Travis Mason [END]

By ridlvd

29K 3.7K 299

~Cerita ini original milik saya, mohon untuk tidak memplagiat, menyalin, dan membagikannya ke platform atau t... More

Ch. 1
Ch. 2
Ch. 3
Ch. 4
Ch. 5
Ch. 6
Ch. 7
Ch. 8
Ch. 9
Ch. 10
Ch. 11
Ch. 12
Ch. 13
Ch. 14
Ch. 15
Ch. 16
Ch. 17
Ch. 18
Ch. 19
Ch. 20
Ch. 21
Ch. 22
Ch. 23
Ch. 25
Ch. 26
Halo!
Ch. 27
Ch. 28
Ch. 29
Ch. 30
Ch. 31
Ch. 32
Ch. 33
Ch. 34
Ch. 35
Ch. 36
Ch. 37 [TAMAT]

Ch. 24

510 96 5
By ridlvd

Esok hari telah tiba ketika aku membuka mataku. Sejak semalaman aku terus memberitahu diriku jika semuanya akan baik-baik saja, dan hal terbaik yang dapat kulakukan adalah pergi ke penjara untuk sementara waktu. Ya... Hanya itu, sekalipun mungkin hal itu bisa menghancurkan diriku sendiri, tetapi untuk saat ini... hal yang setidaknya bisa kulakukan untuk membuat diriku terbebas dari pria bernama Steve dan melindungi pria lain bernama Travis adalah pergi darinya, dan tentu saja hal ini akan melindungiku pula dikemudian hari.

Masih sampai malam nanti hingga Steve dapat melaporkanku ke polisi, dan sudah semalaman aku memikirkan untuk pergi ke beberapa tempat yang ingin kukunjungi... Ya... sebelum aku pergi sejenak dari dunia ini. Jujur saja, sebenarnya tidak banyak tempat yang ingin kudatangi. Salah satu tempat yang mungkin terdengar konyol untuk menjadi keinginan dari orang-orang seusiaku adalah taman wahana bermain. Sejak kecil tidak pernah sekalipun aku pergi ke tempat seperti itu, terutama taman wahana bermain di dekat rumah nenekku. Mungkin terdengar aneh ketika aku memiliki keinginan kecil seperti itu. Namun, dulu... setiap kali kami mengunjungi nenek dan aku meminta Ayah untuk membawaku ke sana, ia akan mengatakan jika aku harus bersikap lebih dewasa dengan tidak merengek meminta hal-hal kecil seperti itu, sementara teman-teman seusiaku saat itu pergi ke sana bersama keluarganya dan menikmati setiap waktu mereka di sana.

Selain itu, aku juga ingin mengunjungi makam nenekku, tempat yang paling ingin kudatangi. Sudah sangat lama aku tidak datang ke sana dan berbagi cerita dengannya. Ia pasti akan merasa sangat senang ketika aku menceritakan tentang Travis... menceritakan tentang seseorang yang membuatku dapat kembali hidup seperti apa yang seharusnya.

Sebelum melakukan itu semua, aku berencana untuk pergi ke sekolah dan melalui satu kelas pertamaku, berharap aku bisa bertemu dengannya. Aku tahu, belum tentu Travis akan berada di sana, apa lagi setelah beberapa masalah yang kubuat untuknya, tetapi kupikir untuk saat ini, tempat paling aman yang dapat kudatangi untuk bertemu dengannya adalah di sekolah. Satu-satunya tempat dimana aku bisa berpamitan dengannya sebelum aku benar-benar pergi dari hidupnya.

Aku tahu, keputusanku itu lagi-lagi aku sangat menghancurkan Bianca, karena sekali lagi dengan tidak berperasaannya aku melanggar janjiku padanya, tetapi kuharap ia akan memaafkanku soal ini, karena ini akan kulakukan untuk yang terakhir kalinya.

