Mistake

Par Exitozdki

20.8K 3.1K 440

Zefanya Annora, siswi penerima beasiswa di salah satu SMA elit ibukota. Zefanya selalu dituntut sempurna dala... Plus

Opening
Prolog
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
17
18
19
20
21

16

676 130 25
Par Exitozdki

Meski ayahnya mungkin tak akan peduli, sebelum meninggalkan rumah Zefanya tetap menuliskan sticky note berisi pesan pemberitahuan jika dirinya pergi bekerja dan berkemungkinan akan pulang malam lalu berpesan agar ayahnya memakan nasi serta tumis sayur-sayuran yang telah ia siapkan. Zefanya meletakan kertas berwarna biru itu di meja makan.

Menghindari macet perjalanan, Zefanya memutuskan pergi satu jam lebih awal. Sore ini busway tampak lenggang oleh penumpang, Zefanya memilih duduk di kursi ke dua dari depan, setelah mendaratkan bokongnya pada benda berbahan dasar plastik itu, Zefanya mengambil ponsel yang ia simpan di dalam tas selempangnya.

Jemari lentik gadis itu membuka ruang obrolannya dengan Haikal, mengecek kembali alamat yang dikirim oleh lelaki itu. Zefanya menghela napas pelan, mengetahui jika rumah Haikal berada satu kompleks bahkan blok dengan Sena.

Mengingat Sena membuat kepala Zefanya seketika sakit. Kenapa hidupnya terus menerus berputar dengan pemuda itu?

Terutama setelah kejadian kemarin, rasanya tekad Zefanya untuk membalas segala perlakuan dan ucapan kejam Sena padanya semakin menjadi-jadi. Jika saja kemarin ia bergerak lebih tenang dan gesit, kehidupan damainya pasti akan kembali, dan ia tak perlu menuruti semua perintah memuakkan Sena karena takut pemuda itu akan membeberkan seluruh rahasianya pada pihak sekolah. Zefanya tahu jika perbuatannya malam itu bukalah hal terpuji, tetapi bukankah Sena juga tak dapat memperlakukannya sekejam ini? Terutama ucapan laki-laki itu yang tak jarang menusuk hatinya.

Setelah semua yang terjadi pada hidupnya, Zefanya tentu tak akan tinggal diam, ia akan berusaha mencari celah agar hidupnya tak bertambah semakin sengsara karena permintaan Sena.

Setelah melewati hiruk pikuk jalanan padat merayap ibu kota, Zefanya akhirnya turun di sebuah halte yang tak jauh dari kompleks perumahan Haikal berada. Selama kurang lebih lima belas menit Zefanya berjalan kaki dari depan kompleks, gadis itu akhirnya sampai di depan sebuah rumah tingkat bergaya minimalis dengan gerbang hitam menjulang. Sebelumya Zefanya telah memberikan pesan pada Haikal jika dirinya sudah sampai. Jadi, gadis itu tak perlu repot-repot memperkenalkan dirinya pada satpam rumah Haikal seperti yang terjadi saat ia datang ke rumah Sena dulu.

Saat Haikal membukakan gerbang dan mempersilakannya masuk, Zefanya sempat melirik rumah Sena yang berdiri megah di seberang rumah Haikal dan berjarak kira-kira sekitar tiga rumah.

"Mama lagi pergi, gue panggil adik gue dulu sebentar," ujar Haikal, lelaki itu sengaja mengajak Zefanya ke ruang keluarga karena ruangan itu terpasang karpet luas yang lebih nyaman dibandingkan sofa di ruang tamu. "Lo duduk aja dulu," Imbuh Haikal.

Zefanya mengangguk pelan, gadis itu duduk dengan hati-hati di salah satu sofa lalu meletakan tasnya di sisi sampingnya.

Tak lama Haikal muncul dengan seorang laki-laki yang sedikit lebih pendek dan lebih kurus darinya. Keduanya memakai pakaian santai, hanya saja wajah adik Haikal lebih kusut. Sepertinya baru bangun tidur, terlihat dari sisa air yang berada di wajahnya. Adik Haikal yang Zefanya belum ketahui namanya itu juga membawa beberapa buku paket dan tulis di tangannya.

"Udah gak usah cemberut gitu, jelek lo. Sana belajar yang bener," titah Haikal seraya mendorong pelan punggung adiknya.

"Berisik lo," sahut yang lebih pendek datar.

