After that [Selesai]

By nurNongPit

51.7K 4.2K 332

Series # 7 Abila Nafisa Putri *** Setelah kembali dari Belanda, Abila memulai hidup barunya dengan melanjutk... More

After : Satu
After : Dua
After : Tiga
After : Empat
After : Enam
After : Tujuh
After : Delapan
After : Sembilan
After : Sepuluh
After : Sebelas
After : Dua Belas
After : Tiga Belas
After : Empat Belas
After : Lima Belas
After : Enam Belas
After : Tujuh Belas
After : Delapan Belas
After : Sembilan Belas
After : Dua Puluh
After : Dua Puluh Satu
After : Dua Puluh Dua
After : Dua Puluh Tiga
After : Dua Puluh Empat
After : Dua Puluh Lima
After : Dua Puluh Enam
After : Dua Puluh Tujuh
After : Dua Puluh Delapan
After : Dua Puluh Sembilan
After : Tiga Puluh
After : Tiga Puluh Satu
After : Tiga Puluh Dua
After : Tiga Puluh Tiga
After : Tiga Puluh Empat
After : Tiga Puluh Lima
After : Tiga Puluh Enam
After : Tiga Puluh Tujuh
After : Tiga Puluh Delapan
After : Tiga Puluh Sembilan
After : Empat Puluh
After : Empat Puluh Satu
After : Empat Puluh Dua
After : Empat Puluh Tiga
After : Empat Puluh Empat
After : Empat Puluh Lima
After : Empat Puluh Enam
After : Empat Puluh Tujuh
After : Empat Puluh Delapan
After : Empat Puluh sembilan
After : Lima Puluh
After : End
Keira's
After Married
Gue kambek!
Cus!
Tasya Open PO

After : Lima

1.3K 109 7
By nurNongPit

Masih di malam yang sama dan dengan orang yang sama. Kini ketiga remaja itu sudah ada di dalam kamar besar milik Abila yang ada di lantai dua.

Ririn dan Lintang mengambil alih kasur besar milik Abila untuk mereka jadikan tempat beristirahat. Sedangkan pemiliknya sedang di kamar mandi.

Lintang menatap Ririn yang sedang berbaring di sampingnya, mengusap pipi Ririn dengan lembut penuh dengan kenyamanan, "Pipi lo makin jadi, makan apa sih, nyet?"

Ririn menabok telapak tangan Lintang pelan, "Sok nanya. Udah tau gara-gara lo tiap malam nganterin gue makanan."

Lintang terkekeh pelan. Tangannya beralih pada hidung Ririn, di mainkan layaknya sebuah mainan.

"Nanti kalo ga di kasih makan Kakak lo nyinyirin gue, pake segala bilang gue ga nafkahin lo lagi."

"Ah! Sakit!" Ririn menyingkirkan tangan Lintang yang terus mencubiti hidungnya.

"Rara lo dengerin. Pegel hati kalo ngeladenin dia mah." balas Ririn untuk pernyataan Lintang tadi.

Lintang menghela. Tangannya kembali berada dalam lingkup tubuh Ririn dan kali ini ada di punggung gadis itu. Memeluk.

"Nikah aja, yuk, Rin,"

Alis Ririn bersatu. Kalo ngomong kadang ga pake filter.

"Biar kaya Lio gitu. Gue takut lo di ambil orang atau mirisnya lo selingkuhin gue."

Senyum Ririn terbit, tangannya ikut bermain namun Ririn memilih pipi Lintang sebagai tumpuhannya.

"Udah bisa nafkahin gue belum? Udah ada rumah tingkat lima? Mobil? Kerjaan lo apa? Gajinya harus satu miliar sebulan, ya?"

Laki-laki itu membenturkan keningnya dengan kening Ririn yang hanya terpaut satu jengkal tangan.

"Lo minta di nafkahin apa meres gue?"

"Lo ga punya susu, apa yang mau gue peres!"

Lintang melongo mendengar ucapan Ririn barusan. Sudah dewasa rupanya.

"Yaudah, kalo gitu gue aja yang meres, gimana-

Plak!

Ririn menabok pipi Lintang kencang hingga berbunyi cukup nyaring. Lintang meringgis namun tertawa.

"Habis, lo duluan yang mancing gue, sih."

