Mistake

By Exitozdki

21K 3.1K 440

Zefanya Annora, siswi penerima beasiswa di salah satu SMA elit ibukota. Zefanya selalu dituntut sempurna dala... More

Opening
Prolog
1
2
3
4
5
6
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21

7

639 127 8
By Exitozdki

Senja telah beranjak menjadi malam, hadirnya yang kian ditunggu-tunggu oleh para anak Adam untuk mengistirahatkan tubuh mereka dari segala aktivitas keseharian akhirnya tiba. Kelamnya yang membentang di langit tak luput dari hadirnya bintang serta bulan yang berperan sebagai penerang kegelapan.

Kamar bernuansa hitam putih itu hanya diterangi oleh lampu putih temaram, sesosok laki-laki yang duduk di atas kursi meja belajar terlihat sibuk dengan catatan-catatan miliknya, di tengah banyaknya buku serta kertas terselip secangkir kopi hitam yang mulai mendingin.

Meski besok adalah hari Sabtu, Sena tetap mempelajari beberapa materi yang masih sulit ia pahami. Seolah tidak ada libur untuk otaknya yang terus bekerja detik demi detik.

Sena memeriksa PR yang tempo hari dikerjakan oleh Zefanya. Mata tajamnya terlihat memperhatikan setiap angka yang gadis itu tulis. Rumus yang digunakan oleh Zefanya jauh lebih mudah dibanding dengan rumus yang ia dapatkan dari tempat les, meski ada beberapa bagian yang tidak ia pahami.

Sena meraih cangkir kopi dan menyeruput cairan pekat itu perlahan. Pemuda itu menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi, jemarinya terangkat memijat pelipisnya pelan. Sena lelah, tetapi saat bertemu dengan ibunya tadi, wanita yang masih cantik di umurnya yang sudah tak muda lagi itu mengatakan padanya untuk mendapatkan peringkat satu paralel di semester ini, jika tidak ancaman yang sudah berkali-kali ia dengar itu kembali muncul, membuatnya muak, tetapi tak bisa melakukan apa pun selain menurut.

Netra Sena kembali melirik halaman buku tulisnya yang masih terbuka, sudut bibirnya lantas tertarik ke atas. Dirinya hampir melupakan Zefanya, si gadis miskin sok polos yang dapat diperbudak untuk urusan apa pun, termasuk nilai.

Dengan cepat Sena mengambil ponsel yang ia simpan di laci meja belajar, pemuda itu kemudian mengirimkan pesan untuk Zefanya.

Cewek munafik

Besok pagi jam sepuluh datang ke rumah gue |

(Alamat) |

| Ada apa, Sena?

| Kenapa gue harus datang ke rumah lo?

Gak usah banyak tanya. Tugas lo cuma patuhin perintah gue |

| Iya

Zefanya baru saja mendudukkan bokongnya pada kasur kapuknya yang terasa keras. Gadis itu baru selesai mandi setelah pulang bekerja, Zefanya hendak mematikan lampu dan tidur. Namun, notifikasi pesan masuk pada ponselnya membuat ia mengurungkan niatnya.

Tangan Zefanya meraih ponselnya di meja belajar kecil yang tak jauh dari ranjang. Punggung sempitnya seketika menegang. Notifikasi masuk itu adalah pesan dari Sena.

Sena

| Besok pagi jam sepuluh datang ke rumah gue

| (Alamat)

Zefanya menghela napasnya berat. Ada apa? Salah apa lagi dirinya sehingga Sena memerintahkannya untuk datang ke rumah pemuda itu besok? Jika Sena hanya takut ia bertingkah curang saat mengerjakan soal lomba tadi, Zefanya berani bertaruh dengan beasiswanya jika ia mengerjakan hampir seperempat soal dengan jawaban yang salah.

Memilih tak memusingkan pesan Sena, Zefanya mematikan lampu kamarnya setelah mengirimkan balasan pesan pada lelaki tersebut. Gadis itu kemudian berbaring di atas kasur kecilnya dan memejamkan mata, berharap dunia mimpi jauh lebih baik dari dunia aslinya.

Pagi menyambut, sinar matahari sudah bersinar terang di atas langit, ditemani awan-awan tipis yang mengudara dengan indah.