"Yee, dasar!" Haikal menjitak kening adiknya pelan.

Sementara Zefanya hanya dapat tersenyum melihat interaksi Haikal dengan adiknya, wakil ketua OSIS itu terlihat lebih ceria dibanding saat bersamanya. Namun ..., memangnya dia siapa mengharap sisi Haikal yang seperti ini?

Sesaat setelah berpindah duduk di atas karpet seperti adik Haikal, Zefanya mengulurkan tangannya mengajak berkenalan.

"Zefanya, aku harap kita bisa jadi partner yang baik," tutur Zefanya.

"Jazziel, panggil aja Ziel. Tentu," sahut Ziel seraya menjabat uluran tangan Zefanya.

Zefanya tersenyum kecil. "Jadi, kita mau belajar materi apa hari ini?"

Percakapan itu dilanjut dengan penjelasan-penjelasan Zefanya, sementara Haikal memilih menyuruh ART yang bekerja di rumahnya untuk membuatkan Zefanya minum serta membawakan camilan.

Setelah dua jam belajar, akhirnya sesi pertemuan pertama keduanya selesai. Ziel puas dengan penjelasan Zefanya yang mudah dimengerti, tidak bertele-tele seperti guru di sekolahnya.

Haikal mengantar Zefanya menuju ruang tamu.

"Sorry, ya kalau Ziel nakal. Anaknya emang suka ngeselin."

"Enggak, kok. Dia gak nakal, baik gitu kok."

"Lo pulang sama siㅡ" Belum sempat mengutarakan semua kalimatnya, ucapan Haikal lebih dulu dipotong oleh seorang wanita yang muncul dari balik pintu utama.

"Loh, Haikal, kok bawa pacar ke rumah gak bilang Mama?"

"I-ini bukan pacar Haikal, Ma. Ini temen Haikal, guru les Ziel yang waktu itu Haikal bilang."

Wanita yang diketahui bernama Natasya itu mengukir senyum hangat. "Zefanya, ya? Maaf, ya kalau Ziel susah diajarin."

Zefanya balas tersenyum canggung. "Iya. Enggak, kok, Tante."

"Ya udah sini duduk dulu, masa langsung pulang?"

Sebelum sempat menolak, tangan Zefanya sudah lebih dulu ditarik lembut oleh Natasya. Mau tak mau Zefanya akhirnya mendudukkan dirinya di salah satu sofa ruang tamu.

"Tadi Tante habis kursus masak, Haikal, coba tolong ambilin piring, sendok sama pisau. Mama mau potong kue," ujar Natasya seraya mengeluarkan sebuah kotak kue dari dalam paper bag yang sedari tadi ia bawa.

Haikal hanya bisa menuruti perintah ibunya, entah mengapa wanita itu terlihat bahagia atas kedatangan Zefanya. Jangan-jangan karena dirinya tak pernah membawa teman perempuan ke rumah? Ditambah lagi ibunya adalah satu-satunya wanita di rumah ini, pastilah sangat kesepian.

Saat Haikal kembali dengan membawa barang-barang permintaan ibunya, ia melihat keduanya tengah berbincang, atau lebih tepatnya ibunya terlihat seolah sudah begitu akrab dengan Zefanya, sementara teman sekolahnya itu hanya membalas sepatah dua patah kata dengan canggung.

"Ini, Ma." Haikal meletakkan barang bawannyaa di atas meja.

"Hari ini Tante belajar bikin Black Forest, harusnya, sih enak karena resepnya dari chef ternama, tapi coba kita rasain bareng-bareng, ya?"

Natasya memotong kuenya menjadi beberapa bagian lalu meletakkannya pada dua piring yang putranya bawa.

Haikal jadi menyesal karena hanya membawa dua piring dan dua sendok.

"Nah, coba kamu cicipin," ucap Natasya seraya menyodorkan piring berisi kue yang tadi ia buat dan sendok kecil.

Dengan gestur kaku Zefanya mulai mencicipi kue hasil kursus ibu temannya ini.

"Enak, kok, Tante. Manisnya pas."

Natasya tersenyum semringah. "Oh iya? Nanti kalau kamu ke sini lagi kita remake resep ini, ya. Tante, tuh suka sedih karena punya dua anak cowok yang gak mau diajak masak bareng," curhat wanita itu.

Zefanya hanya dapat membalasnya dengan senyum canggung.

