KKN 17

By bypnvu

868K 133K 92.7K

Bukan cerita dewasa [Side story of KKN] Thx to mbak joya for the adorable cover photo ๐Ÿ™๐Ÿฟ More

0.0 UGD
1.1 Grup Dewasa
1.2 Kasihan Woozi!
1.3 Rapat Kabinet
1.4 Observasi
1.5 The Hunger Games
1.6 Yoongi Namanya
1.7 Pesugihan?!
1.8 Gibahan Dosen
1.9 Teori Konspirasi
2.1 Pagi Kelabu
2.1.1 Yah, Namanya juga Hidup!
2.1.2 Sinetron Malam
2.2 Sudah Pagi
2.3 Awal Kegiatan
2.4 Dia Aneh
2.5 Curi Pandang Curi Rasa
2.5.1 Kenapa Harus Peduli?!
2.6 Pagi Bersama Sandi Morse
2.6.1 Menghilang
2.6.2 Gulana
2.6.3 Gundah
2.6.4 Ayo Marah
2.6.5 Hari Teletabis
2.7.1. What Happen dengan Woozi?
2.7.2 Ternyata...
2.8 Hdp krs yg mpk ksr
2.8.1 Kamu adalah Kodomo
2.8.2 Sebalut Sembilu
2.9 Level Persahabatan
2.9.1 Kesaksian
3.1 Antara Kupu-kupu dan Lemper
3.2 Oh Mantan...
3.2.1 Gifted
3.2.2 Life is Short
3.2.3 Butterfly has come
3.3 Inang
3.4 Hari Ini
3.4.1 Mamah Prostitusi
3.5 Titipan
3.6 Toleransi
3.7 Ayah dan Abi
3.8 Orang Baik
3.9 Tragedi Gebrak Meja

2.7 Rumah Kita

16.4K 3K 2.3K
By bypnvu

Beli jengkol di belanda
Kembali lagi di prostitusi mamah chungha

—Seberat apapun hidup lu orang lain gak mau tau.- Mamah Chungha.



Lagu Mabok Janda milik Melinda mengalun merdu di sepenjuru aula, sumbernya dari mana lagi kalau bukan ponsel Yujin. Dia memang bukan pecinta dangdut, tapi kalau dilihat dari sepak terjangnya, mungkin bisa jadi biduan dangdut.

Anggota Prostitusi Mamah Chungha terusik dengan alarm bervolume max tersebut. Apalagi Wonwoo yang kepalanya tepat di sebelah ponsel Yujin. Dia menggoyangkan bahu gadis itu yang kebetulan tidur di sebelahnya.

"Jin..." gumamnya dengan mata yang masih tertutup.

"Engg..." dehem Yujin dalam tidur.

"Hape..."

Yujin meraba ponselnya dalam keadaan setengah tidur. Dia membuka sebelah mata, tapi tiba-tiba matanya hampir copot saat melihat jam sudah menunjukkan pukul 10 pagi.

"ANJIR! UDAH JAM 10!" teriaknya yang berhasil membuat umat manusia di aula mengerang.

"Apaan sih Jin berisik banget" eluh Zelo sambil menggaruk perutnya, lalu tidur lagi.

"SHOLAT SUBUH PANJUL UDAH JAM 10!" teriaknya, mata para anggota Prostitusi Mamah Chungha pun tak beda jauh dari Yujin, hampir pecah kaya di film Spongepop.

"Mampus!" seru Woozi tepok jidat, dengan kekuatan seribu kaki dia berlari menuju mushola. Hal itu juga diikuti oleh anggotanya yang lari bligsatan kaya bajaj.

Salah mereka sendiri malah gibahin Pak Yoongi sampai jam tiga pagi, katanya kudu dipuas-puasin dulu gibahnya, kalau sudah pindah bakal susah.

Ditambah mereka tidak ingin membuka barang-barang yang sudah dikemas, alhasil mereka tidur mengampar di lantai aula yang dingin kaya sikap dia.

Semua berlari ke Mushola. Ini perdana, Sholat Subuh mereka debut mengalahkan Sholat Dhuha.

"Tungguin Bebby!" teriak Bebby yang kesulitan memakai sandalnya hingga tanpa sadar memakainya terbalik.

Hoshi yang mengetahui hal itu langsung berbalik, berjongkok untuk membantu Bebby membenarkan sandalnya, lalu menggandeng tangannya.

"Ayo Beb," ajaknya.

Bebby tersenyum, lalu menggenggam balik tangan Hoshi dan mereka lari bersama ke mushola, meninggalkan Changkyun yang sibuk mencari Mandor.

"Oy, wait e nyong eh!" teriak Changkyun yang baru menemukan Mandor sedang tidur di dalam gulungan karpet Ice Bear bercorak semur jengkol milik Jun. Dia menggendong kucing oranye itu dan berlari, membuat Mandor mengeong karena terusik.

Mereka kocar-kacir berebut wudhu di keran biru yang kata orang keran tsunami, tapi kalau di sini jadinya keran infusan, soalnya keluarnya setetes-setetes.

Deka dan Jeka hampir baku hantam karena berebut air yang semakin lama semakin menghilang, beruntung Chungha datang untuk menggetok keduanya. Setelah itu mereka bergegas ke dalam mushola.

Awalnya Woozi didapuk untuk menjadi imam, lagi-lagi Chungha mengeluarkan kalimat yang berhasil membuat Woozi tertohok, terjungkal, dan tergiling.

Katanya, 'jangan tuyullah yang jadi imam, takut gak sah sholatnya' yang berakhir mereka baku hantam secara syar'i, tanpa bersentuhan.

Dengan penuh ketampanan, Jun pun mengajukan diri untuk menjadi imam, membuat hati kedua gadis di sana jadi MLYT, MLenYeT.