Setelah membereskan rumah dan membuatkan sarapan untuk ayahnya, Zefanya pergi ke rumah Sana. Seperti permintaan pemuda itu, tepat pukul sepuluh pagi Zefanya berdiri di depan sebuah gerbang menjulang tinggi yang di belakangnya terdapat rumah bergaya eropa klasik bercat putih gading. Sangat kontras sekali dengan kontrakan mungilnya.

Selepas membayar ongkos ojek, Zefanya menekan bel di dekat gerbang berwarna hitam itu. Beberapa saat kemudian, muncul seorang satpam bertubuh kekar menyapa penglihatannya.

Tanpa basa-basi atau mendengar penjelasan Zefanya lebih dulu, satpam itu lebih dulu berucap, "Di sini gak nerima sumbangan, Dek. Cari di tempat lain aja."

Hati Zefanya mencelos, sebegitu lusuhkah penampilannya sehingga dikira sebagai relawan peminta sumbangan?

Zefanya meringis pelan. "B-bukan, Pak. Saya mau cari Sena," sahut Zefanya. Gadis itu tak berani mengungkapkan jika dirinya adalah teman pemuda itu. Zefanya juga masih mempertanyakan apakah ia dan Sena adalah seorang teman atau bukan, karena nyatanya selama dua tahun berada satu kelas bersama Sena, Zefanya jarang atau seingatnya bahkan tak pernah berbicara dengan Sana. Baru beberapa kali setelah kejadian malam itu Sena dan Zefanya terlibat sebuah pembicaraan.

Mendengar jawaban Zefanya, satpam itu mengerutkan keningnya, matanya menatap gadis itu dari atas sampai bawah.

Zefanya yang mendapat tatapan seperti itu lantas ikut memperhatikan penampilannya.

"Ada perlu apa sama, Den Sena?" tanya satpam itu curiga. Bisa saja, kan gadis di depannya ini adalah orang yang mengaku sebagai teman Tuan Mudanya? Motif penipu zaman sekarang sulit untuk ditebak.

"Coba, Bapak, tanya sendiri sama orangnya." Zefanya tak dapat memberikan jawaban pasti, karena ia sendiri tak tahu ada maksud apa Sena menyuruhnya datang ke rumah pemuda itu.

Setelahnya satpam tadi berkomunikasi dengan HT entah pada siapa. Tak sampai lima menit, Zefanya dipersilakan masuk ke dalam pelataran rumah besar itu. Untuk mencapai pintu utama, Zefanya masih harus melangkah sekitar tiga menit, benar-benar melelahkan. Apa pun yang diperintahkan oleh Sena selalu menjadi beban untuknya.

Tak seperti di luar tadi, ketika Zefanya masuk ke dalam bangunan mewah tersebut, ia langsung dipersilakan duduk dan disuguhkan secangkir teh.

Zefanya memperhatikan setiap sudut ruang tamu rumah itu, terdapat banyak sekali barang-barang yang ia yakini harganya dapat membiayai kebutuhan seumur hidupnya.

Terlalu fokus memperhatikan setiap sudut bangunan rumah Sena, Zefanya sampai tak menyadari pemuda itu telah berada di hadapannya dengan pakaian kaus dan celana pendek.

"Ikut gue," ucap Sena datar, tanpa menunggu jawaban Zefanya lelaki itu membalik badan dan berjalan dengan langkah lebar.

Zefanya menggerutu pelan, tetapi tetap mengikuti Sena dengan kepayahan karena tak dapat menyamai jalannya dengan langkah lebar pemuda itu.

Sena membawa Zefanya masuk ke dalam kamar pemuda itu. Kesan pertama yang dapat Zefanya berikan adalah rapi dan banyak sekali kertas serta buku yang bertumpuk, sedikit berbeda dengan kamar kebanyakan lelaki.

"Ajarin gue rumus fisika yang lo tulis di buku ini," ucap Sena.

Zefanya masih berdiri di ambang pintu yang sudah tertutup, bingung harus melakukan apa. Apakah ia harus duduk bersama Sena di atas karpet berbulu tebal yang tampak sangat nyaman? Atau tetap berdiri seperti orang tolol?

Sena berdecak pelan. "Cepetan! Gue nyuruh lo ke sini bukan buat berdiri di situ!" sungutnya kesal.

Dengan langkah kikuk Zefanya mengikuti Sena duduk di atas karpet berbulu itu. Jemari lentiknya meraih buku tulis Sena dan memperhatikan halaman yang dibuka oleh lelaki itu.

"Rumus yang ini? Yang PR kemarin itu?" tanya Zefanya pelan, jarinya menunjukkan sebuah soal yang telah dijawab.

