alih-alih menampakkan ekspresi malu itu, Alana memasang wajah judesnya. Karena gengsinya yang lebih tinggi. Bagi seorang Alana, rasa gengsi jika dalam takaran yang tepat bisa memberikan banyak manfaat untuk diri sendiri. Selain bisa meningkatkan kepercayaan diri, gengsi juga bisa membangun kekuatan serta identitas tertentu dalam diri pribadi.

Alana benar-benar menjaga harga dirinya didepan orang-orang. Apalagi orang-orang yang toxic untuknya. Alana benar-benar menjauhi orang seperti itu. Alana juga tidak mau menyiksa dirinya sendiri karena hadirnya orang-orang yang membuat hidupnya menjadi rusuh. Simple saja, orang lain baik pada dirinya, Alana akan lebih baik dari orang itu. Dan apabila ada yang menyenggolnya--dalam artian jahat--maka Alana akan lebih jahat dari orang itu.

Alana selalu menerapkan prinsip, apa yang kamu tanam, dan itulah yang akan kamu panen. Seperti menanam hal baik, dan kamu akan memanen kebaikan atas sikapmu.

"Sayang," panggil Gilang dengan lembut.

Ia menarik wajah Alana agar semakin dekat dengannya lalu ia mencium kening Alana singkat.

"Apa? Katanya mau ambil air wudhu. Nanti ketinggalan sholatnya," kata Alana sembari mendorong dada Gilang. Gilang meringis lalu ia masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan badannya karena lengket keringat seharian bekerja.

Sekitar lima belas menit, akhirnya Gilang keluar dengan handuk yang menutupi bagian bawahnya.

"Sudah, gantian kamu wudhu gih," kata Gilang sembari berjalan kearah lemari. Namun tidak sengaja, handuknya yang melilit pinggangnya telah terjatuh diatas lantai.

"Yah keliatan," cicit Alana yang melihat Gilang hanya diam saja tanpa mengambil handuknya yang jatuh.

"Lah, kok jatuh, sih? Keliatan deh," begitu juga kata Gilang dan dengan santainya dan tanpa rasa malu, Gilang kembali mengambil handuknya.

Gilang meringis setelah itu.

"Nggak papa keliatan. Kan milik kamu juga sayang," kata Gilang tanpa dosa.

Alana hanya menatap datar Gilang yang memasang wajah ta dinpa dosa. Ingin sekali rasanya mencekik leher Gilang saat ini juga. Bagaimana mungkin Gilang sesantai itu. Ya walaupun mereka sudah sah, tapi kan. Haisss!

"Sayang kaget, ya?"

***

Gilang memijat kaki Alana disela-sela rasa lelah Gilang sepulang kerja. Sedangkan Alana, perempuan itu tentu saja menikmati pijatan Gilang.

Tak lama, terdengar suara dering telpon dari ponsel Gilang telah terdengar ditelinga mereka.

"Bentar Yang," kata Gilang sembari berdiri untuk mengambil ponselnya yang ia letakkan diatas nakas. Ia melihat ke benda pipih itu, satu panggilan dari bos di kantornya, lalu Gilang mengangkat telepon tersebut. Gilang sedikit menjauh.

Alana yang melihat setiap gerakan Gilang mengangkat telepon tersebut, sudah mengomel didalam hatinya.

Cukup lama Gilang berbicara dengan bosnya, hingga ia kembali mendapati Alana dengan memasang wajah cemberutnya. Cukup mengerti apa arti dari wajah Alana saat ini, Gilang langsung meringis sembari berkata, "boss nelpon. Besok suruh berangkat agak pagi, ada berkas yang harus aku tandatangani," kata Gilang yang tidak mampu merubah ekspresi Alana.

"Jangan bete dong, Sayang," begitu kata Gilang sembari menarik garis bibir Alana agar tersenyum. Namun, perempuan itu malah memberontak dan menatap Gilang semakin kesal.

"Kerjaan terus diprioritaskan," akhirnya Alana angkat bicara.

"Ya Allah enggak Sayang," elak Gilang, "aku lebih prioritaskan kamu ketimbang kerjaan aku sendiri," lanjutnya sembari memegang kedua tangan Alana, namun perempuan itu menolak mentah-mentah.

"Buktinya, kamu lebih mementingkan kerjaan. Pulang telat terus. Kamu nggak tulus ya sayang sama, aku?"

Gilang mengusap wajahnya, "kenapa jadi bahas persoalan aku sayang enggak ke, kamu?" Astaghfirullah Alana," erang Gilang.

"Buktinya," pernyataan dari Alana ini telah membuat Gilang kebingungan dengan cara pikir Alana.

"Kalau aku nggak tulus, mungkin kita nggak sampai di sini," kata Gilang menatap kedua manik mata Alana, "kamu lagi datang tamu bulanan, ya? Kenapa ngomongnya jadi ngelantur kayak, gini?"

Alana hanya diam saja.

"Kamu tau rasa tulus itu?" tanya Gilang.

Alana hanya menggeleng.

"Rasa tulus itu, aku yang siangnya sibuk kerja terus malamnya waktu buat kamu. Dan, kalau kamu menyuruhku untuk istirahat, aku bakalan marah karena aku baru ada waktu untuk kamu. Dan satu hal yang harus kamu tau, obat lelahku cuma, kamu," kata Gilang begitu tegas yang mampu membuat Alan terharu.

"Dan kamu tau seperti apa lagi rasa tulus, itu?" tanya Gilang lagi.

Alana menggeleng.

"Ketika kita merasa sakit, selalu ada banyak maaf untuk hal itu. Ketika kita marah, selalu ada banyak rasa sabar untuk itu. Dan bahkan, ketika kamu pergi, perasaanku akan tetap sama tidak berubah," kata Gilang sembari mengelus puncak kepala Alana dengan lembut.

Continue Reading

You'll Also Like

325K 10.8K 24
"Siapa bilang mantan itu harus musuhan? Buktinya aku dan dia tetap bisa kompak, pulang bareng, belajar bareng dan lainnya. Malahan kekompakan kami me...
6.1K 251 17
KIM SANG BUM KIM SO EUN
5.7M 235K 24
Hanya karena kesalahan yang bahkan tak Prilly sadari membuat Prilly terpaksa menandatangani perjanjian tertulis meski sebenarnya hatinya tak yakin. T...
2.4M 36.4K 49
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...