"Naenanya jangan di sini, di hotel kek yang modal. Dasar miskin!"

Kedunya langsung duduk bersila ketika mendengar suara Abila. Gadis itu baru saja keluar dengan handuk kecil yang di gunakan untuk membersihkan wajahnya.

"Kok duduk?" sindir Abila. Ia duduk di depan meja riasnya memperhatikan Lintang dan Ririn yang terlihat tegang.

Abila mengambil tonernya, menaruh di kapas lalu di aplikasikan di wajahnya.

"Bil, lo kalo ngomong kadang di saring ga sih?" ini Ririn. Wajahnya masih memerah menahan malu.

Abila diam-diam tertawa. Ia tau apa yang di lakukan oleh dua remaja itu, tapi sengaja mempermainkan agar mereka tegang.

"Kalian kalo mau naena mikir dulu ga?"

Pluk!

Lintang melemparkan bantal kecil milik Abila pada pemiliknya, seketika tawanya pecah.

"Mulut lo makin lama makin liar ya, bergaul di mana lo?!"

Abila hanya bisa geleng kepala dengan tawa. Ia berjalan mendekat pada pasangan kekasih itu, duduk di tepian kasur.

"Jangan jadi kaya Lio, Tang. Kasian Ririn kalo harus jadi Bila."

"Hah? Maksud gue bukan kaya Lio yang itu. Kaya Lio yang gue maksud itu nikah muda anjir! Ya kali gue mau nyakitin bidadari gue." alis Lintang bergerak naik turun, menggoda Ririn.

Abila berdecih, sialan sekali manusia di depannya ini.

"Ririn mau terbang? Silahkan, nanti Bila tangkap."

"Apasih." balas Ririn malu-malu.

Abila berjalan pada meja belajarnya, menumpuk beberapa map yang berantakan hingga rapi karena di satukan.

"Lintang, kunci motor Lintang tinggal aja, biar nanti Pak Yanto suruh orang untuk benerin motor Lintang."

Mata Lintang berbinar indah. Ia paham, pasti Abila akan membiayai penyervisan motornya.

"Lo mau bayarin, Bil?"

Abila menggeleng, "Anggep hutang, nanti Lintang kerja harus bayar."

"Sialan!" cicit Lintang.

Abila tertawa, "Bercanda, Bila yang bayar."

"Nah, kan enak. Gini, ya rasanya punya sepupu kaya tujuh turunan, kane sial hidup gue!"

Ririn sendiri hanya bisa menggeleng melihat percakapan dua orang di depannya. Kok bisa gitu, ya.

Abila menatap Ririn, "Pulang sekolah besok Bila jemput, ya, kita main di Cafe Kenangan. Sekalian Bila kontrol."

Ririn mengacungkan dua ibu jarinya, "Siap! Dengan senang hati!" hebohnya.

"Gue ga di ajak?" sambar Lintang.

Ririn dan Abila saling pandang, mata mereka menatap Lintang, "GA!" jawabnya kompak.

AT

Mobil merah milik Abila berhenti di sebrang rumah besar berlantai tiga dengan pagar besi yang menjulang tinggi. Di balik kaca mobilnya, Abila menatap pintu besi itu dengan nanar. Rasanya ia ingin sekali turun dan berkunjung ke dalam rumah itu.

Tapi, niatnya belum bulat.

Pintu besi itu terbuka membuat Abila dengan cepat menundukan kepala agar tidak terlihat. Ia mengangkat kepalanya lagi, ternyata motor Lio lah yang keluar.

Ya, Abila sedang memandangi rumah Lio dan Lia.

"Non, mau berangkat sekarang? Nanti takut terlambat." pak Kardi, supir pribadinya berucap.

Abila membenarkan posisi duduknya, "Iya, Pak, ayo jalan."

Bersamaan dengan jalannya mobil, nafas Abila terbuang, matanya terpejam dn tubuhnya bersandar pak sandara jok.

Bagaimana ia bisa melupakan sosok jahat itu jika setiap hari selalu melewati rumahnya.

Pak Kardi memperhatikan Abila dari kaca spion. Nonanya terlihat tidak sehat.

"Nona, sudah sarapan?"

Abila membuka matanya, tersenyum simpul pada pak Kardi, "Sudah, Pak."

