sepuluh

42 10 0
                                    

Minum kopi dan menghisap lintingan nikotin bersama sahabatnya masuk ke dalam jejeran hal paling mengasyikkan versi Aristides Aldebaran. Duduk di salah satu warung langganannya dekat komplek perumahan Alden dan Fares. Keduanya memang bersahabat sejak masih kecil, mereka berdua berada di satu perumahan yang sama hanya berbeda cluster.

Fares ingat Alden kecil bahkan nggak pernah menangis waktu jatuh dari sepeda, menurutnya Alden jadi sosok paling keren setelah ayahnya sendiri. Persahabatan mereka berawal dari bagaimana Alden kecil menolongnya sewaktu ada segerombolan anak nakal yang mengganggunya, Fares menangis bersembunyi di belakang tubuh Alden kecil sedangkan cowok yang dijadikan tameng itu melawan dengan wajah garang dan kepalan tangan berisikan kerikil.

"Sini, biar aku yang lawan!"

Itu adalah perkataan yang Fares nggak akan bisa lupa sampai kapanpun. Fares kecil bahkan takjub. Alden kecil tiba-tiba datang nggak tahu darimana dan menolongnya.

"Gimana sama si Dean?"

Alden terekeh geli, "Gimana apanya?"

"Kura-kura dalam perahu, pura-pura tidak tahu. Udah jadian belom?"

Yang dilontarkan pertanyaan menggeleng sambil terus tersenyum geli.

"Kenapa mesti si Dean sih? Ada pawangnya kan si Dika itu."

"Nggak takut."

"Dari banyaknya anak kampus kenapa nyangkutnya sama adiknya si Dika?"

Alden menghentikan aktivitas menghisap nikotinnya, senyumnya semakin lebar. Netranya menatap langit.

"Lucu."

"Ada aja kelakuannya."

"Lo kan biasanya paling ogah sama cewek berisik kayak si Dean gitu."

Iya, emang faktanya begitu, kok.

"Aneh malah kalau dia nggak berisik, kosong banget. Kayak di dunia ini cuman gue sendiri."

"BUCIN AMAT!" Pekik Fares dengan tangan yang menjulur mendorong bahu Alden.

"Rokok nya jatoh, bangsat."

Nggak peduli rokok yang tinggal setengah itu sudah jatuh dan di injak Fares, Alden menyenderkan punggungnya, netranya kembali menjelajah kanvas indah milik semesta.

"Mereka mirip, Res."

***

"MEREKA MIRIP, BANG!"

Dika menggelengkan kepalanya ke kanan dan kiri, "Nggak, Deandra Sesca. Beda."

"Terus Dean kesini cuman ngomong gitu doang?" Dika masih setia berkutat di depan laptopnya. Ada hal-hal yang mungkin penting disana dan Dean nggak ngerti apa yang tertera di layar.

Duduk di sofa dalam unit apartemen Dika dan mempertanyakan perihal postingan di halaman instagram anak Teknik Sipil dengan gigi kelinci itu.

"Mereka emang masih sekeluarga, Ayahnya Raje itu kakaknya Ibunya Regan. Jadi agak mirip tapi nggak begitu mirip sih kalau lama-lama."

"Tapi mirip kan!"

"Bawel ah, abang lagi ribet gini juga."

Nyebelin kuadrat.

"Tapi Regan sama Syakira awet banget ya. Mau-maunya Syakira sama orang sinting kayak Regan." Kali ini jemari Dean berselancar bebas di halaman Instagram.

Kepo dikit nggak apa-apa kok.

"Oh iya, dulu satu sekolah kan sama si Regan?"

Deandra mengangguk, cewek itu ingat gimana terkenalnya Regan dan Syakira. Apalagi the iconic moment waktu prom night. Bisa dibilang mereka itu pasangan hits waktu zaman ask.fm, jadi nggak aneh sih kalau Regan sama Syakira bisa dikenal dimana-mana.

walk you homeKde žijí příběhy. Začni objevovat