Langit Senja [SEGERA TERBIT]

By raaniifz

445K 27K 57.4K

[WAJIB FOLLOW DULU SEBELUM BACA!] [MASIH DALAM PROSES REVISI] Akibat mengalami kecelakaan yang menyebabkan ke... More

1. LANGIT
2. SENJA
3.SENJA BAGI REYNALD
4. ALASAN KITA BERTEMU (LAGI)
CAST
5. ALASAN KITA BERTEMU (LAGI) 2
6. MENCINTAI TANPA DICINTAI
7. SAPU TANGAN
8. SI CUEK YANG SOMBONG
9.PELAMPIASAN
10. SOSOK PENOLONG
11. GENGSI BERLEBIH
12. TERIMAKASIH, SINAR!
13. SEPATU DARI LANGIT
14. SENJA DAN PUTRI TIDURNYA
15. SEBUAH ALASAN
16. SELALU DIA
17. WELCOME HOME PAPA ARSYAD!
18. RENCANA
19. TERKUNCI BERDUA
20. KENAPA AYAH BERBEDA
21. PERASAAN
22. MENCOBA BERJUANG (1)
23. MENCOBA BERJUANG 2
24. LANGIT ITU LELAKI BAIK!
26. KEDEKATAN
27. PENGGANGGU
28. HARI BAIK
29. KECURIGAAN LANGIT
30. JEBAKAN UNTUK REYNALD
31. MURKANYA LANGIT
32. MOOD BOOSTER
33. PERMINTAAN MAAF ARKAN
34. HARGA DIRI
36. SAINGAN
37. DIA SAKIT
38. CEPAT MEMBAIK LANGIT
39. MOMEN BERHARGA
40. KEMAH BERUJUNG RESAH
41. MALAM DAN KAMU
42. TITIK TEMU
43. SEBATAS SENJA DAN DARATAN
44. SAYAP PELINDUNG
45. TITIK TERENDAH
46. PENANGKAL MIMPI
47. KEJUTAN UNTUK OLA
48. TENTANG RASA
49. MELANGKAH MAJU
50. PILIHAN REYNALD
51. PENGAKUAN
52. TERASA BERBEDA
53. HADIAH KECIL UNTUK GADIS MUNGIL
54. CINTA PERTAMA?
55. PULANG TERBAIK
56. SINAR BAGI LANGIT
57. KEPASTIAN
58. SURAT, MIMPI, DAN CERITA KITA YANG BELUM USAI
59. SERUPA HUJAN
60. SELAMAT BERLAYAR, KAPTEN!
61. SELAMAT ULANG TAHUN, SENJA!
62. DIA KEMBALI?
63. JATUH DAN CINTA
64. DIHADAPKAN PILIHAN
65. SEKEDAR BERTANDANG
66. UNTUK PELANGI YANG MEMBAWAMU PERGI
67. MENJAUH UNTUK MENJAGA
68. TANPA TEGUR SAPA
69. SEDIKIT MENEPI
70. PATAH DAN KALAH
71. BERITA BESAR
73. PENYESALAN
74. SELAMAT JALAN, PAPA KAPTEN!
75. SAPU TANGAN DAN ARAH JALAN PULANG
76. PERAHU KERTAS
77. PROM NIGHT
79. KEPUTUSAN SENJA
80. HUJAN DAN KEHILANGAN
81. LEMBARAN BARU
82. KUKIRA KAU RUMAH, TERNYATA HANYA SINGGAH
85. PENGHUJUNG CERITA (SELESAI)
NEW STORY
SEGERA TERBIT?

25. SALAH PAHAM

3.4K 275 58
By raaniifz

Pembaca yang baik adalah mereka yang tau caranya menghargai karya orang lain.

🎶Arsy Widianto feat Brisia Jodie - Dengan caraku

Jangan menasehati orang yang sedang jatuh cinta, itu sia-sia. telinga mereka tidak akan mendengarkan apa yang kau ucapkan, mata mereka tidak akan melihat apa yang kau perlihatkan.

