HAPPY READING 💙
•
•
•
"Stop!" Pekik Kanaya membuat Aarav langsung menatapnya tajam.
"Berhenti mas!"
"Why?"
"Naya mau turun di halte aja, jangan di parkiran ih"
Aarav menghembuskan nafasnya kemudian memberhentikan mobilnya.
"Kenapa lagi sekarang? Alasan apa yang bakal kamu kasih ke mas?"
Kanaya nyengir lebar.
"Ya kan sekarang mas pake mobil yang ini jadi otomatis nanti bakal di liat banyak orang, nah kalau di liat banyak orang itu artinya bakal banyak yang liat Naya juga dong kalau Naya nggak turun di halte" Jelas Kanaya panjang lebar.
Aarav sekarang memang membawa mobil Tesla S P100D putih nya di karenakan mobil BMW 740Li yang biasa ia gunakan sedang berada di bengkel.
Sebenarnya Aarav tadi ingin memakai BMW i8 nya namun Kanaya meminta agar memakai si mobil listrik putih nya saja.
• BMW 740Li hitam Aarav
• BMW i8 putih Aarav
• Tesla S P100D putih Aarav
"Terserah kamu"
"Ih kok ngambek sih, pagi pagi nggak boleh cemberut loh nanti ganteng nya ilang" Kanaya mencolek dagu Aarav.
"Udah sana turun, mas buru buru"
"Nggak mau kisseu kisseu dulu nih?"
"Gak"
Kanaya menahan tawanya saat Aarav menoleh tawaran yang tidak pernah lelaki itu tolak sebelumnya.
"Yaudah kalau gitu, Naya pamit ya mas" Kanaya meraih tangan kanan Aarav dan mencium punggung tangannya.
"Semangat cari uang nya!"
Aarav hanya melirik Kanaya singkat tanpa berniat menjawab.
"Suami Naya gemesin banget sih! Jadi pengen cium" Pancing Kanaya namun Aarav masih saja diam tak berkutik.
"Iya deh iya yang lagi ngambek" Kanaya melepas seat belt nya.
"I love you bapak dosen!" Perempuan itu kemudian mengecup pipi Aarav sekilas dan langsung keluar dari mobil Aarav.
Setelah melihat Kanaya yang berjalan memasuki kampus Aarav langsung melajukan mobilnya lagi.
"Anjir pak Aarav mobilnya baru!"
"Wah gila itu mobil listrik kan?!"
"Cowok kalau punya mobil mahal ganteng nya nambah berkali kali lipat ya"
"Angkat aku jadi pembantu mu pak!"
"Anjay woi harganya 4,4 M"
Kanaya meringis pelan saat mendengar perkataan dari salah satu mahasiswa yang sedang membuka aplikasi google itu.
Ia tau bahkan ekspresi wajah Kanaya pun tidak jauh beda dari ekspresi mereka saat mengetahui harga mobil Aarav itu.
"Mahal banget cuyyy"
"Gue jual ginjal beserta usus 12 jari aja belum tentu bisa kebeli tuh mobil"
"Ya wajar lah, pak Aarav kan kerjanya nggak cuman jadi dosen doang"
"Beh yang bakal jadi istrinya pasti makmur itu, duitnya ngalir terosss"
"Gue nih yang bakal jadi istrinya, buktinya pak Aarav sekarang pake kemeja warna dongker dan baju gue pun warna dongker"
"Kek nya Allah udah ngasih spoiler kalau pak Aarav itu jodoh gue!"
"Halu nya lancar ya nyet!"
"Banyak in ngaca sama sadar diri!"
Kanaya tersenyum saat mendengar percakapan antara para mahasiswa itu.
Ia tidak menyangka jika ternyata Aarav adalah suami idaman para perempuan di luaran sana.
Ah iya jadi merasa bersalah karena membuat lelaki itu marah tadi.
Nanti saat istirahat Kanaya akan keruangan Aarav dan membawakan makan siang agar suami idaman nya itu tidak marah lagi.
"Woi!" Pekik Kanaya saat tangan nya tiba tiba di tarik oleh Arin.
"Pelan pelan nyet gue hamil" Perkataan Kanaya itu langsung membuat Arin menghentikan larinya saat itu juga.
"Serius?!" Ucapnya senang sambil memegang kedua bahu Kanaya.
"Tapi boong!" Balas Kanaya membuat Arin langsung melepas salah satu sepatunya dan bersiap melayangkan nya pada Kanaya.
"Damai oi!" Kanaya mengangkat dua jarinya sambil berlari menjauh dari Arin sebelum sepatu gadis itu benar benar menghantam tubuhnya.
"Ada apaan nih pagi pagi udah ngegerombol aja?" Bingung Kanaya saat melihat teman sekelasnya sedang membicarakan sesuatu hingga membentuk sebuah gerombolan.
"Ada dosen baru nay! Masih muda, ganteng lagi!" Jawab Stella, masih ingat bukan jika gadis itu adalah pembawa berita paling up to date.