"Iya."

Zefanya mengangguk lalu mulai menjelaskan rumus yang Sena maksud.

Ternyata Zefanya berbakat menjadi seorang guru, gadis itu menjelaskan secara rinci. Namun, tidak berbelit-belit.

Sena mengangguk pelan, mengerti dengan penjelasan yang diberikan Zefanya. Akan tetapi, matanya tak sengaja tertuju pada raut wajah serius gadis itu.

Dari atas sini, Sena dapat melihat bibir pink penuh itu bergerak menjabarkan angka serta langkah yang harus dikerjakan. Tanpa sadar Sena tak lagi memperhatikan penjelasan Zefanya, tetapi gerakan bibir yang gadis itu lakukan.

Penjelasannya telah selesai, Zefanya mendongak menatap Sena. "Ngerti, kan?"

Namun, bukan jawaban yang Zefanya dapatkan, melainkan kedua tatapan mereka bertemu. Tak lama, karena Sena memutusnya lebih dulu dan berdeham pelan.

"Iya."

Zefanya mengangguk kaku, sedangkan Sena memaki dalam hati. Bisa-bisanya ia terfokus pada hal yang tak seharusnya.

"Gue ada perintah baru. Setiap jam istirahat lo harus ajarin gue semua materi yang ada di buku catatan lo," ucap Sena berusaha mengalihkan keadaan.

Zefanya mengulum bibirnya gusar. "Kayaknya akhir-akhir ini gue bakalan sibuk sama urusan OSIS, gue gak tau bisa nyempetin waktu untuk ke perpustakaan atau enggak."

Sena mengangguk pelan. "Kalau gitu gue tinggal tunggu timing yang yang pas untuk ngungkapin kebusukan lo."

Zefanya menatap Sena dengan wajah memelas. "Please, Sena. Gue butuh banget beasiswa itu."

"Kalau gitu turutin perintah gue!" sahutnya tak mau kalah.

Zefanya menghela napas dalam, menyerah. "Iya, gue usahain. Nanti gue kabarin kalau gue udah di perpustakaan."

"Bagus. Inget, gue gak pernah main-main dengan ucapan gue. Lagipula gue heran, cewek kayak lo yang gue kira murid baik-baik ternyataㅡ"

Tok!
Tok!
Tok!

Ucapan Sena terpotong oleh ketukan di pintu kamarnya.

"Masuk!" perintah pemuda itu.

Pintu terbuka, menampakkan seorang pelayan wanita membawa beberapa camilan di atas nampan.

"Maaf, Den, ini saya bawakan camilan," ucap pelayan itu.

Sena mengangguk singkat. Sementara di tempatnya jantung Zefanya berdegup tak karuan, hampir saja rahasia bahkan sesuatu yang dapat membuat citra baiknya tercoreng di dengar orang lain.

Setelah pelayan wanita itu keluar dan pintu kamar telah tertutup rapat, Sena melihat wajah Zefanya yang tampak panik. Pemuda itu lantas menarik sudut bibirnya, menyeringai.

"Kenapa? Takut aib lo terbongkar? Gue bisa aja bilang itu ke seluruh dunia kalau lo berani nolak perintah gue," papar Sena kejam.

Zefanya menggeleng ribut. "Jangan! Gue mohon jangan! Gue akan turuti semua perintah lo."

"Emang itu yang seharusnya terjadi."

TBC

A/n: Don't forget to vote, follow and comment, see you next chapter!

Continue Reading

You'll Also Like

221K 4.6K 17
Kesepakatan gila yang diberikan Gavriel lalu disetujui penuh oleh Baek Dahyun, secara singkat membuat hidup Dahyun berubah drastis. Keduanya menjalin...
272K 19.3K 48
~Warning!~ •DILARANG PLAGIAT!! •up dua hari sekali •Mengandung beberapa kata-kata kasar dan adegan kekerasan⚠️ •Harap bijak dalam memilih bacaan! Rac...
503K 30.6K 44
Anak pungut sepertiku berharap apa dengan takdir? Benar katanya, aku tak pantas diperlakukan layaknya manusia, karena takdirku sudah terlanjur tengge...
690K 5.2K 26
di jadikan pembantu di rumah pengusaha kaya raya dan anak dari pengusaha kaya itu jatuh cinta kepada pembantu itu bahkan saat baru awal bertemu ia su...