****

Senja terjaga. Sayup-sayup ia membuka sedikit matanya. Tangannya spontan melindungi wajah dari terpaan sinar matahari pagi yang masuk melalui celah jendela terbuka. Dengan masih menutup mata sempurna, tangan gadis itu merayap meraih jam alarm di atas nakas. Mengangkatnya naik guna melihat pukul berapa saat ini.

"Oh baru jam tujuh lewat lima," kelakar Senja. Masih belum sadar rupanya. Lantas kembali menutup mata sambil menarik selimut tebalnya hingga atas kepala.

"HAH JAM TUJUH LEWAT LIMA?!" pekik Senja membulatkan kedua matanya seketika begitu sepenuhnya sadar hari sudah menjelang siang.

Detik dimana Senja merutuki diri sebab semalam tak kunjung lelap, secepat kilat ia menyibak selimut. Berlari menuju kamar mandi tanpa mau membuang-buang waktu lagi.

"MAMA KENAPA GAK BANGUNIN SENJA?!"

"BIASANYA JUGA KAMU GAK KESIANGAN!" Mama hanya bisa membalasnya dengan berteriak juga dari arah dapur lantai satu begitu suara Senja terdengar menggema.

Selang beberapa menit kemudian, Senja telah rapi dengan seragam lengkap dengan dasi. Menuruni lantai satu dengan terburu-buru. Lantas dengan sigap menegak segelas susu buatan Mama tanpa banyak berkata.

"SENJA KAMU NGGAK SARAPAN DULU?!" pekik Cantika geleng-geleng kepala melihat si sulung yang nampak terburu-buru.

"UDAH SIANG BANGET MA, SENJA SARAPAN DI SEKOLAH AJA! "balas Senja setengah berteriak.

Langkah kaki membawanya pada seorang supir yang tengah menikmati kopi di pagi hari. Sejujurnya Senja tidak tega mengganggu waktunya, namun kali ini saja ia harus memaksa supirnya itu untuk cepat mengeluarkan mobil dari dalam bagasi.

****

Bukan menjadi kebiasaan untuknya datang terlambat. Mungkin hanya sekali dua kali saja, namun di satu sisi Senja juga harus mengerti jika sekolahnya begitu ketat. Kini, dengan kedua tangan mengalungi jeruji besi gerbang, Senja mengerjap beberapa saat pada salah seorang satpam yang nampak duduk tenang membiarkannya tidak bisa masuk ke dalam gedung sekolah.

"PAK, AYOLAH BUKA PINTUNYA! BESOK SAYA BAWAIN JANDA ANAK DUA!"

Namun meski begitu, Senja masih tetap memaksa. Dilihatnya satpam bertubuh gempal itu menyeruput secangkir kopi sebelum mengangkat pandangan. "Pulang aja lu. Mau nyogok pake gadis atau janda nggak bakal mempan."

"PAK BOTAAAAAKK!" Senja mulai dilanda frustasi tingkat tinggi.

Gadis itu bahkan tak sungkan berpura-pura menangis sejak tadi. Masalahnya jika Senja pulang sebelum waktu pulang sekolah, sudah pasti Mama memarahinya habis-habisan di rumah.

Mama akan menceramahi Senja sekiranya 24 jam hanya karena Senja datang kesiangan. Ia akan dibanding-bandingkan dengan adiknya—Bulan, lalu uang jajan juga jadi ancaman.

Di tengah perasaan yang penuh kekalutan, samar-samar Senja mendengar bunyi siulan. Disusul suara datar bernada ejekan yang amat Senja kenal.

"Heh sinting, lo telat juga?"

Praktis Senja menoleh ke belakang. Mendapati Langit yang sekonyong-konyong berjalan sambil mengisap sebatang nikotin yang terselip di antara kedua jarinya. Dia bertanya tepat ketika kelupan asap mengapung di udara.

"Nama aku Sinar Senja. Bukan sinting!" ujar Senja menatap sengit Langit.

"Ya kan sama aja. Sama-sama dari huruf S."

"Terserah deh terserah!" sentak Senja tak mau ambil pusing. Bukankah Langit memang selalu menciptkan perdebatan panjang diantara mereka?

