KKN 17

By bypnvu

868K 133K 92.7K

Bukan cerita dewasa [Side story of KKN] Thx to mbak joya for the adorable cover photo ๐Ÿ™๐Ÿฟ More

0.0 UGD
1.1 Grup Dewasa
1.2 Kasihan Woozi!
1.3 Rapat Kabinet
1.4 Observasi
1.5 The Hunger Games
1.6 Yoongi Namanya
1.7 Pesugihan?!
1.8 Gibahan Dosen
1.9 Teori Konspirasi
2.1 Pagi Kelabu
2.1.1 Yah, Namanya juga Hidup!
2.1.2 Sinetron Malam
2.2 Sudah Pagi
2.3 Awal Kegiatan
2.4 Dia Aneh
2.5 Curi Pandang Curi Rasa
2.5.1 Kenapa Harus Peduli?!
2.6 Pagi Bersama Sandi Morse
2.6.1 Menghilang
2.6.3 Gundah
2.6.4 Ayo Marah
2.6.5 Hari Teletabis
2.7 Rumah Kita
2.7.1. What Happen dengan Woozi?
2.7.2 Ternyata...
2.8 Hdp krs yg mpk ksr
2.8.1 Kamu adalah Kodomo
2.8.2 Sebalut Sembilu
2.9 Level Persahabatan
2.9.1 Kesaksian
3.1 Antara Kupu-kupu dan Lemper
3.2 Oh Mantan...
3.2.1 Gifted
3.2.2 Life is Short
3.2.3 Butterfly has come
3.3 Inang
3.4 Hari Ini
3.4.1 Mamah Prostitusi
3.5 Titipan
3.6 Toleransi
3.7 Ayah dan Abi
3.8 Orang Baik
3.9 Tragedi Gebrak Meja

2.6.2 Gulana

13.5K 2.9K 2.4K
By bypnvu

Langit pagi langit kelabu
kembali lagi bersama saya yang semanis cau 🙃

kalau ada sumur di ladang, boleh kita menumpang mandi. Kalau ada umur yang panjang, boleh kita mandi bareng lagi.- I Made Deka tidak suka Mandi.

Di pagi mendung yang bertemakan rindu Yoongi sudah bergegas ke kota dengan mobil mewahnya, berbekal lemper Mang Jeonghan yang menemaninya di sepanjang perjalanan, tanpa terasa dia sudah menghabiskan tujuh biji. Lemper Mang Jeonghan memang yang terbaik.

Dia memarkirkan mobil di parkiran khusus dosen yang lumayan sepi, hanya terisi beberapa mobil, termasuk Cimoy, pacarnya Jinan.

Dia menatap dirinya di kaca depan sembari membenarkan rambut.

"Coba lihat siapakah lelaki tampan satu ini aiguh," pujinya pada diri sendiri.

Dia tersenyum lalu merogoh kantung celana seharga laptop yang belum juga dia cuci, saat menarik ponselnya keluar, dia merasakan sesuatu jatuh di sebelah sepatunya.

Dia menunduk, mengambil gantungan kumamon kecil yang ternyata sudah menginap beberapa hari di dalam kantung celananya. Dia tersenyum, lalu digandulkan kumamon itu pada kaca depan, dia berniat mencuci celananya pulang nanti, kalau ingat.

Dia keluar mobil dengan menyampir tas laptop, tak lupa plastik berisi sampah daun pisang bekas lemper dan lemper yang tersisa satu biji.

Kakinya melangkah menuju gedung rektorat, selain untuk absen, hari ini ada rapat dengan dekan-dekan dari fakultas lain dan para petinggi UGENDUT.

Yoongi menghampiri meja resepsionis rektorat untuk absen. Dia mendekatkan matanya pada alat absensi retina mata.

Success

"Selamat pagi Pak Yoongi" sapa resepsionis cantik berhijab.

Yoongi tersenyum kecil, "pagi"

"Kemana aja baru keliatan?" tanyanya sembari menyerahkan map berisi absensi rapat.

"Abis..."

"...pesugihan ya?!" seru salah seorang resepsionis lainnya berambut pendek dan berkacamata.

Yoongi yang hampir menandatangani absensi rapat jadi terdiam, kepalanya terangkat untuk menatap resepsionis itu.