Changkyun yang duduk di bale depan warung dekat Mushola cukup menikmati keributan di pagi menjelang siang kala itu, sambil mengelus bulu Mandor yang menampakkan tampang bete.

"Look, mereka podo fight koyo bocil" gumamnya sambil terkikik.

"Masya Allah pada rajin sholat dhuha ya anak-anak KKN" celetuk Bu Yuyun, pemilik warung, yang membuat Changkyun terkejut.

Tidak tahu saja si ibu kalau mereka lagi Sholat Subuh.

"Masnya gak ikut sholat?"

Changkyun menggeleng, "ora bu"

"Lagi M ya?"

Dia hanya terkekeh.

"Ada pembalutnya? Saya jual kok" katanya menawarkan.

"Ora usah bu, saya biasa nganggo popok"

"Popok juga saya punya, mau yang celana atau enggak?"

"Enggak usah" balasnya sambil terkekeh.

"Berarti yang gak pake celana?"

"Ora bu,"

"Ya udah, saya amb..."

"Maksudnya enggak beli, Bu"

"Buat kucingnya kalau enggak" paksanya.

"Kucing nyong wis smart, biasa pipis in wc" katanya sambil terkekeh lagi.

Di detik itu juga Mandor pun turun dari pangkuannya, lalu mengangkat satu kaki dan menyemprotkan air pipis ke kaki bale milik ibunya.

Changkyun syok melihat itu, namun sebisa mungkin tenang. Dia terkekeh malu menatap si ibu seraya berkata, "hehe, dia lagi ora smart, Bu"

"Jadi mau beli popoknya?"

"Ora bu, wis yo," darah tinggi lama-lama dia menghadapi si ibu.

"Kalau mau popok beli di saya..."

"Iyo Bu iyo" kata Changkyun manut.

"Popoknya nanti beli y..."

"Iyo!" potongnya dengan kesabaran hampir habis, rasanya mau Changkyun borong warung ibunya, tapi sayang dia kan lagi pura-pura jadi rakyat biasa.

Sang ibu pun akhirnya masuk ke dalam rumah, membuat Changkyun bernapas lega. Tapi baru setengah napas, kini napasnya harus tertahan karena kedatangan seseorang.

"Eh si Aa ternyata ada di sini," dan itu adalah tukang uduk berambut panjang alias Mang Jeonghan

Rasanya Changkyun tidak ingin melanjutkan napasnya, tapi takut mati.

"Hehe, Mang" sapanya berusaha bersikap sopan.

"Sendirian aja?" tanya Mang Jeonghan sambil tersenyum membuat Changkyun takut setengah mati. Padahal cuma disenyumi, tapi bikin parno.

"Hehe ora, kan bertwo karo mamang" katanya dengan senyum terpaksa.

"Oh iya, hahaha" Mang Jeonghan tertawa lebar.

Changkyun hanya bisa ketawa canggung. Rasanya mau pergi gitu saja dari sana, tapi dia harus sabar, karena orang sabar disayang Chelsea Pulau.

"Cie berduaan aja" celetuk Hoshi yang sengaja doa buru-buru waktu melihat Changkyun dan Mang Jeonghan berduaan, biar bisa ngomporin.

Changkyun melirik Hoshi tajam.

"Ih atut" Hoshi pura-pura bergidig ngeri, membuat teman-temannya yang sudah keluar dari Mushola jadi tertawa.

"Hehe, tadi Mamang ke aula gak ada siapa-siapa, ternyata kalian pada di sini," katanya.

"Ya biasalah Mang, anak soleh mah nongkrongnya di Mushola" kata Jeka menaik-turunkan alis.

Mang Jeonghan terkekeh. "Iya hebat, anaknya Pak Yoongi mantep-mantep" pujinya mengangkat dua jempol.

Dan itu berhasil membuat Jeka dan Deka bangga hingga menepuk pundak masing-masing.

"Kita!" serunya bersamaan. Mereka pun saling berpandangan, sampai akhirnya,

"ANJAY!" terdengar dari bibir keduanya dengan gaya menjengkelkan versi mereka. Yang lain hanya memutar bola mata malas.

"Ada apa, Mang?" tanya Wonwoo yang duduk di teras warung.

"Ini, saya mau pulangin hapenya A' Changkyun," katanya menyodorkan ponsel apel kegigit pada sang empu.

Serempak semua mengernyit bingung. Bagaimana bisa ponsel Changkyun ada di Mang Jeonghan?

"Makasih A' udah mau minjemin saya hape buat ngobrol sama kembaran saya, maaf juga baru saya balikin, kemarin hujannya gak berhenti, pas berhenti saya lagi bikin pesenan" jelasnya.

Changkyun tersenyum kecil. "Iyo no what-what, Mang. Iku for Mang Jeonghan wae hape ne" katanya enteng dengan gerakan menolak. Teman-temannya melongo, termasuk Mang Jeonghan.

"E eh gak usah A', jangan" tolaknya.

"Ambil aja Mang, bapaknya bisa beli ipun sama pabrik-pabriknya" celetuk Deka yang sudah duduk di sebelah Changkyun sambil mengangkat satu kaki dengan bibir yang menyedot isi ale-ale rasa jumpboo, yang dia ambil dari kulkas milik si ibu. Btw, ini warung yang suka Deka utangi ale-ale.

"Iya Mang ambil aja" desak Jeka yang juga duduk di bale, lebih tepatnya duduk dipangkuan Chungha yang duduk di Bale.

Alasannya balenya penuh, soalnya sudah diduduki Hoshi, Bebby, Changkyun dan kedebong pisang, maksudnya Deka. Dengan berat hati Chungha pun menerima anak itik itu di pangkuannya.