Jika kemarin Senja masih bisa mentoleransi karena dirinya juga ingin mencari tahu banyak tentang Langit, tapi kini ia harus menunda misi itu sebab kini fokus Senja hanya terkunci pada satu hal. Ia harus sampai ke kelas bagaimana pun caranya sekarang.

"Lah marah-marah," delik Langit menatap heran. Cowok itu membuang putung rokok begitu saja, lalu diinjaknya kasar di bawah tanah.

Satu hal yang membuat Senja menatapnya dengan sebelah sudut bibir terangkat naik. Langit begitu cuek dan berani. Padahal ia masih di wilayah sekolah.

Memangnya SMA Pandawa ini punyanya apa?

Senja baru akan bertanya dengan nada yang persis sama dengan cowok itu, apakah Langit kemari dengan berjalan kaki? Namun ia kembali mengatupkan mulut setelah netranya tak sengaja menatap motor merah yang terparkir tak jauh halaman depan sekolah.

Mengabaikan pemikiran berkelana semenjak datangnya seorang Langit Angkasa, Senja kembali merengek pada Pak botak yang kini menjelma persis seperti orang kantoran ketika dia membaca koran. "PAK!!"

"Udah jam delapan, bocah! Kalau gua tetep masukin lu ke dalam yang ada gua dimarahin guru BK," ujar Pak botak yang gaya berbicara nyaris seperti anak muda.

"PAK, KALI INI AJA. NGGAK AKAN KETAUAN GURU BK KARENA SAYA BAKALAN DIEM-DIEM PERGI KE KELAS. AYOLAH, PAK..." Senja mulai memohon dengan menyatukan kedua tangan di dada.

"Enggak ada, nggak ada." Tapi si Bapak malah menolaknya mentah-mentah.

"BAPAAKKKK!!"

"Berisik banget lo! Gue sumpel juga tuh mulut pake kaos kaki."

Senja tersentak. Lantas menoleh menatap Langit yang berdiri di belakang perlahan-lahan. "Emangnya kamu nggak mau masuk juga?"

Bukannya mengangguk, Langit justru mengangkat bahunya acuh. "Enggak."

"Lah terus mau kemana?" Senja bertanya seiring langkah Langit yang mulai berjalan meninggalkannya. Cowok itu menaiki motor, lalu memakai helm seolah dia tidak berniat ke sekolah.

"Gue mau pulang," ujar Langit sesantai-santainya ia menginjak pedal gas kuat-kuat.

Sepasang mata jernih Senja membelalak. Sebelum cowok itu benar-benar berlalu, Senja cepat-cepat mengadu. "Pak, itu Langit Angkasa mau pulang katanya. Nggak mau sekolah!"

Sejenak Pak botak beranjak dari tempat duduknya. Mengikuti arah mata Senja menemukan Langit yang hanya melambaikan tangan pada dirinya. Benar-benar edan!

"Yaudah emang Langit mau pulang. Emang mau ngapain lagi?Makanya jangan datang terlambat, Senja. Selamat dimarahin emak di rumah."

"BAPAAAAAAKKK!!" Sepertinya hari ini Senja memang tidak hoki. Rasanya ingin sekali ia merambat ke pilar-pilar gerbang layaknya Spiderman hanya untuk mengambil kunci dari si Bapak ini.

Sekarang Langit pasti sudah akan pergi. Semantara Senja masih merenungi nasib di sini.

Benar saja, Langit tengah bersiap-siap bergegas. Namun entah mengapa, sesuatu menariknya kembali menoleh sekali lagi pada Senja. Lewat helm full face hitamnya, Langit bisa dengan jelas melihat jika gadis itu masih berdiri hampa memegangi jeruji besi layaknya seorang tahanan di penjara.

Kasihan sekali. Bisa jadi dia enggan pulang ke rumah lantaran takut dimarahi sang Mama.

Mamanya yang lucu persis seperti anaknya itu. Pasti sekiranya tebasan kecil saja didapati Senja tepat di bokongnya. Tapi tak dapat dipungkiri jika sebenarnya Langit merasa sedikit iba. Sedikit loh ya..

Lantas beberapa menit hanyut dalam pemikiran yang terus berkelana, Langit akhirnya berdecak. Perasaan aneh ini memang sulit untuk ditebak. Ia memundurkan posisi motor. Lantas bersiul demi menarik perhatian Senja.