Resepsionis hijab itu langsung menyenggol lengan temannya, "hush sembarangan!" bisiknya yang masih dapat Yoongi dengar dengan jelas.

Yoongi kembali fokus menandatangani selembar kertas tersebut.

"Ya maaf, aku kan cuma takon (tanya)," jawabnya dengan logat medhok. "Soale dari kemarin banyak yang ngomongin soal pesugihannya Pak Yoong..."

"Hush!" resepsionis berhijab itu melotot, meminta temannya untuk tutup mulut. "Loba cetom maneh teh! (Banyak omong kamu!)" balas temannya lalu kembali menatap Yoongi takut.

"Maafin dia ya pak, kalau ngomong emang suka asal jeplak" katanya tak enak hati.

Yoongi menutup pulpen mahalnya, lalu tersenyum sembari memasukkannya ke dalam saku kemeja. Tak ada tanggapan darinya, dia hanya berlalu begitu saja meninggalkan meja resepsionis.

"Kamu sih!" seru si wanita berhijab yang merasa bersalah pada Yoongi.

Wanita medhok tadi langung melipat bibir ke dalam saat menyadari kalau dia salah bicara. "Ya maaf..." katanya menunduk.

"Tapi emangnya bener, Pak Yoongi pesugihan?" tanya wanita berhijab tadi penasaran.

"Sependengaran aku sih yo koyo ngono (ya kaya begitu)" jelasnya. "Dia kan juga anak baru, masa bisa jadi dekan, piye toh? Dekan kudu sing berpengalaman" jelasnya membuat si resepsionis berkerudung itu ikut mikir.

"Iya juga ya... Coba nanti aku tanya temen aku yang di FISIP, tapi kamu jangan begitu lagi ya depan Pak Yoongi!" peringatannya.

"Iyo" jawab resepsionis berkacamata itu dengan cemberut.

Yoongi hanya menghela napas panjang mendengar perbincangan mereka yang masih bisa ditangkap telinganya. Terkadang Yoongi benci punya pendengaran tajam, telinganya suka mencuri pendengaran yang tak seharusnya dia dengar tanpa izin.

Dia coba untuk melupakan semua itu dengan menggelengkan kepala.

Langkahnya mulai terlihat santai melenggang di lorong gedung rektorat. Namun matanya malah menangkap orang-orang yang menatap aneh ke arahnya. Dia menelan ludah dengan susah payah.

Apa ada yang salah dengannya?

Dia menunduk, memperhatikan penampilannya yang biasa saja. Tubuhnya juga tidak bau. Tapi kenapa mereka terus berbisik saat memandang Yoongi?

"Itu dekan baru FISIP yang pesugihan kan?" bisik seseorang yang berhasil Yoongi tangkap.

"Iya, dia yang punya anak tumbal itu"

"Jahat banget ya"

"Demi jabatan aja pake pesugihan"

Seketika napas Yoongi tercekat, dadanya bergemuruh, telinganya berdenging. Dia segera berlari ke kamar mandi.

Tanpa sengaja, dia membanting pintu kamar mandi dengan keras, tubuhnya bersandar lemah dengan meraup napas banyak-banyak.

Ntah apa yang terjadi hari ini. Dia tidak tahu apa yang sebenarnya mereka bicarakan, bahkan asal-usul berita itu dari mana, Yoongi juga tak paham.

Dia berjalan ke arah wastafel, meletakkan tas dan plastik lemper di pojokan, lalu membasuh wajahnya dengan air mengalir.

Dia menatap pantulan wajahnya di cermin. Setetes demi setetes air jatuh dari dagunya. Guratan kekhawatiran terpampang di wajahnya yang terlihat pucat. Jantung Yoongi berpacu semakin cepat.

Brakkk

Tiba-tiba bilik toilet terbuka, membuatnya terkejut setengah mati.

Seseorang keluar dari sana. Yoongi sepertinya pernah lihat dia, kalau tidak salah dia salah satu staff rektorat. Lelaki itu mencuci tangan di sebelahnya. Dapat dia lihat lelaki itu menatap menyeringai ke arahnya, lalu mendesis jijik seakan Yoongi adalah seekor ulat yang menggelikan. Lelaki itu keluar setelah mengeringkan tangannya dengan tisu.