"Kok pucat?"

Tawa Abila terdengar, "Oh, ini lupa pakai liptin Pak, jadi kelihatan pucat."

Pak Kardi manggut-manggut aja. Ia menjalankan mobilnya dengan sangat baik hingga sampailah mereka di depan gerbang SMA Merpati.

Abila turun dan tidak lupa menyalimi pak Kardi. Abila masuk ke dalam sekolah. Koridor sudah penuh di isi oleh banyaknya siswa dan siswi.

Senyum Abila terukir membalas sapaan seseorang yang menyapanya.

Memasuki lantai tiga membuat langkah Abila terhenti, mengapa kelasnya ribut sekali?

Abila berjalan kembali dan sampailah ia di depan pintu, memandangi keadaan kelasnya yang super ajaib. Di sana, di atas meja guru, ada Raka yang tengah duduk dengan sapu yang ia jadikan mic.

Abila gelang kepala ketika suara sederhana mengalun begitu saja.

"Aku anak ... "

"SETAN!"

"Tubuhku bau ... "

"MENYAN!"

Abila berjalan masuk dengan kekehan. Ia duduk di samping Keira yang juga sedang ikut menyambung kata dengan yang lainnya.

"Karena Ibuku, ratu ... "

"SILUMAN!"

"Semasa aku bayi, selalu di beri asi, makan ... " Raka mengarahkan gagang sapu pada teman-temannya.

"BERNANA DAN DARAH SEGAR!"

"Berat badanku di timbang ... "

"KUNTILANAK!"

"Pos setan menunggu setiap ... "

"MALAM!"

"Bila aku diari Ibu selalu waspada, pertolongan ... "

"POCONG! SELALU SIAP SEDIA!"

Raka mengakhiri konsernya dengan tepuk tangan. Para temannya tertawa, ini cukup menghibur.

Keira yang ada di samping Abila terkekeh melihat wajah Abila yang dapat di katakan tegang. Keira paham betul dengan situasi Panca Buana yang berbanding terbalik dengan Merpati yang bobroknya sampai sel darah putih.

Pasti Abila shok!

"Jangan kaget, kelas ini emang ajaib."

Abila menoleh pada Keira. Ia tertawa, "Iya, ajaib." jawabnya.

"Raka sering begitu, ya, Kei?" Abila bertanya.

Keira mengangguk, "Sering, dari kelas sepuluh Raka emang receh. Ada aja lagu yang ga masuk di otak."

"Balonnya... ada ... "

"DUA!"

Kali ini hanya siswa sajalah yang bernyanyi, sedangkan para siswi terlihat malu mendengar nyanyian selanjutnya.

"Ku pegang ... "

"MARAH-MARAH!"

"Ukurannya ... "

"BERAGAM!"

"Tapi tetap ... "

"MENGGODA!"

Suara tawa terdengar merdu. Keira geleng kepala, rasanya ia ingin melempar kepala Raka dengan sepatu miliknya.

Abila merasa malu mendengar liriknya. Ia sebagai perempuan ingin marah namun di pendam karena sadar jika ini hanya hiburan semata.

"Raka mulutnya minta gue tabok!" cicit Keira.

Dava di belakang pun sama, hanya bisa memperhatikan.

Dalam hati Dava berucap, "Bukan teman gue."

After that

Vote dan komennya jangan lupa yaaa

Continue Reading

You'll Also Like

58.6K 3.7K 49
Andhika Varen Anargya. Bad boy SMK Cakrawala yang sangat payah dalam urusan cinta. Dia tidak sadar jika ada tiga cewek yang menyukainya. Yang pertama...
120K 10.1K 53
~Dia datang dengan membawa sebaris tanya dan seikat tawa~ Benua Aksa Prawiba, sang pawang matematika. Sumber jawaban berjalan di SMA Darma, berkencan...
22.6K 1.9K 61
NOTED: Terinspirasi dari kisah nyata. New version! _________________________________________ Luka memang nyata. Namun, mengapa setiap luka yang Zifa...
207K 28K 46
πŸ“š PART LENGKAP #KARYA 9 Tampan, pimpinan geng terkenal di sekolah, dari keluarga kaya raya bin keturunan bangsawan kraton. Paket komplit seorang Bi...