sebelas

59 7 0
                                    

Manis. Hangat.

Pernah nggak sih merasa bener-bener terpana cuman karena satu senyuman?

Padahal cuman kurva tipis yang sedikit melengkung tapi berhasil bikin Deandra mematung. Sampai rasanya mau ngedip aja sayang.

Kayak sekarang ini, Deandra berdiri di balkon kecil unit apartemennya, netranya terus menatap laki-laki yang menopang tubuhnya di pagar balkon sambil merokok. Kayaknya laki-laki ini juga nggak sadar Deandra daritadi diperhatiin tanpa berkedip.

Apa nggak masuk angin dia tengah malem gini cuman pakai kaus oblong dan celana pendek sambil merokok? Hoodie hitamnya cuman di sampirin di bahu aja. Nggak ada guna nya. Deandra sendiri bisa ngerasain pipinya dingin karena dia udah kurang lebih setengah jam disana.

Kaget sebenarnya ternyata unit apartemen Alden tepat di samping atas Deandra. Jadi dari balkonnya ini Dean bisa dengan leluasa lihat balkon unit apartemen Alden.

Omong-omong tentang Alden, Dean melirik telapak tangannya.

Pipinya jadi memanas,

Dean nggak tau hal mana yang bikin dia bener-bener dagdigdug nggak jelas gini. Waktu Alden genggam tangan dia di salah satu restoran cepat saji (karena lagi rame banget) atau gimana Alden yang biasanya datar dan nyebelin natap mata Dean lembut banget waktu mereka ngobrol berdua di dalam mobil.

"Dean.." Ada jeda yang lumayan lama sampai Deandra yang awalnya nggak mau natap mata cowok di sampingnya akhirnya menoleh. Berhasil menenggelamkan diri dalam manik telaga Alden.

"Maaf. Buat yang waktu itu. Maaf juga baru bisa minta maaf sekarang, soalnya kalau di chat nggak afdol. Gue nggak pinter ngerangkai kata sih, nanti keburu abis waktunya, gue nggak bisa call a friend."

Selalu deh, serius tapi nyeleneh. Tapi tetap serius.

"Gue laki yang pegang consent kok. Kemarin kayaknya ada setan jadi apes. Gue takut lo mikir gue cowok brengsek. Sorry ya Dean."

Alden itu kalau bicara selalu natap tepat di mata. Dean jadi grogi. Padahal AC mobil sedan Alden itu lumayan dingin tapi rasa-rasanya wajah Dean malah terasa panas.

Cowok brengsek ya?

Rasanya Dean mau banget tanya kenapa Alden dikenal sebagai cowo brengsek. Kayaknya hampir se-antero FT tuh tau banget Alden 'brengsek'. Tapi nggak tahu itu asal-usulnya darimana. Denger dari ciwi-ciwi aja pas lagi sesi ngerumpi.

Tapi kayanya sepenglihatan Dean, cowok itu nggak begitu peduli sama predikat nggak menguntungkan itu. Malah terkesan 'yaudah dan bodo amat' gitu.

"Kak Alden."

"Hm?"

"Tau nggak sih lo itu digosipin brengsek dimana-mana?"

Akhirnya keluar juga pertanyaan ini.

Sumpah, Dean penasaran banget. Nggak ada yang tahu jelas alasannya, waktu Dean tanya ke para cewek yang suka ngerumpi mereka cuman bilang denger dari kating-kating. Nggak jelas.

Dapat Dean liat Alden menghembuskan napasnya berat, bola mata nya diputar malas. "Tau." Balasnya.

"Kenapa sih sampai dibilang gitu? Emang lo nggak marah? Image lo kan jadi jelek?"

Setelah melontarkan pertanyaan yang akhir-akhir ini selalu bercokol di kepalanya, suasana di dalam mobil jadi nggak enak. Dean sampai mengusap tengkuknya. "Sorry... Kalau lancang..."

Alden itu nggak bisa ditebak.

Takut-takut hal itu malah menyinggung Alden, jadi Dean nyari aman aja dengan minta maaf.

walk you homeWhere stories live. Discover now