"Ha?"
"Iya kelas kita bakal ada dosen baru, sejenis kaya pak Aarav gitu pokonya 11 12 lah"
"Bisa nggak jangan pakai kata sejenis, lo kira pak Aarav apaan"
Seketika semua orang yang ada di dalam kelas itu langsung menoleh menatap Kanaya.
"Eh--maksud gue itu jangan pake kata itu biar sopan gitu loh, kalau kaya tadi kan kaya gimana gitu di dengernya"
"Entar kalau orangnya denger juga bisa jadi masalah kan?"
"Mampus nggak lo hampir aja ketahuan" Bisik Arin.
Sementara Dita, Tama, dan Tito langsung senyam senyum sendiri.
"DUDUK WOI SUAMI GUE DATENG!!" Pekik seorang mahasiswi yang berjaga di pintu kelas sambil berjalan ke tempat duduknya.
"Anjayy ganteng!"
"Mampus jantung gue melorot"
"Aduh dosen baru meresahkan"
"Ganteng gila!"
"Hah oksigen mana woi!!"
"Selamat pagi semuanya" Sapa seseorang yang sedang berdiri di depan kelas dengan senyumannya yang mengembang lebar, membuat para mahasiswi menatapnya tanpa berkedip.
Kecuali Kanaya tentunya, karena perempuan itu sudah memiliki seorang lelaki yang ketampanannya tidak dapat di tandingi oleh siapapun termasuk dosen baru nya ini.
Masih kalah jauh.
"Perkenalkan nama saya Adam Raditya kalian bisa memanggil saya pak Adam atau pak Radit, sesuka hati kalian aja"
"Saya dosen baru di kelas kalian menggantikan pak Nurdin sebagai dosen pengajar mata pelajaran manajemen internasional"
"Any question?" Adam mengedarkan pandangannya ke seluruh mahasiswa yang ada di kelasnya.
Namun pandangan lelaki itu terhenti tepat pada seorang perempuan yang sedang menunduk merapikan buku nya.
Perempuan yang berhasil membuat syaraf syaraf tubuhnya seakan tersengat aliran listrik.
Perempuan berwajah cantik dan menggemaskan di waktu yang bersamaan.
Kanaya mendongakkan kepalanya namun perempuan itu langsung mengkerutkan kening bingung saat mendapati sang dosen menatapnya dengan tatapan....kagum?!
Untuk beberapa detik keduanya saling beradu pandang hingga akhirnya seseorang mahasiswi menyeletuk dan menghentikan aksi mereka itu.
"Udah punya pacar belum pak?!" Teriak salah satu mahasiswi.
Adam tersenyum kemudian melirik Kanaya, namun perempuan itu sudah sibuk berbicara dengan Dita sehingga tidak menyadari itu.
"Belum, jodoh saya masih otw"
"Umur nya berapa pak?"
"20 tahun di tambah 6"
Seluruh orang yang ada di sana langsung nyengir.
"Wah pak Adam pinter bercanda ya, tapi kalau hati saya nggak pernah bercanda kalau soal bapak"
"Ye modus lu!!"
"WWUUUUUU" Seketika seluruh kelas langsung penuh dengan sorakan.
"Oke! Kita mulai belajarnya ya!" Ucap Adam mengintrupsi seluruh muridnya agar kembali kondusif dan memulai sesi mengajar nya.
✿✿✿✿
"Serius rav gue nggak bohong, gue yakin ini yang namanya cinta pada pandangan pertama!"
Aarav menatap Adam yang sedang duduk di depannya.
"Lo keruangan gue cuman mau bilang itu?"
"IYA!" Pekik Adam girang.
"Gila! Itu cewek cantik banget woi lah, gue sampe kehilangan kata kata"
"Sumpah ya, baru kali ini gue ngerasa kaya gini"
Aarav menggelengkan kepalanya tidak habis pikir.
"Lagian lo ngapain jadi dosen di sini? Di pecat lo?" Tanya Aarav.
Adam ini adalah rekan nya saat Aarav masih menjadi dosen di universitas lama nya.
Adam ini juga berteman dengan Dinda.
Jadi bisa di bilang dulu itu mereka seperti trio dosen muda yang sering memporak-porandakan hati para mahasiswa nya.
"Kagak lah, mana ada di pecat. Gue tuh pindah karena mau menjemput jodoh gue"
"Dan terbukti kan? Gue langsung ketemu sama jodoh gue"
"Lo mau bantuin gue kan?"
"Bantu apaan?"
"Ya bantu biar dia beneran jadi jodoh gue"
"Iya"
"YES!" Girang Adam.
Ceklek
"Mas Aa---" Kanaya langsung menghentikan perkataannya saat melihat tidak hanya Aarav saja yang ada di ruangan tersebut.
Ia menyesal tidak mengetuk pintu terlebih dahulu sebelum masuk.
"Maaf pak..." Ucap Kanaya lagi dan hendak menutup pintu.