Mungkin gadis itu pikir Langit telah pulang beberapa saat yang lalu sampai ketika dia menoleh, mata Senja membola bahkan nyaris keluar. "Apa?" tanya gadis itu tanpa suara.

Langit menuruni motor. Melepas helm hitam hanya untuk berdiri dari kejauhan. Ia tidak mengeluarkan sepatah kata. Melainkan memberi bahasa-bahasa isyarat lewat gerakan tangan.

Bodohnya, gadis mungil itu malah hanya menganga sambil menggerakkan kepalanya seakan berkata, "Apa sih? Apa?"

Langit berdecak kasar. Rasanya ia ingin mencubit pipi Senja gemas lantas dicabik-cabik hingga gadis itu menangis. Tanpa banyak berkata, Langit tiba-tiba saja berlari ke arah Senja. Membungkukkan badannya lalu meraih kedua kaki Senja.

"KYAAAAAAAAA!! NGAPAIN PAKE GENDONG-GENDONG SEGALA?!"

Langit menggendong Senja bak mengendong sekarung beras di pundak. Sementara gadis itu terus berteriak sambil memukuli punggungnya memberontak.

"GENDONG DI BELAKANG KE! PAKE BRIDAL STYLE KE! LANGIT NIH NGGAK ADA ROMANTIS-ROMANTISNYAA!"

"Siapa juga yang mau romantis-romantisan sih, sinting! Lagian lo, udah gue kasih aba-aba juga masih aja nggak ngerti. Mending gue panggul aja sekalian."

"Langit sialan," umpat Senja sebelum berakhir pasrah dibawa Langit pada gerbang belakang sekolah. Senja tidak tahu apa rencana cowok itu selanjutnya tapi dia tiba-tiba diturunkan di sana.

"Terus ini kita ngapain?"

Senja menatap Langit heran karena setelah itu Langit tidak mengatakan apapun selain mendongak menatap tembok kokoh menjulang di hadapan mereka, sambil berkacak pinggang.

Langit tampak berpikir keras sesaat sebelum menoleh lagi pada Senja. Tatapan cowok itu sulit untuk dibaca. Ia menatap Senja dari atas kepala hingga ujung kaki membuat ia merasa terintimidasi.

Ada jeda hening setelah itu, dimana Senja berdehem cukup kencang. "Kenapa ngeliatinnya kaya gitu? Jangan macam-macamb ya," ujarnya penuh peringatan.

Meski malas menanggapi sikapnya, Langit tetap menjalankan rencana mengapa ia membawa Senja kemari. Lantas bersimpuh di hadapan Senja tepat di samping tembok tinggi itu. Senja jelas tergelak.

"Naik buruan," titahnya begitu saja.

"Lah ngapain? Yang bener-bener aja!"

Kemudian tak lama sepasang mata setajam elangnya mendongak. Menatap Senja tajam seakan berkata jika gadis itu tidak menurut, maka Langit tidak segan memberinya hukuman.

Di saat itulah Senja merasa sedikit terancam. Jangam lupakan jika mata tajam Langit adalah kunci dari kemenangannya selama ini. Senja menatapnya sangsi.

Itu membuat Langit memijat pangkal hidungnya sambil menghela napas panjang. Jangan sampai ia kembali membopong tubuh kecil gadis itu untuk kemudian dia lempar dari gerbang belakang. Sayangnya, Langit tidak akan pernah cukup mampu untuk itu. Lantas ditariknya tangan Senja beringas. "Buruan anjing!"

"Kasar banget sih, Langit!" Senja mendelik.

"Lagian banyak maunya banget lo jadi cewek. Nurut aja kenapa sih? Gue udah pegel nih. Emang lo doang yang mau ke kelas? Gue juga!"

Dibentak bukannya takut atau menurut, Senja malah mengerjap. Membuat Langit lagi-lagi mesti mengusap wajahnya frustasi. "Naik ke punggungnya Langit ya, Sinar.. nanti lo pegangan sama tembok itu. Nah nanti gue yang bakal tahan biar lo bisa masuk kelas," tutur Langit melembut.