"Kamu pulang naik apa?"

"Naik busway, Tante."

"Loh, kalau gitu biar diantar Haikal aja. Udah malem, bahaya kalau perempuan pergi sendiri."

Haikal yang sedari tadi seolah berperan sebagai hiasan membulatkan matanya saat tiba-tiba namanya disebut. Bukannya ia tak mau mengantar Zefanya pulang, tetapi mereka tak begitu dekat meski menjadi ketua dan wakil. Haikal juga bukan seperti ibunya yang bersikap seolah mereka adalah sahabat karib yang begitu akrab.

"E-enggak usah, Tante. Zefanya pulang naik busway aja," tolak Zefanya sopan.

Natasya menggeleng tegas. "Udah nggak papa. Haikal, kenapa masih di sini? Cepet ganti baju terus anterin Zefanya pulang. Jadi, laki-laki kok gak ada inisiatif, sih kamu?" sembur Natasya.

"Iya, Ma." Setelah mengucapkan itu Haikal pergi melaksanakan perintah ibunya.

Sementara Zefanya hanya bisa bertahan pada posisinya dengan perasaan tidak nyaman. Dia tidak ingin merepotkan Haikal, pemuda itu sudah sangat baik karena menawari pekerjaan untuknya, dan lagi bagaimana jika ibu Haikal tahu bawah Zefanya sudah seperti wanita malam karena dulu hampir setiap hari pulang larut malam karena tuntutan pekerjaannya.

"Maaf, ya, Kal, ngerepotin lo."

"Enggak, kok, santai aja."

"Eum ... ya udah, gue pamit, ya. Makasih udah nganterin gue."

Haikal mengangguk, bibirnya membentuk sebuah kurva kecil. "Sama-sama."

Zefanya balas tersenyum kecil lalu keluar dari mobil Haikal. Gadis itu sengaja meminta Haikal untuk menurunkannya di depan gang yang sebenarnya muat untuk dimasukin mobil, hanya saja Zefanya terlalu malas meladeni omongan tetangganya.

Sesaat setelah membuka pintu, betapa terkejutnya Zefanya menemukan rumahnya yang sudah bersih dan rapi sehabis ia bereskan kemarin berubah menjadi kapal pecah lagi.

Mendengar suara pintu di buka, dengan langkah lebarnya Dimas menghampiri Zefanya.

"Di mana kamu letakan bingkai foto istri saya?!" serunya marah.

Zefanya segera bergerak dengan gelagapan ke arah dinding tak jauh darinya. Bingkai foto ibunya yang kemarin ia ambil dari dalam kamar ayahnya ia letakan di dinding ruang tamu. Mungkin karena terlalu kalang kabut Dimas sampai tidak menyadari bahwa bingkai itu ada di sekelilingnya.

"I-ini, Yah." Zefanya menyerah bingkai berwarna hitam itu dengan tangan bergetar.

Plak!

Telapak tangan Dimas melayang menghantam pipi kiri Zefanya.

"Jangan berani-berani kamu menyentuh istri saya, dasar Pembunuh!"

Zefanya ternganga di tempatnya, pipinya sakit, tetapi hatinya jauh lebih sakit atas perkataan ayahnya.

Sementara itu Dimas bersikap tidak peduli dengan meninggalkan Zefanya menuju kamarnya.

TBC

A/n: Maaf, ya hari ini jam updatenya sedikit ngaret. Ayo, spam komen sama vote yang banyak supaya aku rajin updatenya.

Don't forget to vote, follow, and comment, see you next part!

Continuer la Lecture

Vous Aimerez Aussi

2.7M 275K 64
Gimana jadinya lulusan santri transmigrasi ke tubuh antagonis yang terobsesi pada protagonis wanita?
ALZELVIN Par Diazepam

Roman pour Adolescents

5.9M 329K 36
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
2.7M 133K 59
LO PLAGIAT GUE SANTET 🚫 "Aku terlalu mengenal warna hitam, sampai kaget saat mengenal warna lain" Tapi ini bukan tentang warna_~zea~ ______________...
MUARA KIBLAT Par Awaliarrahman

Roman pour Adolescents

535K 58K 23
Berkisah tentang seorang Gus yang dikejar secara ugal-ugalan oleh santrinya sendiri. Semua jalur ditempuh dan bahkan jika doa itu terlihat, sudah dip...