Sekali lagi Yoongi menarik napas panjang, lalu menghelanya dengan susah payah.

Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa mereka semua membicarakannya?

Dia mengeringkan wajahnya dengan tisu, lalu menatap wajahnya dari pantulan kaca lagi, meyakinkan dirinya bahwa semua akan baik-baik saja, hari ini akan berlalu seperti hari-hari sebelumnya.

Diambilnya tas dan plastik lemper, dia pun keluar kamar mandi.

Kakinya kembali melangkah, coba menetralkan mimik wajahnya dengan hembusan napas.

'Ayo Yoong, gak usah dipikirin' gumamnya menyemangati diri sendiri dalam hati.

Sudut bibirnya sedikit terangkat, masih coba melupakan apa yang sedang terjadi, walau jantungnya terus berdetak dengan cepat.

Bibirnya semakin terangkat saat melihat Jinan duduk di pinggiran eco-park dalam gedung rektorat dengan dikelilingi oleh tiga mahasiswi. Pasti Jinan lagi buka praktik lagi, Jinan memang seperti Mamah Dedeh, curhat dong.

Terkadang Yoongi bingung, sebenarnya Jinan anak pemerintahan atau psikologi?

Dia melewati Jinan begitu saja, para mahasiswi yang tadinya tertawa langsung diam, seakan mendapat sinyal dari bau danur Yoongi yang menyebar di sepanjang langkahnya. Ketiganya pun menegang.

Padahal Yoongi hanya menyodorkan plastik lemper pada Jinan, bahkan tanpa menoleh dan terus berjalan.

Dengan cepat Jinan menyambarnya, dia melirik isi plastik tersebut dan hampir mengumpat, beruntung dia ingat ada mahasiswa di sini, jadi hanya berdecak kecil.

Yang benar saja dia dikasih sampah?! Dasar bocah gemblung. Sungut Jinan dalam hati.

Jinan mengubek isi plastik lagi dan menemukan lemper, tapi cuma satu. Tak masalah, satu saja sudah bikin bahagia.

"Cuma satu lempernya, bagi empat mau?" tanyanya yang langsung mendapat gelengan serempak dari ketiga mahasiswinya.

"Gak usah, buat bapak aja." sahut mahasiswi bernama Winter.

"Iya pak, takut haram," tambah mahasiswi satunya bernama Giselle.

"Haram?" Jinan mengernyit bingung.

"Iya pak, katanya Pak Yoongi pesugihan. Kali aja dia beli lempernya pake duit pesugihan" kata gadis berambut panjang bernama Karina.

Jinan membulatkan mulut bingung. Namun tak berapa lama malah terkekeh, tangannya mulai membuka daun yang melilit di lemper dan memakannya dengan santai, membuat Winter, Giselle, dan Karina berjengit takut.

Kalau kalian tanya Ningning kemana, dia sudah muncul di KKN sebelah, terima gajih.

"Kalian tahu dari mana Pak Yoongi pake pesugihan?" tanya Jinan santai.

"Dari temen pak" sahut Giselle sambil makan cilok.

"Di radio sama mading kampus juga pernah di bahas, pak" tambah Winter.

"Katanya ya pak, ini mah katanya loh... Saya denger-denger doang nih... Gak tau bener apa enggaknya... Beneran katanya ini mah ya..."

"Iya apa saodah?!" gas Jinan yang mulai kesal mendengar ucapan mahasiswinya yang muter-muter.

Karina terkekeh kecil, "katanya ya pak...katanya ini mah pak..."

"Oh minta diguyur?!" seru Jinan mengangkat botol Kokga-Kola miliknya, bermaksud bercanda.

Mereka pun terkekeh.

"Katanya, Pak Yoongi punya anak tumbal ya pak? Dari anak B.Indo"

"Oh iya, Bang Woozi kalau gak salah!" seru Winter menjentikkan jari. "Mirip banget asli"

"Manhtanh kehtuha BEM sehbehlum Bahng Mahesah kanh?" kata Giselle sambil mengunyah cilok kepanasan.

"Iya!" sahut keduanya bersamaan.