Ini adalah keputusan yang berat, tetapi setelah memikirkannya matang matang, masuk penjara dapat membuatku benar-benar menjauh dari Travis, dan semua harapan Bianca tentang kehidupan putranya yang lebih baik akan segera terwujud. Dia akan baik-baik saja dan ia akan mendapatkan  kebahagiaan yang seharusnya ia dapatkan seperti sebelum ia mengenalku.

"Sayang, tolong jangan pulang terlalu larut ya? Keluarga Steve akan datang kemari untuk makan bersama nanti malam."

Kristal mengingatkanku tepat pada langkah terakhirku menapaki anak tangga terakhir rumah kami. Lagi dan lagi, bertingkah seolah menjadi Ibu yang baik. Aku tidak seharusnya menilainnya seperti ini karena mungkin saja Kristal lebih baik daripada Ibuku yang sebenarnya, karena sebenci apapun Krystal padaku, ia bahkan tidak pernah mencoba meninggalkan rumah ini, tidak seperti Ibuku. Jadi... apakah perasaan yang dimiliki Ibu kandungku adalah perasaan yang lebih dari kebencian terhadap diriku?

Aku tidak membalas permintaan Krystal, pandanganku kemudian teralih pada Ayah yang terlihat sibuk dengan sarapan pagi di piringnya. Sudah kukatakan aku tidak akan peduli pada apa yang terjadi padanya setelah ini. Namun, kuharap ia akan segera mendapatkan putri pengganti yang lebih baik dariku, putri yang lebih patuh dan berarti segalanya untuk hidupnya.

Tanpa mengatakan apapun, aku pergi meninggalkan mereka bersama kesibukan pagi mereka. Kepergianku dari sini nantinya tentu tidak akan berpengaruh besar pada mereka karena sebelumnya aku sudah seperti ini, selalu pergi dan selalu menjauh dari mereka.

***

Kelas pertama yang akan kulalui pagi ini adalah kelas matematika, dan hal itu bertepatan sekali dengan rencanaku untuk menemui Travis hari ini.

Aku melangkahkan kakiku masuk ke dalam kelas dan menemukan Travis berada di sana, di tempat duduk yang selalu ia duduki ketika kami berada di kelas matematika yang sama. Jujur saja, rasanya sedikit mengejutkan ketika Bianca membiarkan Travis masuk ke sekolah lagi setelah permasalahan kami dengan Steve. Namun, kedatangannya kali ini rupanya sedikit berbeda dari dirinya yang biasanya... biasanya ia tidak pernah menampakkan ekspresi apapun di wajahnya, tetapi sekarang ini ia tampak begitu murung. Jika aku tidak salah melihatnya, ia sempat melirik ke arahku dan menyadari keberadaanku di sana, tetapi ia sama sekali tidak menatap padaku.

Apa sesuatu terjadi padanya?

"Hey..." Lirihku menjaga suara, tidak ingin membuat kami menjadi pusat perhatian.

"Kau tidak seharusnya pergi ketika seseorang memiliki rencana lain denganmu."

Ia berbicara mengenai rencananya mempertemukanku dengan Nana kemarin.

Jujur saja, aku merasa sedikit terkejut ketika ia membalas panggilanku dengan cepat. Akhir-akhir ini, lebih tepatnya setelah kami berbicara kemarin, tampaknya Travis menjadi lebih tenang dan lebih terbuka denganku... dan kupikir... Apakah itu semua bisa disebut sebagai kenyamanan? Mengingat tidaklah mudah bagi seseorang sepertinya untuk berkomunikasi dan merasa nyaman dengan orang lain.

Mungkin ya, dan menyedihkannya ia merasa nyaman denganku ketika aku akan pergi meninggalkannya.

"Ah... Ya... Kemarin tiba-tiba saja aku ada urusan," ujarku sedikit tergagap.

Travis mengalihkan pandangannya ke arah lain. Ia tentu saja akan merasa sangat kesal, hubungan kami sudah baik-baik saja kemarin, tetapi tanpa mengatakan apapun padanya aku malah meninggalkannya dan mengagalkan rencananya untuk mempertemukanku dengan Nana.

