ANTI-FAN! [COMPLETED]

By naylaavia

57.8K 8.2K 535

Dirinya tidak menyukai pria itu, sungguh! Lihat saja pantat ayamnya itu. Lebih terlihat seperti bokong ayam m... More

Prolog
1. Oopsie!
2. Act Weird
3. Help Me!
4. Run Away
5. Friendship
6. Dinner?
Special
8. A Plan
9. Meet Up
10. First Day
11. First Job
12. Argh ... My Eyes!
13. Allergy
14. Spoiled Prince
15. Fantastic Four ft. The Girls
16. Truth or Dare?
17. Paparazzi
18. I'll Do Anything for You
19. Sakura's Worries
20. Dating
21a. The Day Before The Nightmare
21b. The Day Before The Nightmare
22. Gala Premiere
23. Miroku Shion
24. Decision
25. Closure - End
Epilog
Bonus

7. Drama

1.7K 288 10
By naylaavia

          "Puas kau?!" teriaknya

"Puas kau sudah menghancurkan semuanya?!" perempuan tersebut berteriak dengan mata bercucuran air.

Sementara itu, Sasuke masih berusaha mencerna apa yang baru saja terjadi. Ia baru saja di tampar. Untuk pertama kalinya, oleh seorang perempuan.

Dua orang security masuk, mengamankan si perempuan yang terlihat sedang menangis meraung-raung. Dia menjerit dan meronta minta dilepaskan.

Jeritan perempuan tersebut membuat kesadaran Sasuke kembali ke kenyataan. Sasuke mengerjap beberapa kali sebelum berkata, "Apa masalahmu?"

Perempuan itu semakin menggila, "Kau sudah menghancurkan masa depanku, sialan!"

Sebuah alat pengetes kehamilan meluncur begitu saja ke lantai restaurant.

"Kau lihat itu? Aku hamil anakmu!"

Sasuke memijat dahinya yang terasa nyeri.

Ya Tuhan! Drama macam apa lagi ini? Sekali saja ia ingin hidupnya damai tanpa ada masalah sedikitpun. Dan bagaimana bisa perempuan itu hamil anaknya? Adik kecilnya bahkan belum pernah memasuki goa terlarang!

"Jangan mengada-ada," Sasuke menatap si perempuan tajam. Ia berdiri, mendekatinya. "Kau bukan orang pertama yang mengatakan omong kosong gila tentang hamil anakku."

Ekspresi perempuan itu seketika berubah pias. Dia dapat merasakan aura malaikat pencabut nyawa milik Sasuke keluar. Tidak, tidak. Bukan hanya dia, tapi seluruh penghuni ruangan tersebut dapat merasakan suasana yang tiba-tiba berubah mencekam.

Toneri yang merasa suasana semakin runyam ikut berdiri, "Maaf, Nona, boleh aku tahu namamu siapa?"

"S-sara."

"Oke, kalau begitu, Nona Sara, apa kau yakin itu anak Sasuke?" tanya Toneri kembali.

"Y-ya."

Mendengar jawaban itu, Sasuke mendengus geli, "Aku jadi ragu dengan jawabanmu itu." Ia menyeringai, "Kenapa kau tiba-tiba jadi gagap? Tadi kau dengan beraninya berteriak tepat di hadapanku."

"I-i-itu ...."

Sasuke menoleh ketika merasakan tepukan di bahunya. "Sudahlah, Sasuke, biarkan saja dia," ujar Toneri.

"Kalian berdua, bawa dia keluar," Toneri memberikan perintah pada dua orang security yang berada di belakang Sara. Kedua orang berbadan besar itu akhirnya membawa pergi orang yang telah mengacaukan acara makan malam mereka.

Sasuke menghela napas lelah. Kapan semua hal gila ini akan berakhir?

"Kau pulang saja Sasuke, luka di pipimu harus segera diobati," saran Toneri.

Sasuke mengangguk, "Baik. Terima kasih, Toneri."