Giselle pun mulai menelan ciloknya, lalu menggedikan bahu. "Jangan-jangan kepilih jadi Ketua BEM gara-gara ikut pesugihan sama bapaknya lagi" katanya yang berhasil membuat kedua temannya ikut menggedikan bahu.

Jinan memasukkan sisa lempernya ke dalam mulut, lalu menepuk-nepuk tangannya yang lengket, niatnya mau membersihkan tangannya tapi yang ada malah lengketnya menyebar ke telapak tangan satunya. Pintar.

Dia menghembuskan napas panjang seraya berkata, "koloon jongon osol porcoyo hoox!" kata Jinan dengan mulut penuh lemper.

"Bapak ngomong apa baca mantra?" tanya Giselle bingung.

"Minum dulu pak minum," Karina yang duduk di sebelah sang dosen pun memberikan botol Kokga-Kola pada dosennya.

Jinan menelannya, baru setelahnya menegak minuman berkarbonasi sampai habis, diremasnya botol itu lalu dimasukkan ke dalam plastik dan dibuang ke tempat sampah yang tak jauh darinya.

"Kalian jangan asal percaya hoax." ulangnya sembari mengusap bibirnya yang seksi dengan punggung tangan.

Membuat ketiga mahasiswinya menjerit dalam hati, rasa ingin menjadi istri Pak Jinan semakin tinggi.

"Ya iya sih pak, tapi kan bisa aja Pak Yoongi beneran pesugihan, bapak sama Pak Yoongi aja tuaan bapak, masa Pak Yoongi udah punya anak tiga biji," kata Winter sambil menyolok cilok milik Giselle.

"Udah tua lagi anaknya, pak" sahut Giselle menarik kembali plastik ciloknya.

"Tau pak, lagian siapa yang bisa jamin kalau Pak Yoongi gak pesugihan? Secara Pak Yoongi kan dosen baru di FISIP, tapi udah bisa jadi dekan gantiin Pak Kalan..."

"Saya." potong Jinan tegas, "saya yang jamin." lanjutnya membuat ketiga mahasiswi itu langsung bungkam ketakutan.

Bahkan ciloknya Giselle ikut ketakutan dan tertelan bulat-bulat, membuat sang empu terbatuk-batuk. Dengan baik hati Winter memberikan minumannya yang sisa tetes terakhir.

Mata tajam Jinan kembali redup saat merasa perubahan atmosfer di antara mereka menjadi tegang. "Kalian lupa saya temennya? Ya walaupun aslinya gak mau ngakuin juga sih" katanya bergurau.

Ketiga maba itu mulai tergelak kecil menanggapi gurauan dosennya.

Bibir lebarnya tersenyum lembut menatap satu-persatu mahasiswinya. "Saya jamin Pak Yoongi tidak akan macam-macam, apalagi sampai pakai pesugihan"

Sebenarnya Jinan sendiri tidak yakin dengan apa yang dia katakan, sedekat apapun mereka, Yoongi tidak pernah terbuka soal kehidupannya. Awalnya Jinan pikir Yoongi bekerja sebagai baby sitter Woozi, Woong, dan Hwall, tapi pemikirannya berubah saat melihat muka ketiganya yang mirip kloningan Yoongi.

Yoongi memang tertutup, tapi yang bisa dia pegang saat ini adalah Yoongi tidak mungkin melakukan hal aneh di luar nalar. Jangankan pesugihan, nonton pengabdi setan saja Yoongi sampai baca Al-Baqarah saking takutnya.

Hah, Jinan jadi merasa bersalah, sahabat macam apa dia yang tidak tahu seluk beluk temannya sendiri.

---

Sudah dari sejam yang lalu Yoongi duduk tampan mendengar ocehan sang rektor. Sebelumnya dia sempat kelimpungan mencari Baekhyun yang dia pikir sudah melompat ke Kalimalang karena chatnya tadi malam, beruntung orang itu malah sibuk tidur sambil mangap di ujung meja selama rapat.

Yoongi tersenyum kecil melihatnya.

Dia jadi ikut ngantuk, bosan mendengar ceramah ayahnya Pak Baekhyun yang kebanyakan pakai kata 'anu'. Akhirnya dia memainkan ponsel secara sembunyi-sembunyi.