"Aku minta maaf, okay?" Dia tidak menanggapinya.

Hening sejenak sebelum aku kembali membuka suara.

"Setelah kelas ini, bisakah kita berbicara sebentar?" Tanyaku padanya.

Ia sama sekali tidak mengatakan apapun untuk membalasnya, dan aku tidak akan memaksanya. Sesuai rencanaku kali ini, aku akan pergi setelah jam pertama kelas ini, setelah berbicara dengannya.

***

Setelah pelajaran selesai, Travis terlihat membereskan buku pelajarannya dengan lambat, tidak seperti Travis yang biasanya, yang selalu terburu-buru ketika melakukan sesuatu. Dan melihatnya melakukan hal itu membuatku menyadari jika ia tidak ingin berbicara denganku.

Bukankah memang sejak dulu ia tidak pernah ingin berbicara denganmu, Annie? Dia selalu diam dan satu-satunya orang yang memaksanya untuk berbicara padamu adalah dirimu sendiri.

Sepertinya sudah cukup aku melihatnya seperti ini. Apa spesialnya diriku hingga membuatnya mau kembali berbicara denganku setelah apa yang kulakukan padanya. Aku hanya seorang pengecut, pembuat masalah, dan pembawa sial yang selalu membuatnya berada pada kesulitan.

"Aku hanya ingin mengatakan padamu..." Aku tidak seharusnya memaksakan kehendakku untuk berbicara padanya, tetapi kalimat itu tiba-tiba saja keluar dari bibirku.

"Maafkan aku atas masalah apa yang terjadi dalam hidupmu. Setelah ini, semuanya akan baik-baik saja."

Ia tidak bereaksi apapun. Ia mungkin kebingungan dengan kalimat bodoh yang baru saja kuucapkan yang lebih terdengar seperti salam perpisahan untuk kehidupan terakhirku.

Bodoh.

Tidak menunggunya untuk membalasku, aku kemudian pergi meninggalkan kelas.

Semua orang terlihat memenuhi koridor sekolah, berjalan ke satu arah yang sama sementara aku memilih arah yang berbeda. Huh, bukankah ini yang selalu kulakukan?

Tanpa kesulitan, aku mengatakan pada penjaga sekolah jika aku merasa tidak enak badan dan diizinkan pulang ke rumah.

Menatap ke arah dimana mobilku terparkir, aku memutuskan untuk tidak menggunakan mobilku pergi kali ini, sepertinya akan terlalu mudah dan cepat untuk Steve ataupun Ayah menemukanku jika aku menggunakan mobilku sendiri, sehingga aku akan menggunakan bus.

Aku menunggu sejenak di halte bus. Ketika bus datang, aku meyakinkan diriku jika keputusan yang kuambil kali ini adalah keputusan yang sangat tepat. Dan akan lebih baik jika seperti ini, ketika aku pergi, perasaan Travis telah berubah menjadi suatu kebencian padaku, sehingga tidak akan sulit membuatnya melupakan gadis pengecut dan pengingkar janji ini dari hidupnya.

"Kehidupannya akan baik-baik saja tanpaku, ya, bahkan lebih baik." Lirihku pada diriku sendiri.

***

Continue Reading

You'll Also Like

ARSYAD DAYYAN By aLa

Teen Fiction

2M 107K 58
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
8.8K 640 40
Blurb Setelah Fauzan berhasil meyakinkan Risha untuk tinggal bersamanya dan Sima kembali pada Juna, tentu perjalanan kehidupan mereka tidak sampai di...
4.1M 241K 60
[USAHAKAN FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Menikah di umur yang terbilang masih sangat muda tidak pernah terfikirkan oleh seorang gadis bernama Nanzia anata...
97.1K 5.7K 59
Shafira Aaliyah Permana, gadis sederhana dan yatim piatu berusia 21 tahun yang harus menerima kenyataan pahit bahwa calon suaminya memilih kabur ber...