Mang Jeonghan terlihat bingung, bukan apa-apa, masa tiba-tiba ia dikasih ponsel sama orang asing. Kalau ini prank pas ia udah nangis-nangis kan gak lucu. Ia pun menggeleng sambil tersenyum, "gak usah A, ini terlalu berlebihan. Saya masih bisa ngobrol sama kembaran saya pake hape kakak saya, ini saya balikin" katanya dengan senyum tulus, kedua tangannya tetap mengarahkan ponsel tersebut agar cepat diambil oleh sang empu.

Changkyun jadi bimbang, dia melirik teman-temannya, sebelum akhirnya dia mengambil ponsel tersebut dengan ragu.

Jeonghan pun tersenyum. "Sekali lagi makasih ya A" katanya menunduk pelan.

"Sama-sama!" balas semuanya yang berhasil membuat Jeonghan terkekeh.

"Kalau begitu saya permisi, assalamualaikum" pamitnya.

"Waalaikumsalam,"

Changkyun pun terdiam. Padahal niatnya ingin memberikan ponsel ini tanpa prank, tapi sepertinya Mang Jeonghan tidak melihat ketulusannya. Akhirnya dia memasukkan ponsel itu ke dalam sakunya.

"Widih sultan banget lu ngasih hape ke Mang Jeonghan" celetuk Momo yang kini memilih jajanan bersama Jun dan Yujin. Dirinya langsung terdiam saat melihat permen yang biasa dimakan mantannya.

Permen Yudi, kenyalnya bikin hepi.


"Tau, mending buat gue sini" sahut Jeka yang ponselnya sudah banyak diperban pakai isolatip. Ia beranjak dari pangkuan Chungha dan ikut bergabung dengan ketiga kakaknya untuk memilih jajanan.

Changkyun mendengus, tanpa sengaja matanya menangkap mata Zelo yang menatapnya tajam. Dan itu berhasil membuat Changkyun mengerut takut.

"Lagian lu ngapain ngasih-ngasih hape ke Mang Jeonghan?" tanya Woozi yang duduk di sebelah Wonwoo. "Bagus sih lu mau sedekah ke orang, tapi ya gak hape lu juga"

"Tau lu ngasih orang bekasan!" sahut Hoshi sembari menyedot ale-ale rasa jumpboo milik Deka, tak lama pemilik ale-ale pun berdecak.

"Jangan banyak-banyak" omel si lelaki bersweater tie dye yang bertuliskan 'Percuma Cantik Kalau Bukan Pacar Aku'.

"Pelit amat" dengus Hoshi sambil memukul punggungnya dengan keras.

Deka pun berdecak lagi, sudah minta banyak, ngomel-ngomel, dipukul lagi, dasar Spondias dulcis Zimbabwe.

Wonwoo menyandarkan kedua tangan ke belakang, menyanggah tubuhnya. "Sebenarnya gak masalah sih lu mau ngasih hape ke orang, tapi di situkan ada data-data lu, sosmed lu, gimana kalau disalahgunakan? Seumpama." katanya dengan menekan kata di akhir kalimat.

Changkyun semakin terpojokkan. Dia menunduk, benar kata teman-temannya, dia ceroboh sekali dengan memberikan barang pribadinya begitu saja tanpa memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya. Tapi sejujurnya, dia hanya ingin membantu Mang Jeonghan.

Bebby pun tersenyum lalu menepuk pundak Changkyun yang duduk tepat di sebelahnya. "Niat kamu baik kok, makasih udah mau peduli" katanya dengan tulus, membuat Changkyun malu.

"Ututu, Changkyun e kita wis grow up!" seru Chungha mengusak kepala Changkyun, coba mencairkan suasana dan berhasil, karena saat ini semuanya terkekeh termasuk Changkyun.

Benar kata Bebby, Changkyun tak salah, niatnya juga baik, mungkin caranya yang kurang tepat.

Zelo ikut tersenyum melihat Changkyun. Memang, tadi dia sempat marah karena Changkyun sudah bertindak gegabah, dia cuma khawatir seperti apa yang tadi Wonwoo katakan. Beruntung ponselnya jatuh ke tangan Mang Jeonghan, bagaimana kalau orang lain yang tak bertanggung jawab?

Zelo memang tak punya hak untuk marah. Tapi kalau kita melihat kilas balik yang terjadi antara Zelo dan Changkyun, tentu Zelo berhak marah.

Zelo sudah menganggap Changkyun seperti adiknya sendiri, walau umur Changkyun lebih tua 10 bulan darinya. Namun selama ini yang menjaga Changkyun itu dia, menemani Changkyun saat kesusahan juga dia, yang selalu membantu Changkyun juga dia, dan masih banyak lagi kebaikan Zelo yang tak bisa Changkyun ungkapkan satu-persatu.

Awal kuliah Changkyun pindah ke kontrakan di sebelahnya, awalnya Zelo tidak tertarik untuk tahu siapa lelaki yang sering memakai barang branded yang membuat jiwa miskinnya meronta-ronta.

Dia juga sempat berpikir kenapa orang sekaya dia bisa tinggal di kontrakan yang kumuh, tapi dia tidak peduli. Selang beberapa lama, akhirnya Changkyun dan Zelo saling tegur sapa walau sebatas menundukkan kepala tanpa berbincang. Sampai pada akhirnya, Changkyun yang biasanya membuka pintu kontrakan setiap hari, tiba-tiba pintunya tertutup seharian, Zelo pikir orangnya pergi, tapi setelah diselidiki ternyata Changkyun ada di dalam dengan posisi berbaring sambil memegangi perut di depan pintu.

Zelo yang tahu tentu kaget, dia segera membuka pintu dan menggendongnya ke puskesmas terdekat. Saat diperiksa ternyata lambung Changkyun kosong, dia belum makan dari tiga hari yang lalu karena duitnya habis, dan dia tidak berani minta duit sama bapaknya.