Kalian pikir hanya para mahasiswa yang melakukan hal ini? Dosen juga sama.

Yoongi memilih membuka aplikasi wasap, mengecek statusnya yang dia upload beberapa jam yang lalu.

[]

69 orang melihat status Anda, tapi tidak ada yang mengomentarinya, apa lempernya kurang aesthetic di ponsel kalian?

Yoongi pun memilih untuk membuka status-status orang daripada harus overthinking soal statusnya.

Baru saja dia membuka status orang, tapi sudah hampir memaki.

Bagaimana tidak, pagi menjelang siang begini sudah disuguhi kapal uwu. Yoongi kan jadi iri.

Terlebih dengan caption yang Jinan buat, apa itu ayah ayah, rasanya Yoongi mau muntah.

Hah, sepertinya Jinan dan Jeka harus dirukiyah.

Kembali dia menggeser foto lain, tapi pop up notifikasi menghantui ponselnya. Dia membuka notifikasi itu dan ternyata ada balasan untuk storynya, dia tersenyum senang. Akhirnya ada yang mengomentari statusnya.

Namun senyumnya menghilang saat yang dia dapati adalah dalil dari anak didiknya.

Dia terkekeh kecil lalu membuka laman emoji untuk membalasnya dengan emoji jempol ke atas, namun nahas jempolnya terpeleset dan menekan emoji love.
Dia mengutuk dirinya sendiri saat balasan yang baru saja dia kirim sudah di read oleh Hoshi.

Dia mengatukkan kepala ke meja beberapa kali.

Mohon maaf ini cerita KKN, bukan cerita ganda putra, jadi tidak akan ada adegan seuwu Seojun dan Suho.

"Bego bego bego, gimana kalau tuh anak mikir yang aneh aneh" gumamnya masih mengatukkan kening ke meja, hingga membuat satu ruangan menoleh ke arahnya.

Merasa semua pasang mata menatap ke arahnya, dia pun mengangkat wajah lalu menunduk sopan untuk meminta maaf.

Dia mendesah malu lalu memasukkan ponselnya ke kantung celana lagi.

Baekhyun yang tidurnya terganggu langsung melotot ke arah Yoongi, dia menunjuk Yoongi lalu memberi jempol ke bawah dan membawa jempol itu ke lehernya, membuat gaya seakan-akan ingin menggorok Yoongi karena berhasil mengganggu tidurnya.

"You-end" katanya tanpa suara.

Yoongi menatap aneh Baekhyun seperti ini,

Lalu dia mendecih dan berusaha fokus pada Pak Sooman yang sedang membicarakan soal Tukang Fotokopian.
Dia mendesah kecil, duh kalau Hoshi mikir yang macam-macam bagaimana?

Ah sudahlah, kenapa juga harus dia pikirkan.

Beruntung Pak Sooman menyudahi rapat hari ini dengan tepuk tangan, Yoongi yang tidak tahu apa-apa hanya ikut-ikutan bertepuk tangan. Para dekan dan komite kampus mulai meninggalkan ruangan satu-persatu, Yoongi juga mulai membereskan barang-barangnya.

"Katanya ada dosen baru di sini yang pake dukun ya?" seru salah seorang dekan.

"Hah? Siapa?!" jawab yang lainnya.

"Katanya dari FISIP, yang gantiin Pak Kalandra, katanya jadi dekan pake pesugihan jabatan"

"Ah yang bener?"

"Iya, begitu kata mahasiswa-mahasiswa saya"

"Malah kata mahasiswa saya dia punya anak tumbal, dari fakultas saya lagi anaknya" sahut dekan FIB.

Yoongi terdiam, gosip itu lagi. Dia bukannya geer, tapi yang mereka bicarakan pasti Yoongi. Hah, dia mulai benci mendengar kata Pe-su-gi-han.

"Yang mana sih orangnya?" tanya salah seorang dekan dengan nada penasaran.

Seketika mata keempat dekan tersebut berhenti pada Yoongi yang sedang memasukkan laptop ke dalam tas.

"Iya, dia dekan baru FISIP yang gantiin Pak Kalandra" sahut Baekhyun tiba-tiba.