Toneri tersenyum, "Tidak masalah, soal yang lainnya biar nanti aku bantu urus." Sekali lagi Sasuke mengangguk. Kemudian ia pergi meninggalkan restaurant tersebut.

Sasuke merogoh ponsel pintar yang ada di kantong celananya. Ia menggulirkan layar, mencari kontak Kakashi untuk dihubungi. Dan, begitu mendapatkan nama yang dicarinya, Sasuke segera menekan tombol telpon.

Hening beberapa detik, akhirnya suara sang manajer pun terdengar.

"Ya, Sasuke, ada apa?"

"Jemput aku, sekarang."

"Bukan 'kah acaranya belum selesai?"

"Ada masalah tadi."

"Apa? Kau membuat masalah apa?!" suara Kakashi terdengar meninggi.

Sasuke berdecak kesal. Kenapa pria yang rambutnya seperti uban itu banyak sekali bicara?

"Tinggal jemput saja, jangan berisik."

"Tapi, Sasu—"

'Tut!'

Sasuke segera mematikan telponnya. Kepalanya sudah pusing karena hal tadi, Kakashi justru menambah penderitaannya dengan omelan yang tidak berguna—menurutnya.

Tidak lama dari itu, sekitar sepuluh menit kemudian, Kakashi akhirnya sampai. Dengan cepat Sasuke masuk ke dalam mobil dan duduk di bangku belakang.

Sasuke menidurkan dirinya sendiri. Satu tangannya terangkat menutupi mata.

Kakashi yang merasa kelakuan tak biasa Sasuke bertanya, "Apa yang terjadi?"

"Ada perempuan gila," gumam Sasuke.

"Semua perempuan gila di matamu."

"Dia menamparku, lalu mengaku-aku hamil anakku," lanjut Sasuke.

Tawa Kakashi meledak dalam mobil, membuat benda yang sedang berjalan itu terlihat sedikit bergetar.
     
     
     
    
   

***
      
      
    
    
  

          "Lihat ini, aset paling berhargamu jadi terluka."

Mereka baru saja sampai di apartment Sasuke. Saat ini, keduanya sedang berada di ruang tamu, dan Kakashi memegang kapas juga antiseptik.

Tamparan Sara tidak main-main, pipi Sasuke seperti terkena cap lima jari dengan tinta merah. Ditambah sudut bibirnya pun terluka akibat gesekan yang keras dengan gigi. Malangnya nasib aktor kesayangan kita itu.

"Perempuan gila itu harus bertanggung jawab," sepanjang mengobati luka Sasuke, mulut Kakashi tidak berhenti mengomel. Kata-kata sumpah serapah, dan ucapan 'pertanggung jawaban' terus saja keluar dari bibirnya.

Padahal Sasuke yang terluka, tapi disini justru Kakashi yang heboh.

"Sudah."

"Hn, terima kasih."

Kakashi melakukan hormat ala kerajaan, "Apapun untuk Anda, Tuan."

Sasuke memutar bola mata jengah menghadapi segala sikap random manajernya. Jika dilihat sekilas, Kakashi terlihat seperti orang yang kalem, juga kompeten dalam melakukan pekerjaannya. Namun, tidak tahu saja mereka seperti apa Kakashi ketika sedang mengomel, atau sikap jahilnya kepada Sasuke.

"Kau sudah melakukan apa yang kusuruh?" tanya Sasuke.

"Soal kasusmu itu? Sedang dalam proses," balas Kakashi. Ia memasukan kembali barang-barangnya ke dalam kotak P3K, dan menaruhnya di kamar Sasuke.

Kenapa tidak menaruhnya di dapur saja? Well, gampang saja. Sasuke tidak pandai memasak, jadi suatu saat nanti, tangannya tidak akan teriris pisau. Kecuali jika ia sengaja mengiris tangannya sendiri.
      
       
     
    
    

 

***
      
     
      
     
    

            Sakura melamun sendiri di balkon apartmentnya. Ditemani segelas susu coklat panas yang sudah mulai mendingin karena lama tidak tersentuh.