Akhirnya Zelo membelikan nasi bungkus untuk Changkyun menggunakan uang terakhirnya, dan berakhir dia yang tidak makan selama tiga hari berikutnya.

Beberapa hari kemudian Changkyun yang tahu hal itu jadi merasa bersalah dan mengajak Zelo makan bersama setelah sang ayah mengirimkan uang, dan dari situlah mereka bersahabat hingga saat ini.

Zelo menghampiri Momo dan Jun yang belum selesai memilih jajanan. Sampai akhirnya Jun memutuskan mengambil basreng seplastik, lalu duduk di sebelah Yujin dan Jeka yang berbagi nyam-nyam.

"Neng Momo mau jajan apa? Sini abang bayarin" serunya dengan nada genit seperti biasa.

Momo mendelik, "punya duit lu?!"

"Ya punya, duit kelompok" Zelo cengengesan.

Momo mendecih. "Gak jelas" omelnya lalu pergi setelah mengambil makaroni pedas. Zelo menyengir, dia sudah sangat biasa mendapat perlakuan jutek dari gadis disney itu.

Anak AN itu mengambil duduk di antara Jun dan Yujin, sempat dia melirik Zelo sebentar sebelum akhirnya mendengus dan memakan makaroninya.

"Ada yang mau jajan?" tawar Zelo.

"Minum, Zel." sahut Wonwoo.

"Minum apa?"

"Amer!" seru Jeka dan Deka bersamaan, keduanya saling berpandangan, sampai...

"ANJAY..." terdengar lagi, terlebih dengan jari-jari kanan keduanya yang bergerak, semakin membuat jengah.

"Gue orangnya emosian, jangan sampe gue tonjok!" seru Hoshi sambil memukul-mukul Deka yang ada di sebelahnya, lalu mengambil batu dan melemparnya ke arah Jeka.

"Bisa lu nonjok orang?" celetuk Chungha.

"Ya enggak, lu yang nonjok, gue bantu doa aja hehe" lanjutnya yang hampir kena tonjok Chungha.

"Teh, Zel" sahut Wonwoo lagi.

"Teh apa?" tanya Woozi.

"Teh bohay, anjay!" seru Wonwoo dan Woozi kompak mengikuti gaya Jeka dan Deka.

"Sinting" komentar Yujin mengikuti cara bicara Wonwoo.

Sepertinya semakin ke sini otak mereka semakin tidak beres, pasti semua karena Pak DPL. Tidak hidup serumah saja sudah tertekan, apalagi nanti mereka tinggal seatap dengan Pak Yoongi.

Ya Allah, minta ampun.

Hoshi, Bebby, dan Chungha mengubah gaya duduk mereka menjadi rebahan di bale dengan posisi tumpang tindih. Chungha di bawah, Hoshi tidur di perut Chungha, dan Bebby tidur di perut Hoshi.

Semenjak kemarin Hoshi berubah drastis, tidak lagi nyinyir pada Bebby, yang ada malah menempel terus kaya upil di hidung.

Anak-anak sempat bingung dengan perubahan Hoshi, terlihat agak aneh memang, yang biasanya Hoshi selalu menghindar dari Bebby kini malah selalu bersama. Tapi mereka mengerti, pasti Hoshi merasa bersalah pada Bebby.

Tak lama ibu warung pun keluar, Zelo membayar jajanan teman-temannya. Padahal dia lagi tidak punya uang, tapi semalem dia menemukan uang seratus ribu diselipan baju, alhamdulillah rejeki anak soleh.

"Jadi berapa semuanya bu?" tanyanya.

"Tigapuluh A," balas sang ibu setelah menghitung semua jajanan mereka.

Momo mendangak, memperhatikan Zelo. Kalau dilihat dari bawah Zelo mirip patung liberti, tinggi sekali. Zelo juga sering kepentok pintu kalau masuk aula saking tingginya. Sebenarnya Wonwoo dan Jun juga tinggi, tapi mereka berdua kalah tinggi kalau dibandingkan dengan Zelo. Makanya jangan biarkan Woozi berdiri di samping Zelo, karena Woozi malah kaya anaknya Zelo ketimbang sepantaran.

"Bli, sekalian bayarin utang ale-ale saya yang kemarin dong" kata Deka menjilati gelas ale-alenya yang sudah habis.

"Udah dibayar, A, sama gurunya kemarin" kata si ibu.

Semua mengernyit, "Pak Yoongi, Bu?" tanya Deka bingung.

"Gak tau Ibu namanya, pokoknya yang putih manis gemesin kitu" jelasnya geregetan.

"Yang mukanya kaya gini, Bu?" Jun menangkup wajah Woozi untuk diperlihatkan pada sang ibu.

Woozi langsung menggebuk tangan Jun.

"Iya mirip kaya gitu" katanya. "Adeknya ya?"

"Anak tumbalnya, Bu!" ceplos Bebby yang langsung membuat para penghuni Prostitusi Mamah Chungha tepuk tangan, terutama Hoshi yang terharu biru, bangga sekali Hoshi mendengarnya. Tidak sia-sia mereka bergibah soal Pak Yoongi setiap hari, akhirnya Bebby ingat.

Woozi mendengus, untung yang bilang Bebby, coba Hoshi, sudah dipastikan nyawa melayang.

"Oalah ikut pesugihan toh? Pantes ya si bapak itu penampilannya aralus pisan (bagus banget)" kata ibunya membuka pergibahan.

"Biasalah, Bu" balas Hoshi dengan tampang gibahnya yang melekat setiap saat. Dia senang kalau ada yang bergibah soal Pak Yoongi. Berasa teori yang dimilikinya tidak sia-sia.