Keempat dekan itu terkejut.

Baekhyun mendekati Yoongi, lalu merangkulnya, membuat lelaki seputih susu itu ikut terkejut mendapat perlakuan tiba-tiba dari sang warek.

Padahal baru lima menit yang lalu Baekhyun ingin membunuhnya, sekarang sudah main rangkul-rangkulan.

"Dia mantan anak bimbingan istri saya dulu, ya maklum karena pintar jadi saya tarik ke UGENDUT," jelasnya dengan senyum manis, membuat keempat bapak-bapak di sana bungkam. "Mau jadi dekan UGENDUT gampang kok, gak perlu dateng ke dukun, langsung aja dateng ke saya." kata Baekhyun santai. "Asal punya mutu yang bagus dan berbobot, akan saya pertimbangkan untuk pengajuan ke komite kampus" jelasnya yang membuat keempat dekan itu semakin malu.

"Kalau begitu kami permisi dulu bapak-bapak dekan yang terhormat" pamitnya dengan menunduk sopan, lalu menarik Yoongi keluar ruangan. Mau tidak mau Yoongi mengikuti langkahnya.

Baekhyun mendengus sebal saat sudah berada di luar aula rapat, dia membuat gerakan seakan-akan ingin menonjok mereka.

"Lo pikir UGENDUT sarang setan, segala pake pesugihan" omel Baekhyun mengayunkan kaki ke arah pintu, seolah sedang menendang orang-orang itu.

Yoongi yang berdiri di sebelahnya hanya menjengitkan alis menatap Baekhyun.

"Bukannya lu juga nuduh gue pake pesugihan, mas?" tanya Yoongi sambil melipat kedua tangan di depan dada.

Baekhyun terpaku mendengar ucapan Yoongi. Dia menelan ludah dengan kasar. Kalau dipikir-pikir iya juga. Dia kan suka bergosip soal Yoongi di grup wasap, terlebih dia baru saja masuk ke dalam geng PPKI (Panitia Pergibahan Kampus Ih Anjoy) yang berisikan 4 mahasiswa bernama Hoshi, Tenny, Sorn, dan Jaehwan Jaelani.

"Y ya tapi kan itu beda lagi..." katanya mulai berjalan menjauh.

"Bedanya?" Yoongi semakin menaikkan sebelah alisnya.

"Ya bedalah pokoknya!" serunya kesal. "Yang boleh gosipin lu soal pesugihan cuma gue, tanpa izin gue gak ada yang boleh, paham lu?!" kata Baekhyun melotot kesal.

Lelaki es itu hanya mengedipkan mata bingung. Tak paham lagi dengan cara berpikir seniornya ini. Pantas saja Bebby luar biasa bikin naik pitam, ternyata turunan dari bapaknya.

"Udahlah gak usah dibahas, ayo ke ruangan gue dulu," katanya membuka kasar pintu ruang kerjanya yang masih satu lantai dengan ruang rapat.

Mau tak mau Yoongi pun menerima perjamuan kasar itu, lagi pula Yoongi haus, dari habis makan lemper tadi dia belum minum, kayanya OB tadi salah masukin gula ke teh, alhasil tehnya asin, begitu kata dekan FE yang jadi korban, beruntung Yoongi belum minum.

Di sinilah dia sekarang, menikmati sesersap kopi cobain kuy yang dibuat oleh Baekhyun. Dia meletakkan cangkir ke meja saat melihat mantan dosennya yang berubah jadi seniornya menatap ke arahnya.

Yoongi menelan kopi dengan susah payah, lalu berusaha mengalihkan pandangan saat Baekhyun menatapnya tepat di mata.

Dia berdehem, berusaha menormalkan dirinya sendiri dari kecanggungan. Tak tahu kenapa, dia paling tidak bisa beradu mata dengan orang lain. Rasanya...aneh?

"Lu udah ke makam Brigit?" tanya Baekhyun memulai obrolan.

Yoongi menggeleng.

Baekhyun tersenyum kecil, "mampir sebentar, lu udah jarang ke makamnya sekarang"

Benar, semenjak disertasi, ditambah jadi seorang DPL, Yoongi tidak lagi ke makam Brigitta. Padahal dulu hampir setiap hari Yoongi menyambanginya.