Gelak tawa Senja tak dapat tertahankan. Gadis itu terpingkal-pingkal hingga sudut matanya berair. "Enggak cocok, serius." Ditambah, Langit juga memasang senyum paksa.

"Enggak ada yang lucu ya, bangsat." Dan kini Langit telah kembali buas seperti semula. Tidak asik sekali.

Detik berikutnya tawa Senja mereda. Ia mulai mengambil langkah mendekati Langit. Ragu-ragu ia pijak punggung lebar milik cowok itu. "Ini nggak papa, Ngit? Kok kamu baik?"

"Diem deh!"

Senja kembali tersipu. Ia bukan gadis manja yang takut ketika disuruh manjat dengan bantuan punggung Langit begini. Bagkan selama Papa pergi berlayar, Senja kerapkali diandalkan Mama untuk mengganti bohlam kamar. Mengecat tembok yang sudah mulai memudar, juga memalu sebuah paku untuk bingkai layaknya anak pertama yang seringkali diandalkan. Tak terkecuali jika dirinya terlahir sebagai perempuan.

Terbukti setelah Langit berdiri dan posisi tubuh Senja menyentuh ujung batas tembok itu, dengan keberanian utuh ia melompat begitu saja meski harus mendapati luka baret di siku dan lengan.

Sementara itu, Langit mendengar bunyi hantaman menubruk tanah memekik begitu keras. Tapi ia tidak sedikitpun berpikir jika itu adalah Senja. Lantas Langit bergegas menaiki tembok itu dengan napas terengah.

Setelah itu, ia melompat secara sempurna. Namun yang didapatinya Senja justru tidak ada di sampingnya. "Lah dia kemana?"

Lalu tak lama setelahnya, Senja berteriak penuh ria. "MAKASIH YA LANGIT BUAT HARI INI! SAMPAI KETEMU NANTI!"

"Buset udah lari aja tuh bocah." Langit menatap tak percaya pada Senja yang berlari pincang menuju kelasnya.

"WOI, SINAR! GUE BELUM NGEMBALIIN KOTAK MAKAN LO!"

****

Kevin menengok ke samping pada Reynald yang duduk di sampingnya, lalu bergantian melihat Senja yang berada di depannya. Begitu saja terus sampai Kak Ros nikah.

Saat ini ia, Reynald, Senja dan Binar tengah bersemayam di kantin. Jika para murid lain langsung berdesakan memesan makanan, maka mereka justru saling diam duduk berhadap-hadapan. Reynald berhadapan dengan Senja, Sedangkan Kevin berhadapan dengan Binar. Cowok itu juga tidak mengerti mengapa dua orang itu— Reynald dan Senja sama-sama saling bersedekap dan membuang muka.

Persis seperti dua orang anak TK yang sedang bertengkar. Juga serupa sepasang kucing yang saling mengeong panjang seolah memiliki masalah yang besar.

Kevin yang sudah tidak tahan dengan suasana yang semakin awkward ini akhirnya menghembuskan napas lelah lalu bertanya, "Lo berdua kenapa sih? Diem-diemen terus dari kemarin," resah Kevin.

"Iya Ja, lo kenapa sih sama Rey? Kalian lagi ada masalah?" tambah Binar mencoba bertanya pada sahabatnya sambil mengusap lengan Senja lembut.

"Kalau ada masalah tuh cerita. Saling terbuka. Bukan malah diem-dieman gini. Mau langsung cerai lo berdua?" tanya Kevin jenaka.

"Huss kedengeran Mawar nanti," desis Binar melotot tajam pada Kevin.

"Ya abisnya mereka kenapa sih, Nar? Berantem mulu nggak kayak kita yang adem-adem aja."

Binar berdecak kesal mendengarnya. "Ck apaan sih lo." Fokus matanya kembali pada Reynald dan Senja. "Jadi lo kenapa Ja sama Rey? Kalian berantem atau gimana? Lagi ada masalah? Coba cerita dong..." bujuk Binar sekali lagi namun Senja masih tetap bungkam dengan wajah masamnya.

"Kalau begini jadinya gue mau pindah geng aja lah," putus Kevin asal.

"Yaudah!" jawab Reynald dan Senja secara serentak.