"Masuk aja nggak papa" Balas Aarav membuat Kanaya mengurungkan niatnya untuk keluar.
"Dia rav orangnya" Ucap Adam pelan namun masih dapat di dengar oleh Aarav dan Kanaya.
Adam menatap Kanaya dengan tatapan memuja sekaligus berbinar nya mengabaikan Aarav yang sudah menatapnya dengan rahang yang mengeras dan tatapan yang menajam.
"Brengsek!" Maki Aarav, lelaki itu langsung berdiri dari duduknya.
"Dia istri gue!" Ucap Aarav penuh penekanan, lelaki itu kemudian menarik Kanaya dan menyembunyikan perempuan itu di belakang tubuhnya.
Kanaya yang tidak tau apa apa itupun hanya diam dan menuruti apa saja yang akan Aarav lakukan padanya.
"What?!"
"Lo serius?!" Tanya Adam tidak percaya.
"Ngapain juga gue main main, lo kan juga tau kalau gue udah nikah"
"Tapi gue nggak tau kalau istri lo---" Adam tidak melanjutkan perkataannya.
"Dan sekarang lo udah tau kan?! Jadi jangan pernah main main sama dia lagi"
"Atau gue bakal turun tangan langsung!"
Kanaya langsung meletakkan paper bag di tangan nya ke meja Aarav, ia kemudian melingkarkan tangannya ke pinggang Aarav, mencoba meredam emosi dari sang suami.
Adam menatap tangan Kanaya yang sudah melingkar di pinggang Aarav, perempuan yang berhasil memporak porandakan hatinya dalam waktu singkat itu sekarang sedang memeluk lelaki lain di depan mata nya.
Ia kemudian memejamkan matanya dan menghela nafas panjang.
"Berarti emang bukan jodoh gue"
"Ya emang bukan!" Sentak Aarav.
"Mas" Tegur Kanaya sambil mengeratkan pelukannya pada tubuh kekar Aarav.
"Oke, gue minta maaf karena gue nggak tau kalau dia istri lo"
"Gue janji nggak akan ganggu kalian"
Adam beranjak dari duduknya.
"Kita tetep temenan"
Bukanya menjawab, Aarav justru membalikkan badannya dan memeluk tubuh Kanaya, membuat Adam tersenyum getir.
Lelaki itu kemudian langsung keluar dari ruangan Aarav.
"Definisi kalah sebelum berjuang" Gumam nya sambil menatap pintu ruangan Aarav yang baru saja ia tutup.
"Mas lepas dulu, pengap ih"
Aarav melepaskan pelukannya namun tangan nya masih melingkar di pinggang Kanaya begitupun Kanaya.
"Dia tadi suka sama kamu"
"Oh"
"Kok biasa aja?"
"Ya udah ketebak sih orang dia pas di kelas Naya tadi ngeliatin Naya terus" Kanaya melepaskan pelukannya.
"Udah nggak marah nih ceritanya?"
Aarav menggeleng pelan.
"Kalau udah nggak marah kenapa tadi nggak ngehubungin Naya?"
Aarav menyerahkan ponselnya pada Kanaya dan dapat terlihat di sana ada room chat mereka.
Namun yang membuat Kanaya gagal fokus adalah ada pesan yang tertulis di sana.
Pesan itu memang belum terkirim masih tertulis di bar pesan.
Sayang, mas kangen ☹️
Itulah kalimat yang Aarav tuliskan di sana.
"Kok ini nggak di kirim?"
"Ya pas mau pencet kirim kamu udah terlanjur dateng"
Kanaya mengangguk kemudian mengeluarkan isi paper bag yang ia bawa tadi.
"Ayo makan siang"
Aarav tersenyum kemudian mengacak rambut Kanaya gemas.
"Kamu nggak beli minum?"
"Ada dong!"
Perempuan itu kemudian mengeluarkan sesuatu dari paper bag nya lagi.
"Tada, kopi dari hati!" Ucapnya senang.
"Ah dari hati ya" Goda Aarav.
"Jan macem macem" Kanaya sudah bersiap mencolok mata Aarav dengan sumpit di tangannya.
"Enggak macem macem kok, cuman satu macem" Balas Aarav sambil mengambil sumpit di tangan Kanaya.
Lelaki itu kemudian mendudukkan kepalanya.
Cup
Satu ciuman manis mendarat di bibir Kanaya.
"Ini makanan pembuka" Ucap Aarav setelah menyelesaikan ciumannya membuat wajah Kanaya bersemu merah.
"Masih aja blushing" Goda Aarav lagi.
"Sini in sumpit nya Naya mau makan, laper"
"Makan mas aja mau nggak?" Lagi lagi lelaki itu masih saja menggoda Kanaya.
"NGGAK!" Pekik Kanaya nyaring ia kemudian merebut paksa sumpit di tangan Aarav.
"Lucu nya istriku"
SEE YOU!!
•
•
•
Senin, 7 Juni 2021
Pukul 06.03 WIB