"Hati-hati dek, pesugihan itu ngambil kekayaan keturunannya, jadi keturunannya bakal miskin"

"Udah miskin kok bu, miskin kalsium...haha ampun!" Yujin langsung berteriak saat Woozi menjenggut rambutnya. Dia bersembunyi di balik tubuh Wonwoo, meminta perlindungan.

Dengan sigap anak Pak Aceng menahan pergerakan tangan Woozi. "Bercanda, Bu" kata Wonwoo sembari tersenyum.

Yujin mendangak, menatap tepat ke mata berkacamata itu, dia baru sadar kalau dia memeluk Wonwoo dari belakang, secepat mungkin dia melepas pelukan, lalu berdehem kecil sambil berbalik ke arah Momo yang sedang dicarikan uban oleh Jun dengan dua koin yang dijepit.

Momo pun menaik-turunkan alis coba menggoda Yujin, dan gadis itu hanya melotot dan mengancam dengan bogeman.

Wonwoo sendiri pura-pura tak peduli dan menyeruput teh gelasnya sambil membenarkan letak kacamatanya.

"Hah, kirain teh beneran" kata Bu Yuyun dengan nada kecewa, padahal kalau beneran bisa jadi bahan gosip di arisan, "ya udah kalau gitu ibu masuk dulu"

"Iya, Bu" jawab mereka saat ibunya masuk ke rumah.

"Ji, lu gak capek?" tanya Chungha yang sudah berganti posisi jadi miring di bale dengan tangan menyanggah kepalanya. Sedangkan Bebby masih tetap tidur di perut Hoshi dan Deka di perut Bebby, sedangkan Changkyun menjadikan ujung kaki Chungha sebagai bantalan.

Kalau ditanya capek, ya capek banget. Tapi Woozi sendiri tidak tahu capek apa.

"Lu beneran gak mau speak up soal pesugihan Pak Yoongi? Beritanya udah nyebar seantero kampus tau," ucap Jun sambil membelah rambut Momo untuk mencari uban.

"Iya kalau bohong kan jadinya fitnah" sahut Bebby membuat Mini mengangkat wajahnya, matanya kini memperhatikan Bebby yang sedang mengelus rambut Deka, membuat Jeka iri dan ikut rebahan di sebelah Deka, tapi dia mengambil tangan Chungha untuk mengelusnya.

Jeka dan Deka absen ngegibah dulu ya, keenakan dielus soalnya.

"Iyo, kasian nyong karo Pak Yoongi," kata Changkyun prihatin.

"Kasihan-kasihan tapi gibahin dia juga lu!" seru Hoshi.

"Kan lu duluan yang mulai Panjul!" sahut Yujin tiba-tiba.

"Kok jadi nyalahin gue?!"

"Yang suka ngehasut kita buat percaya soal pesugihan Pak Yoongi kan elu!" Momo membela madu pertamanya.

Hoshi mengembungkan pipinya kesal. Padahal dia juga tak sepenuhnya salah, mereka sendiri yang pada mau dengerin gibahannya.

Woozi hanya menggedikan bahu, "bukan urusan gue"

"Tapi lu juga kena Ji" Zelo berkata setelah menyeruput minumannya.

"Sampe dikatain anak tumbal segala. Gue kalo jadi lu udah gue potong dadu yang nyebarin fitnah" ujar Chungha.

Anak Bagaskara yang mendengar itu hanya bisa menelan ludah susah payah. Memang bukan Hoshi yang menyebar fitnah itu, tapi pasti dia keseret juga, kan dia anak mading.

"Jek, bokap lu mantan dekan sebelum Pak Yoongi kan? Dia gak ada ngomong apa gitu?" celetuk Momo yang langsung dapat pelototan dari Hoshi.

Anak IP itu menyilangkan tangan membentuk X, meminta Momo untuk tidak melanjutkan ucapannya. Tapi terlambat, teman-temannya sudah menatap Jeka meminta penjelasan.

"Bapak lu dekan, Jek?" tanya Yujin terkejut.

"Gue baru tau bokap lu dosen juga" kata Chungha tak kalah terkejut.

Jun pun menjentikkan jari, "oh gue inget, lu anaknya Pak Kalandra kan?" kalau tidak salah pernah ada berita heboh soal dosen FISIP juga.

Jeka sendiri hanya terdiam, tak tahu harus bicara apa. Sampai akhirnya dia menggedikan bahu. "Dia gak ngomong apa-apa kok soal Pak Yoongi, lagian dia udah gak jadi dosen"

"Kok iso...Aaaa!" tiba-tiba Changkyun berteriak saat Hoshi menyubit perutnya dan melotot. Bibirnya bergerak seakan berkata, 'diem, bacot' membuat Changkyun langsung tutup mulut.

Jeka menoleh ke arah Hoshi yang dibalas senyuman lebar, dan itu membuat adik Pak Jinan jadi ikutan tersenyum. Kini dia menutup mata, coba menikmati elusan Chungha.

Woozi menunduk. Dia tak punya hak untuk memberbicarakan hoax-hoax soal sang DPL, tapi tak bisa dipungkiri kalau dia juga berharap bisa menghentikan hoax yang semakin marak beredar. Pak Yoongi tidak pernah buka suara soal hoax itu, tapi dia yakin kalau DPL-nya sudah mendengarnya.

Woozi percaya langit tidak bisa ditutupi hanya dengan kedua tangan, yang berarti kejujuran akan terungkap selama langit masih terlihat.

"Pulang yuk, kasian Mandor sendirian" Bebby tiba-tiba menutup pergibahan. Sengaja, dia melihat si Mini dan si Ganteng agak terganggu dengan perbincangan mereka.

"Eh wait, tadi Mandor nyong bring ke sini" kata Changkyun yang baru sadar kalau Mandor tidak ada.

"Terus kemana Chang?" tanya Jun berusaha tenang.

Agaknya Hoshi juga panik, walau dia tidak menyukai kucing itu, tapi semalam Mandor mijitin perut Hoshi yang sakit gara-gara gak makan lemper.

"Kemana yo?" Changkyun berusaha mengingat-ingat. Terakhir yang dia tahu kucing itu kencing di kaki bale, lalu pergi ntah kemana.

Keduabelas mahluk bumi di sana segera beranjak mencari kucing oren tersebut.

"Mandor!" teriak Bebby menoleh ke kanan dan ke kiri. Hoshi dan Deka sengaja mengikuti Bebby dari belakang, takut hilang lagi.

"Mandor!" teriaknya sekali lagi. Namun nihil, tak ada tanda-tanda kehidupan dari kucing itu. Bebby sedih jika harus kehilangannya, walau baru kemarin dia menemukannya, teman-temannya juga pasti merasakan hal yang sama, kecuali Hoshi.

Tak berapa lama sepasang sepatu berdiri di hadapannya, gadis hasil fertilisasi Pak Baekhyun mendangak, dan menemukan sang DPL sedang menggendong kucing oranye.

"Mandor!" seru Bebby senang, dia segera mengambil alih kucing gembul itu dari Yoongi lalu memeluknya. "Mandor kemana aja? Bebby nyariin"

"Meong" jawab Mandor.

"Jangan pergi-pergi lagi ya, Mandor" katanya lalu mengusap-usap tubuh si kucing.

Yoongi mengernyit saat mendengar kata Mandor, apa itu nama kucingnya? Yang benar saja! Ternyata tidak anak tidak bapak sama gelonya.

"Eh bapak?!" seru Hoshi dan Deka yang baru tahu keberadaan sang DPL. Serempak semuanya berhenti mencari Mandor dan menoleh ke arah Yoongi.

"Lagi apa kalian? Gak jadi pindah rumah?" tanyanya.

"Ya bapak pikir kita di sini ngapain?!" seru Hoshi emosi. "Kita tuh nungguin bapak!" dia masih kesal, gara-gara gagal pindah, dia BAB di kali jam 10 malam, mana ada yang cekikikan lagi, udah gitu ditinggal Deka dan Jeka, memang adik tingkat yang tidak berperi ke-BAB-an.

Yoongi langsung melipat kedua tangan depan dada. "Terus kenapa kalian masih di sini? Katanya mau pindah?"

"Ya maulah, Pak!" seru Jeka kesal.

"Ambil barang-barang kalian, lima menit dari sekarang" titah Yoongi.

"Ta tapi pak..." seru Deka.

"Satu...dua...tiga..."

Kesebelas mahluk itu langsung berlari tunggang langgang ke aula. Mereka jadi kaya lagi diospek sama DPL sendiri.

"Aaaa gelo!" jerit Zelo frustasi tapi tak berani membangkang, hingga dia berlari paling kencang.

Yoongi tertawa terpingkal-pingkal melihat mahasiswanya berlari ketakutan. Namun seketika tawanya berhenti saat melihat Bebby masih berdiri diam menatapnya.

Sang megalodon pun berdehem, mengambil kembali kewibawaannya. "Ngapain kamu masih di sini? Gak ikut lari?" tanya Yoongi mengernyitkan dahi.

"Gak ah capek, mager" balesnya membuat Yoongi berdecak dan berlalu ke arah rumah Bu Saskia.

"Eh mau kemana? Tungguin Bebby!" serunya berlari mengikuti langkah sang DPL.

---

Dan di sinilah mereka, berdiri di depan rumah baru bersama Bu Saskia sebagai  tour guide. Ngomong-ngomong karena tadi Bebby tidak ikut ke aula, jadilah Hoshi yang dibebankan untuk membawa barang-barang Bebby yang super ruwet.

"Nah, ini rumahnya adek-adek" katanya mirip pemandu acara anak-anak yang lagi jalan-jalan di kebun raya.

Semua memperhatikan rumah besar di hadapan mereka kini. Kesan pertama yang mereka dapat saat melihat rumah ini adalah, 'sarang temen-temennya Bebby nih'.

Bagaimana tidak, rumahnya terlihat terbengkalai, kotor, dan suasana di luar begitu horor dengan sawang yang menggandul disudut-sudut rumah. Memang rumahnya cukup besar, pintu utama dan pintu dapur bersebelahan, hanya dibatasi dinding, ditambah teras yang super adem dengan adanya bale, kursi kayu panjang, dan pohon jamblang, perpaduan yang sempurna.

Rumah baru mereka berada di Dusun Bau Tanah, lumayan jauh dari aula mereka dulu yang berada di Dusun Bau Pesing. Rumahnya terletak di depan lapangan, paling pojok dan agak tertutup dari jalan raya, tapi di sini strategis tempatnya, banyak warung dan tempat jajan, kadang juga ada pasar malam katanya. Posko idaman pokoknya.

Chungha sempat mengintip ke dalam rumah yang pintunya sengaja terbuka.

"Coba tebak ada berapa banyak temennya Bebby di dalem?" bisik Chungha yang kebetulan ada di sebelah Jun.

Anak glodok itu nampak berpikir, "dilihat dari Feng shui rumahnya sih enam deh kayanya"

"Hah? Pengki?!" seru Chungha segera menoleh.

"Feng shui, tolol!" bisik Jun penuh penekanan di akhir kalimat.

"Biasa aja dongo" balas Chungha ngegas. "Apaan tuh Feng shui?" lanjutnya.

"Gue juga kaga ngarti sih, emak baba gue yang suka ngomongin begituan" jelasnya membuat Chungha manggut-manggut.

Hoshi beringsut ke belakang Wonwoo. "Tau rumahnya begini, mending tinggal di aula deh" bisiknya yang mendapat tatapan tajam dari si kober yang seakan berkata, 'lu aja sana, gue ogah berak di kali lagi'.

Tak lama seseorang keluar dari rumah itu, membuat mereka terlonjak kaget, jantung Bebby bahkan hampir mencelat karena teriakan Hoshi, dia pun beringsut ke belakang DPL-nya.

Rupanya itu adalah pemilik rumah yang hanya mengenakan sarung dan kaos singlet.

"Pak, ini anak-anak KKN yang mau tinggal di rumah bapak" kata Bu Saskia memperkenalkan, mereka segera maju untuk menyalimi sang bapak. "Kalau ini dosen mereka" katanya menunjuk Pak Yoongi.

Yoongi pun maju lalu menyalimi bapak-bapak yang terlihat sudah setengah abad lebih.

"Gosen? Aplikasi?" tanya sang bapak kebingungan.

"Dosen, Pak" jawab mereka.

"Oh bosen"

"De o do s se ese n, guru!" eja Hoshi.

"Oh guru" sang bapak berseru sambil manggut-manggut. "Bilang dong" katanya sambil nyengir.

Bu Saskia pun tersenyum, "nah bapak ini pemilik rumah. Namanya Pak Panjul"

Yujin segera melipat bibir. Duh, daritadi pagi dia ngatain orang Panjul Panjul terus. Ternyata ini alasannya. Apa dia sudah bisa jadi murid pesugihan Pak Yoongi?

"Nah, kalau begitu saya pamit dulu ya" kata Bu Saskia.

"Iya bu, terima kasih" balas mereka saat Bu Saskia mulai pergi.

"Nyok masuk, liat aje dulu rumahnye" kata Pak Panjul dengan logat betawi yang medhok.

Mereka pun masuk, dan kesan pertama yang mereka dapat masih sama, horor kaya DPL mereka. Mana ada bau melati lagi, jangan-jangan ini bau danurnya Pak Yoongi yang sudah di ekstrak biar tidak kentara.

Seketika bulu kuduk mereka merinding, bahkan Mandor terus mengeong dan bersembunyi dibalik ketiak Bebby.

"Gak apa-apa, Uwo cuma mau kenalan aja" kata Bebby sembari menepuk-nepuk badan Mandor.

Bulu Woozi semakin meremang, berasa Dejavu. Mana bahunya terasa berat lagi.

Hoshi mengendus-ngendus hidungnya untuk mencari sumber wangi melati yang semakin kentara.

"Hm, bau melatinya semakin tercium di sekitar sini" katanya sambil mengendus ke arah sang DPL.

Dia pun mendangak dan mendapati sang DPL tengah menatapnya dengan mata sipit yang tajam, siap menerkamnya.

Dia segera berdiri tegak dan terkekeh malu. "Anu pak, tadi baunya kecium banget di bapak" katanya sambil menggaruk kepala, membuat teman-temannya tepuk jidat.

"Itu bau pengharum ruangan" kata Pak Panjul menunjuk pengharum ruangan yang bisa bersin sendiri.

Hoshi pun langsung menunduk takut, "i iya, Pak, maaf" katanya.

Karena sudah lama tak ditempati jadi baunya rada apek, makanya Pak Panjul pakai penyemprot ruangan.

Rumahnya cukup luas, ruang tamunya tersambung dengan ruang tv, di sana juga perabotannya lengkap. Hanya saja kotor seperti tidak ditinggali. Kamarnya ada 3 dan kamar mandi satu, ruang sholat juga ada. Dapurnya berada di sebelah kiri dengan posisi memanjang sampai ke belakang, tersambung ke tempat jemuran.

Hanya saja langit-langit atapnya bolong, bahkan ada lubang yang menyorot ke arah DPL mereka seperti cahaya Illahi. Semoga saja Pak Yoongi cepat mendapat hidayah.

AAMIIN.

Mereka juga masih bisa lihat laba-laba yang terus berlari ke sana kemari dan tertawa.

"Pindah rumah apa pindah uji nyali sih" komentar Yujin sambil memeluk lengan Jun ketakutan.

Jun tertawa tanpa suara. "Tenang, di kelompok kita kan ada psikolog spesialis hantu" bisiknya, mereka berdua pun terkikik bersama.

Sang madu yang melihat kedekatan sang suami dengan istri pertamanya pun tak tinggal diam, dia menyalip ke depan dan melingkari lengan kiri Jun yang kosong.

Momo tersenyum lebar, "kamar kita yang mana, A'?" tanyanya yang langsung kena kemplang Yujin.

"Kamar kamar, gudang noh kamar lu"

"Lu aje sono!"

"Lu?!"

"Lu?!"

Yoongi langsung berdehem saat melihat duo keong racun di depannya bertengkar. Yujin dan Momo segera melipat bibir ketakutan.

"Yah, maaf maaf aje nih, rumahnye cuman ala kadarnya" kata Pak Panjul.

Yoongi tersenyum. "Gak apa-apa kok pak, sebenarnya mereka juga cuma butuh kamar mandi doang, iya kan?" kata Yoongi dengan senyum Annabelle berkedok Princess Anna. Anak-anak tak berdaya itu hanya bisa terkekeh paksa.

Butuh kamar mandi doang, lu kata kita lekboi, astaghfirullah sabar, seru mereka dalam hati.

"Ya udeh, kalo ada ape-ape panggil aje, ane di sebelah" pamitnya.

"Iya pak"

"Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"

Serempak mereka menghela napas panjang. Lalu menatap lagi ke sepenjuru rumah. Sepertinya mereka akan kerja bakti hari ini.

Yoongi pun menepuk tangan sekali, menarik atensi mereka semua. "Karena sekarang ini rumah kita, jadi kita yang harus beresin rumah, setuju?"

"Enggak!" teriak mereka kompak yang langsung dibalas pelototan oleh Yoongi. "E enggak salah lagi, kita pasti setujulah, kan rumah kita! Iya kan?" seru Jeka ketakutan.