Bisa dibilang kedekatan Yoongi dan Brigitta seperti ibu dan anak. Brigitta mantan dosen sekaligus pembimbingnya saat masih menempuh S1. Beliau juga yang bisa membuat Yoongi tersadar tentang arti penting kehidupan, karena sebelum itu Yoongi sama sekali bukan anak baik-baik, bahkan jauh dari kata 'anak baik-baik.'

Pergi malam, merokok, membuat onar, mabuk-mabukkan, bolos kuliah, semua pernah Yoongi rasakan. Bahkan tindikan di telinganya yang pernah disinggung Bebby saat awal KKN juga sebagai saksi kalau Yoongi memang tidak sebaik itu dulu. Yoongi hidup tanpa mimpi, yang selalu dia tanamkan dalam dirinya adalah, saya anak bajingan yang membuat semuanya berantakan.

Namun dia beruntung bertemu dengan dosen yang bisa menyadarkannya akan pentingnya kehidupan, merubah pola pikir dan cara pandangnya. Sampai akhirnya dia berubah dan bisa menjadi lebih baik seperti sekarang.

Jika bisa memilih antara Bu Brigitta atau ibu kandungnya, Yoongi akan memilih Bu Brigitta, karena beliau yang selalu ada untuknya. Ya, Yoongi tinggal sendiri di sini, tanpa ayah dan ibunya. Kedua orang tuanya hanya menyokong dalam hal materi tanpa pernah mengajarkan arti kehidupan dan kasih sayang.

Sampai saat Yoongi lulus dengan nilai memuaskan, Baekhyun, suami Brigitta memberi kesempatan padanya untuk bergabung ke UGENDUT, melanjutkan kuliah dari beasiswa kampus dengan syarat harus mengabdi pada UGENDUT setelahnya. Yoongi menyanggupi itu.

Dia tidak punya mimpi, tapi setidaknya dia punya kesempatan untuk mulai bermimpi.

Yoongi tersenyum kecil mendengar ucapan Baekhyun, lalu mengangguk. Memang rencananya setelah ini dia ingin datang ke sana, sudah rindu juga ingin melihat wanita itu walau hanya dari batu nisan.

Seketika ruangan itu sunyi untuk sementara waktu, Baekhyun menghela napas panjang.

"Tolong jaga Bebby...demi Brigit" katanya dengan menggigit bibir dalam.

Yoongi terdiam. Kata-kata dari chat itu dia dengar secara nyata sekarang, dia sendiri tidak tahu apa makna yang tersirat dari ucapan Baekhyun.

"Lu gak ada niatan bunuh diri kan mas?"

Pletakkkk

Baekhyun melempar tutup gelas ke kepala Yoongi dan beruntung saja tepat sasaran, membuat Yoongi meringis kesakitan.

"Gila ya lu?!" serunya kesal.

"Ya gue pikir lu mau bunuh diri makanya ngirim pesan kaya semalem" dengusnya.

Baekhyun terkekeh kecil. Dia menyesap kopinya hingga setengah cangkir, lalu meletakkannya lagi.

"Gue gak segoblok itu kali," tubuhnya mulai rileks bersandar pada sandaran kursi. "Sefrustasinya gue gak bakal ninggalin Bebby gitu aja" jelasnya. "Gue titip pesan kaya begitu karena gak bisa jaga Bebby selama KKN, cuma lu satu-satunya yang bisa gue mintain tolong," suara Baekhyun melemah di akhir kalimat.

Baru kali ini Yoongi melihat Baekhyun selemah ini, biasanya dia yang paling kuat, terlebih jika sedang menggosip.

Memang benar, anak selalu bisa membuat orang kuat terlihat lemah, bahkan seekor singa tak mampu memakan anaknya sendiri.

"Cuma Bebby satu-satunya harta gue sekarang, dan gue gak mau harta gue hilang lagi." katanya. "Lu tau sendirikan gimana Bebby dulu? Dibully sama anak-anak sekelas," jelasnya dengan membuka luka lama yang membuatnya hampir menangis.

Yoongi terdiam. Dia pernah mendengar cerita itu dari Ayu.