Kevin melirik sinis dua orang itu sebelum akhirnya mengumpat. "Asu lo semua."

"Dengerin gue ya, lo berdua tuh sahabatan udah dari kecil. Dari TK yang jamannya masih ngompol di celana sampai sekarang SMA yang udah kenal cinta. Gue tau kalian udah saling ngerti, kalau ada masalah itu ya diperbaiki bukan malah diem-dieman kayak gini. kan kalian bukan bocah lagi, masa cuma gara-gara masalah sepele persahabatan kalian jadi ancur sih?" ujar Binar menasehati.

"Bukan masalah sepele, Nar! Rey terus-terusan ngatur aku dan larang-larang aku buat berteman. Dia egois dan dia juga nuduh-nuduh Langit. Berarti dia yang kayak bocah!" balas Senja cepat dengan emosi yang siap meluap.

Sedetik setelah penuturan itu terlontar, telapak tangan Reynald menggebrak keras meja.  "Lo yang kayak bocah! Kalau gue nasehatin itu dengerin bukan malah marah-marah. Gue ngomong itu berdasarkan fakta. Lo nya aja yang keras kepala. Sok bisa sendiri, mentang-mentang lo suka sama dia lo nggak mau denger omongan gue lagi"

"Karena kamu ngomong tanpa bukti apapun. Lagipula dari awal kan kamu emang nggak suka sama Langit makanya terus-terusan nyari kesalahan Langit dan larang aku buat nggak nemuin dia lagi. Aku tuh bukan anak kecil lagi, stop ngatur aku!"

"Gue bukan mau ngatur lo! Gue cuma mau ngasih tau, tapi lo malah emosi duluan. Lo itu belum mengenal dia lebih jauh Senja, wajar kalau gue ngasih tau tentang dia. Seharusnya lo terima dan nyari tau lebih dulu sebelum marah-marah sama gue"

Senja menggeleng tegas. "Kamu terus ngelak. Kalau nggak suka ya bilang aja nggak suka. Nggak usah nyari alasan itu buat nuduh dia dan berusaha ngeyakinin aku kalau dia bukan cowok baik-baik. Jangan liat orang dari covernya aja."

"LO BEDA SETELAH KENAL LANGIT!" sentak Reynald.

Sementara itu, Kevin dan Binar sama-sama memundurkan kursi mereka. Kevin memutar bola mata malas, sedangkan Binar menghembuskan napas gusar. Suasana yang semula awkward kini berubah menjadi panas.

Perdebatan panjang antara Rey dan Senja tak dapat dihindari. Persis seperti suami istri yang saling bertengkar merebutkan harta gono-gini. Baik Reynald dan Senja sama-sama membela diri meski para penghuni kantin mulai memperhatikan mereka.

"Apa yang lo tau tentang dia hah?! Lo ketemu juga belum lama Senj-"

"STOOPP!!" pekik Kevin dan Binar berbarengan. Menyudahi pertengkaran keduanya sampai saling bungkam.

Binar mengembuskan napasnya kasar. Lo berdua tuh samanya tau nggak?! Sama-sama kayak bocah. Kalau masalah diselesaikan dengan cara kayak gitu ya nggak akan selesai. Dua-duanya pake emosi. Coba kalau diselesaikan dengan kepala dingin, emangnya nggak bisa?" omel Binar yang tampak menakjubkan di mata Kevin.

"Nah betul pisan kata beb Binar. Udah sekarang kalian baikan aja deh. Nggak enak kali berantem terus, kan kita satu geng," timpal Kevin diakhiri senyuman lebar.

"Intinya gini, lo kan belum tau sepenuhnya, Ja apa yang dibilang Rey itu bener apa enggak, jadi sebaiknya lo cari tau dulu sekarang. Nah buat lo Rey, nggak ada salahnya ngasih tau Senja apapun asalkan itu faktanya. Tapi kalau Senja tetep kekeuh nggak mau terima ya its oke itu hak dia," papar Binar yang langsung berubah dewasa ketika teman-temannya dilanda masalah.

Prok, prok, prok, prok

Lalu bunyi tepuk tangan nyaring terdengar menyapa indera pendengaran mereka yang berasal dari Kevin. Ia geleng-geleng kepala kagum bukan main.
"Mantaps beb, nggak kuat aku melihat kebijaksanaanmu."

"Alay," komen Binar tanpa pikir ulang.

Mengabaikan ucapan ketus Binar, Kevin berpaling pandang pada Reynald dan Senja untuk membujuk dengan wajah memelasnya."Rey, ayo dong baikan...lo kan cowok, ngalah aja udah."

"Lo juga dong, Ja. Rey kan sahabat lo dari kecil. Ayo dong baikan." Kali ini Binar yang membujuk Senja semampunya.

Tangan mereka berdua saling ditarik oleh Binar dan Kevin untuk kemudian disatukan di atas meja. Berharap keduanya tak sungkan untuk sekedar berjabat tangan. Namun baru satu jengkal lagi tangan mereka bertemu, keduanya kompak menarik tangan masing-masing.

"Aku-nggak-mau," geleng Senja kuat.

"Gue juga ogah," balas Reynald cepat.

"Ck dahlah terserah lo berdua, capek gue." Hingga pada akhirnya Kevin pun menyerah.

"Iya udah. Siapa juga yang nyuruh kamu buat bikin kita baikan?" tanya Senja dengan raut tak suka. Tidak seperti biasanya, setelah mengatakan itu Senja beranjak dari kursinya. Tanpa pamit lebih dulu ia kemudian berlalu.

Meninggalkan yang lain memandang kepergian Senja begitu saja keluar dari kantin. Ketiganya melongo. Nyaris seperti orang bodoh.

"Ckck sensitif banget tuh anak. Kenapa sih si Senja? Lagi PMS apa gimana? Tadi juga dateng terlambat tuh dia," tanya Kevin tidak mengerti. Tapi Binar hanya diam mengabaikannya.

"Lo juga Rey, biarin aja napa. Terserah dia mau kayak gimana juga, toh nanti juga Senja bakal tau sendiri kebenarannya." sambung Kevin menatap Reynald yang berada di sampingnya.

Reynald hanya menunduk dalam-dalam dan mengusap wajahnya gusar, "Ini juga demi kebaikan dia. Gue ngomong juga secara baik-baik. Cuma sampe sekarang dia belum percaya aja sama gue karena gue gak ngasih bukti

"Makanya Rey, jangan coba-coba nasehatin orang yang lagi jatuh cinta. Jangan pokoknya jangan! Mau lo ngomong sampe mulut lo berbusah juga tuh anak nggak bakal ngedengerin. Dia lagi dibutakan sama perasaannya sendiri," ujar Kevin.

"Hm. Salah satu pekerjaan paling sia-sia emang menasehati orang yang sedang jatuh cinta," timpal Binar membenarkan. Namun ada jeda setelahnya. Dimana Binar tampak berpikir keras.

"Tapi... emang Senja beneran jatuh cinta?"

****

Pada akhirnya Senja hanya berakhir misuh-misuh seiring derap langkahnya meninggalkan kantin. Sambil sesekali menghentakkan kaki kesal layaknya anak kecil. Si Reynald menyebalkan itu. Lihat saja Senja takkan mau diajaknya nongkrong bersama anak-anak komplek lagi.

Biarkan saja Reynald pergi kemana-mana sendiri. Jika dia terus-terusan marah-marah seperti tadi juga bukan tidak mungkin dia akan terkena darah tinggi. Mulai sekarang mungkin Senja harus menelepon Papa agar tidak perlu berpesan pada Rey untuk menjaganya selama ia pergi berlayar.

Bukannya menjaga, Reynald malah mengekang. Dan Senja jelas tidak suka. Hanyut dalam kemarahannya kini, Senja sampai tidak sadar kepalanya bertubrukan dengan dada bidang seseorang.

Brukk

"Eh Senja!" seru Okis menunjuk Senja dengan senyum lebar.

Meski sedikit pening, Senja tetap mendongak sambil memasang seulah senyum tipis. "Maaf ya, aku nggak sengaja emm..."