"Ha ha ha iya," Zelo tertawa renyah.

"Kan Rumah kita" lanjut Hoshi penuh penekanan.

Yoongi tersenyum senang melihat anak-anaknya tertekan, jiwa dan batinnya seakan terhibur. Dia pun menggeret sapu, pel, dan ember untuk keperluan bebersih anak-anaknya.

"Kalau begitu, selamat mencoba" katanya dengan senyuman lebar. Lalu keluar begitu saja meninggalkan mereka

Zelo, Jeka, Deka, Hoshi, dan Yujin langsung berlaga seperti akan menonjok dosen mereka dari belakang dengan mimik yang amat kesal. Namun langsung pura-pura ngepel saat dosen mereka menoleh.

Yoongi pun lanjut berjalan dengan senyuman puas saat merasa anak didiknya terbebani.

Akhirnya mereka pun membereskan rumah baru mereka bersama-sama, tentu saja Pak DPL ikut kerja, kan anak-anaknya minus adab semua. Dengan alasan 'rumah kita' Pak Yoongi pun kebagian membersihkan kaca.

Alhasil Yoongi kini mengelap kaca-kaca jendela teras, bersama Woozi yang mengepel lantai. Sedangkan yang lain membereskan area dalam rumah.

Zelo dan Jun membereskan ruang tamu, Bebby dan Chungha membereskan kamar depan, Hoshi dan Changkyun membereskan ruang tengah, Yujin dan Momo membereskan kamar tengah, Jeka dan Deka berbagi tugas membereskan kamar belakang dan dapur, dan Wonwoo membereskan ruang meditasinya yakni kamar mandi.

Tak ada perbincangan pasti di antara Yoongi dan Woozi, ntah mereka gugup atau memang tidak memiliki hal untuk dibicarakan, dan itu adalah salah satu moment terawkward mereka.

Sampai akhirnya si Mini mengalah dan bersuara lebih dulu.

"Habis dari mana?" tanyanya.

"Rumah"

"Ada apa?" kernyitnya.

Yoongi terdiam sebentar sebelum tangannya kembali bergerak, "Ung tantrum"

Tangan Woozi seketika berhenti mengepel. Yoongi bisa melihat dari pantulan kaca, kalau Woozi menatapnya dengan pandangan terkejut dan marah. Ntah mana yang lebih mendominasi, yang pasti wajah Woozi sangat tidak bersahabat sekarang.

"Kenapa gak ngasih tau saya?!"

"Saya kira gak penting" jawabnya sambil terus mengelap kaca.

Dengusan pun terdengar. "saya kakaknya jadi saya yang lebih berhak tau." serunya sambil menyandarkan lap pel ketembok dan berlalu masuk ke dalam.

Yoongi menghela napas panjang. Dia  pikir Woozi tidak akan peduli dengan Woong, bukankah Woozi sendiri yang pernah bilang kalau dia benci berada di kehidupannya dan ingin keluar? Yoongi juga tidak pernah memaksa Woozi untuk tetap berada di hidupnya, dia percaya Woozi sudah besar, sudah bisa memilih jalan terbaik untuk hidupnya sendiri.

Sebenarnya Yoongi juga capek sama hidupnya, tapi mau bagaimana lagi? Ini hidupnya jadi dia yang harus menjalaninya.

Setelah sejam membereskan rumah, akhirnya rumah baru mereka sudah terlihat layak huni, bersih, harum, dan kinclong. Keduabelas mahluk bumi itu langsung tepar di teras rumah sambil berbaring kaya pindang, membiarkan dinginnya lantai memijat punggung mereka yang lelah.

Sedangkan sang DPL menghilang ntah kemana setelah merampungkan tugasnya. Tak lama mobil HYUNDAI berhenti di pelataran rumah mereka.

Mereka penasaran siapa pemilik mobil tersebut. Tak lama pemiliknya keluar, dan ternyata itu Pak Yoongi.

Tapi dia tak sendiri, dia bersama tiga orang lainnya, yakni Mbak Suzy dan,

"Hwall... Woong..." seru Woozi terkejut saat melihat kedua adiknya ada di hadapannya kini.

---

Hai apa kabar beibeh? Gak nyangka ya sebentar lagi mau puasa, aku secara pribadi mau minta maaf kalau ada salah kata dan perbuatan yang sengaja ataupun tidak di sengaja, semoga puasa kita nantinya lancar dan diterima. Aamiin ya Rabbal'alamin.

Oh ya, buat yang kemarin komen, aku bener-bener ngucapin banyak-banyak terima kasih ya. Maaf gak bisa balesin satu-satu:( tapi makasih banyak juga buat kalian yang masih nunggu cerita gajetot ini, semoga gak mengecewakan ya...

Love you 💜



Continue Reading

You'll Also Like

806K 56.3K 48
Sherren bersyukur ia menjadi peran figuran yang bahkan tak terlibat dalam scene novel sedikitpun. ia bahkan sangat bersyukur bahwa tubuhnya di dunia...
69.6K 175 10
๐Ÿ”žBagi yang suka suka saja!!! Ini cerita lanjutan dari cerita berjudul Birth Sex , yuk cuss bestie!!
990K 5.9K 14
Berisi cerita pendek dengan tokoh yang berbeda-beda! โš ๏ธMature content with a sex, deep kiss, and vulgar wordsโš ๏ธ โš ๏ธSetiap cerita bisa membuatmu sange...
200K 17.6K 44
๐˜ฝ๐™๐™ˆ๐™„ ๐™‹๐™๐˜ผ๐™†๐˜ผ๐™Ž๐˜ผ atau bisa di sebut Bumi, merupakan seorang pemuda yang masih duduk di bangku Smp. Walaupun umur belum menginjak 16 tahun tet...