"Gue cuma gak mau hal kaya gitu terulang lagi ke Bebby." katanya dengan menunduk, coba menahan air mata yang mulai mendesak keluar.

Yoongi terdiam, dia ingat bagaimana anak-anak kelompoknya memperlakukan Bebby kemarin-kemarin. Dan juga soal Woozi yang marah karena dia tetap bungkam soal kekurangan Bebby di depan anak didiknya.

Mungkin memang seharusnya Yoongi cerita pada anak-anak soal disleksia Bebby.

Yoongi tersenyum kecil.

"Gue jagain Bebby bukan demi Bu Brigit. Tapi emang kewajiban gue buat jaga anak-anak didik gue di KKN." balas Yoongi yang berhasil membuat wajah basah Baekhyun terangkat.

Terlihat lelaki beranak satu itu menghela napas, mengusap air matanya lalu tersenyum. Membuat Yoongi semakin melebarkan senyumannya.

"Thanks Yoong," gumamnya pelan.

Dekan baru itu mengangguk sebagai balasan.

Bukankah dia memang harus menjaga anak didiknya tanpa harus memilih siapa yang harus dia jaga? Mereka semua anak-anak Yoongi, jadi mereka semua tanggung jawab Yoongi. Begitu yang dulu Brigitta ajarkan padanya.

"Kalau gitu gue pamit dulu, mas" katanya melirik jam rolex yang melingkar di pergelangan kirinya. Dia pun berdiri dari single sofa.

Baekhyun mengangguk lalu menepuk pundaknya dengan bangga. Melihat Yoongi dia jadi ingat Brigitta. Dia ingat betapa dekatnya Brigitta dengan anak ini, pun Yoongi juga mewarisi sifatnya, kalau begini dia seperti membesarkan dua anak. Karena mau bagaimana pun Yoongi tetap anak didik Brigitta, istrinya.

"Hati-hati" pesannya.

"Yo!" balasnya. "Thanks buat kopinya," balas Yoongi menyampir tas ke pundak.

"Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam" balas Baekhyun.

Senyuman pun terbentuk manis di wajahnya, sesaat suara pintu terdengar ditutup, hembusan napas kembali memenuhi ruang kerjanya. Setidaknya dia merasa sedikit lega mendengar ucapan Yoongi.

Kini matanya beralih ke arah meja, ke arah foto dirinya bersama Bebby dan Brigitta yang tersenyum manis ke arah kamera. Dia mengambilnya, mengusap sebentar sebelum dia kembalikan ke tempatnya.

Dia pun ikut keluar ruangan bersama tas punggungnya, meninggalkan senyum Brigitta yang terlihat cantik di dalam foto tersebut.

---

Hai apa kabar? Maaf ya baru update lagi. Sebenernya ini part teh udah lama, tapi aku insinyur buat update, makanya lama banget gak diupdate.

Sebenernya ini juga part panjang banget makanya aku potong. Makasih ya buat kalian yang masih nunggu cerita absurd ini.

Semoga gak mengecewakan ya. Doain juga biar aku gak males update, soalnya aku juga mau cepet-cepet kelarin cerita ini, masih ada utang cerita KKN sebelah. T.T

Sehat sehat terus ya kalian, love you 💜

punten Juki, inginku ketjup?

Nitip doang nitip

Continue Reading

You'll Also Like

53.5K 4.5K 18
"kita akan berkeliling wisata nanti saat hesa sudah besar dan papa yang akan menjadi bos di perusahaan agar bisa meliburkan diri mengajak hesa dan ma...
104K 5.8K 33
โ˜ ๏ธ PLAGIAT DILARANG KERASโ˜ ๏ธ FOLLOW SEBELUM BACA!!! Menceritakan tentang seorang gadis bernama Ayla Humairah Al-janah, yang dijodohkan oleh kedua oran...
168K 19.2K 71
Ini Hanya karya imajinasi author sendiri, ini adalah cerita tentang bagaimana kerandoman keluarga TNF saat sedang gabut atau saat sedang serius, and...
142K 1.8K 43
Follow akun untuk membuka bab-bab terkunci ! . "Oh Jack.., please..." "Please for what?" "Udah, please berhenti.." . [SEQUEL BASTARD!] Warn21+ Cerita...