Seharian ini, Sakura berdiam diri saja di kamar apartment. Dia tidak berani keluar karena keadaan masih belum stabil. Bahkan di bawah sana, masih ada beberapa paparazzi menunggu.

Tadi, Ino mengabarinya tentang skandal dirinya dengan Sasuke. Perempuan berambut pirang itu berkata bahwa beberapa sumber berita tentang pertengkarannya dengan aktor bermarga Uchiha, tiba-tiba saja hilang.

Beritanya seperti hilang begitu saja.

Bukan 'kah bagus jika masalahnya menghilang? Tapi, karena itulah Sakura merasa ada yang mengganjal.

Apa Sasuke tahu kabar berita tentang pertengkeran antara mereka berdua? Yah, tapi Sasuke sudah pasti tahu. Berita itu menjadi trending topic di mana-mana.

Lalu, apa pria itu juga yang membuat beritanya menghilang? Kalau iya, kenapa? Bukannya mereka berdua adalah musuh?

Terlalu banyak pertanyaan yang bersarang di kepala Sakura. Membuat kepalanya sakit.

Hari sudah semakin gelap, dan Sakura juga sudah merasa kedinginan. Dia hanya memakai piyama berbahan satin yang cukup tipis. Maka dari itu, dia memutuskan untuk masuk ke dalam.

Sakura menidurkan dirinya di atas ranjang. Dia berbaring menatap langit-langit, sementara tangannya sibuk menggulirkan layar ponsel, memainkan aplikasi media sosial yang sangat terkenal.

Tiba-tiba saja ponselnya bergetar.

Sakura yang terkejut tanpa sengaja menjatuhkan benda yang dipegangnya. Ponsel pintar itu jatuh tepat pada hidungnya.

"Aw!"

Dia mengaduh sembari memegangi hidungnya yang terasa ngilu. Tangannya terjulur, mencari ke mana ponselnya jatuh, dan dengan emosi mengangkat telpon yang masuk.

Sakura menggeram, "APA?!"

"Woah, santai Sakura ... kau ini kenapa?" suara Ino terdengar dari seberang sana.

"Hm ...." balas Sakura seadanya, dia masih memegangi hidung, memastikan bahwa organ yang satu itu tidak tiba-tiba masuk ke dalam akibat terbentur.

"Kau tahu, aku sedang bosannnn."

"Ya, ya, kau sudah seperti pengangguran saja."

"Bukan 'kah dirimu yang pengangguran?" Ino terkekeh.

"Tidak perlu diingatkan—sebentar."

Sebuah notifikasi masuk ke ponsel Sakura.

━━━━━━━━━━━━━━━

sasoribukansaori started following you.

━━━━━━━━━━━━━━━

Apa-apaan ini?!

.

.

.

.

tbc.

━━━━━━━━━━━━━━━

author's note:

malammm!

seperti yang aku bilang tadi siang, bab yang benernya udah aku publish, enjoy!

━━━━━━━━━━━━━━━

vote dan comment kalian sangat berharga buatku! <3

━━━━━━━━━━━━━━━

(revised: 6th September, 2021)

Continue Reading

You'll Also Like

Diary By gi

Fanfiction

46.6K 5.3K 63
[SEASON 3 ON GOING] Setiap diary memiliki sebuah kisah, maukah kau meluangkan waktu untuk membacanya? Season I : Pov Sasuke. Season II : Pov Saku...
46.4K 2.3K 11
Diskripsi perasaan seseorang pada seorang gadis pujaan hatinya. Perasaan kasih yang masih berkelanjutan hingga menjadi mimpi buruk, bukanlah ide yang...
63.1K 1.7K 4
Kumpulan fanfiction SasuSaku by themindsqueen. β€’ All characters belong to Masashi Kishimoto β€’ [Cover by themindsqueen]
277K 29K 33
Sakura mengernyit melihat satu kontak baru yang tiba-tiba ada di dalam akun Line ponselnya. "Aku tidak merasa punya teman bernama, Sasuke." Sasuke x...