"Dewa. Nama gue Dewa. Yang ini Arkan dan yang paling jelek diantara kita namanya Okis," balas Dewa cepat sambil menunjuk kedua temannya saat merasa gadis itu tidak mengetahui nama mereka satu persatu.

"Ah iya, aku belum tau nama kalian." Senja menyengir kuda. "Sekali lagi maaf ya Dewa, tadi aku nunduk terus jadi nggak ngeliat kamu ada kamu di depan."

"Iya nggak papa. Santai aja," balas Dewa ramah. Dirinya yang bertemu Senja tanpa sengaja ini akhirnya memutuskan untuk bertanya. "Btw lo mau kemana?"

"Aku mau ke kelas. Kalian sendiri? Mau ke kantin ya pasti?"

Maka ketiganya mengangguk penuh antusias. Membuat Senja jadi punya alasan untuk menghindar. "Oh gitu.. aku juga baru dari sana dan masih ramai. Kalau gitu aku duluan ya temen-temen."

"Iya, Senja," jawab Dewa mewakili. Sedang Senja langsung melenggang pergi setelah mengucap kata permisi. Sejujurnya mereka sempat dilanda kebingungan karena nampaknya gadis itu sedang tidak baik-baik saja.

"Hati-hati ya, Senja jangan sampai nabrak orang lagi," pekik Okis yang dibalas Senja dengan senyum kecut.

Berselang setelah itu, entah bagaimana ceritanya Langit datang dari arah belakang mereka dengan terburu-buru. "Kalian ngapain pada di sini?"

Lantas Dewa, Arkan dan Okis menoleh secara bersamaan. "Seharusnya kita yang nanya lo ngapain buru-buru banget begini? Habis dikejar-kejar rentenir lo, Ngit?" tebak Arkan terkekeh pelan.

Bukannya menjawab, Langit malah menegakkan tubuhnya demi menemukan sesosok gadis yang meninggalkannya begitu saja tadi pagi. "Tadi lo pada ketemu si sinting Senja nggak?"

"Ketemu. Noh orangnya jalan sono. Udah masuk kelas sih kayaknya. Kenapa?"

Langit berdecak. Padahal masih ada jalan lebar, tapi Langit dengan sekonyong-konyong menepis dua kawannya untuk memberinya jalan. Lantas ketiga temannya itu langsung menatap penuh selidik kepada Langit yang tidak seperti biasanya.

"Hayoo mau kemana lo?" Okis yang tidak kena tepisan maut Langit mulai menghalang-halangi.

Tapi Okis salah jika berpikir Langit akan tertangkap olehnya. Buktinya, Langit langsung berlari begitu ia mendorong Okis sekuat tenaga. Sudah tidak punya waktu untuk bermain-main dengan si curut yang satu itu.

"Mau ngejar lah. Urusan kita belum selesai."

"Astagfirullah!" Dan benar saja, begitu mereka beristighfar dalam hati, Langit sudah keburu pergi.

"LANGIT, INGET RINDU, NGIT!"

****

Sekarang semenjak kenal Senja, walaupun sering berantem Langit jadi lebih sering ngelupain Rindu ya?

Kayaknya asiknya emang sama Senja nih wkwk. Sy tim Rindu nyimak aja:v

Vote dulu dong syg, jangan mau bacanya doang<3

See you!

raaniifz

Continue Reading

You'll Also Like

22K 832 23
Follow sebelum baca ! . . . Laras seorang anak perempuan yang di besarkan dengan kekerasan tanpa kasih sayang karna hubungan terlarang orang tuanya m...
1.6K 186 11
Kamuflase = Menyamar Seperti yang dilakukan Ares Ganendra, dia dengan mudahnya menyamar sebagai remaja SMA disaat umurnya sudah menginjak 25 tahun. J...
2.4K 103 3
"Cinta ini banyak bodohnya, banyak salahnya dan ban banyak lukanya" "Jadi kamu mau cerita cinta seperti apa?" Mereka hanyalah manusia biasa. Manusia...
848K 31.2K 50
"Gue tertarik sama cewe yang bikin tattoo lo" Kata gue rugi sih kalau enggak baca! FOLLOW DULU SEBELUM BACA, BEBERAPA PART SERU HANYA AKU TULIS UNTUK...