empat

61 10 9
                                    

Kemarin malam itu Alden kalah main game online.

"ALDEN BEBAN, ANJIR."

Si pemilik nama mendelik, "RAJE YANG NGGAK BECUS." Balasnya. Alden dan nggak mau kalahnya memang nggak mungkin dapat dipisahin.

"Sesuai perjanjian, tim gue minta apa aja kan?" Tanya Regan. "Asal nggak minta bikin kos-kosan."

"Permisi dulu ya bapak-bapak, gue ada janji jemput Dean." Kata Dika seraya berdiri dari duduknya.

Mendengar nama 'Dean' diucapkan pemikiran konyol pun terlintas dikepala Sena, dengan cekatan Sena menahan Dika agar kembali duduk di samping Ian.

"GUE TAU!"

"Karena Bang Alden hari ini jadi beban, Bang Alden yang jemput Dean." Kalimat yang sukses membuat Alden melotot juga Dika yang tiba-tiba tersedak air liur nya sendiri.

"Bego kok jadi gue."

"Yang beban si Raje, anjir."

"Yaudah, Den. Dia lagi di mall abis nonton sama temen-temennya, sekalian kalau dia nanyain hp gue lowbatt lagi di cas. Mau pake mobil lu apa gue?"

Alden semakin melotot, nggak dia nggak siap.

"Anjing nih si cebol."

Walau harus memaki terlebih dahulu, pada akhirnya Alden berdiri menyambar jaket dan kunci mobilnya.

Malam minggu sudah pasti macet. Di tengah hiruk pikuk jalanan Alden memegang bagian dada nya, "Apaan sih, lebay banget lo Alden."

Tapi serius, jantungnya tiba-tiba berdegup kencang juga perutnya yang tiba-tiba mules. Alden yang dikenal brengsek dimana-mana itu justru merasa seperti akan pingsan dan meledak padahal hanya bertemu satu cewek yang bahkan baru ketemu beberapa kali dengan nggak sengaja. Ya, ketidaksengajaan yang buruk.

Tiba-tiba terlintas dalam benak Alden, apa first impression Dean terhadapnnya udah sangat buruk ya sampai Dean bersikap seperti itu.

Pikirannya melayang kesana kemari memikirkan kemungkinan terburuk. Sampai akhirnya sampai juga di tempat tujuan setelah bermacet-macet ria membelah jalanan.

Netranya langsung dapat menangkap satu perempuan yang sedang mengigit jari, menaruh telepon genggam ditelinga dan berdiri di samping cowok yang...

Nggak tahu.

Alden bahkan nggak kenal.

Pacarnya?

Moodnya tiba-tiba saja turun, hingga Alden berhenti tepat di depan Deandra dan menurunkan kaca mobilnya. "Masuk."

Nggak, seharusnya nadanya lebih bersahabat. Duh, Alden. Jelas dia sudah latihan tadi ditengah kemacetan yang melanda. Mood Alden semakin turun saat Dean dengan lantang menolak memasuki mobilnya. Malah menatap cowok yang saat itu bersamanya.

Apaan sih nggak ada apa-apanya itu cowok.

Akhirnya cowok itu membukakan pintu mobil dan mendorong Dean masuk.

"Mau sama Eyas."

Eyas-Eyas apaan sih, Alden menatap cowok itu tajam. Apalagi saat si Eyas ini mengusak lembut rambut Dean.

"HEH!"

Setelah acara perpisahan yang menurut Alden menyebalkan itu, Deandra membenarkan letak duduknya menjadi menghadap Alden. Dapat Alden lihat adik satu-satunya Dika itu melipat kedua tangannya di dada.

"Dika dimana? Kenapa jadi kamu yang anter? kamu ini kenal Dika darimana?" rentetan pertanyaan yang beruntun itu keluar begitu saja dari mulut Deandra.

walk you homeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang