tiga

59 8 12
                                    

Sama seperti malam minggu biasanya, ketujuh cowok cakep itu selalu punya acara berkumpul dirumah Alden. Memang begitu, seperti rutinitas tersendiri. Kebiasaan rutin yang akan selalu begitu. Dan tetap begitu.

Karena mereka juga bingung mau pergi kemana selain ke rumah Alden saat malam minggu begini?

Kecuali, cowok ganteng anak Teknik Sipil yang malam ini tidak ada tanda-tanda akan mendatangi rumah Alden. Dia sudah sold out sejak SMA.

Bucin banget.

"Regan ngapelin Kia dulu?" Tanya Raje, cowok ganteng-tinggi paket komplit idaman Mama-mama itu menatap tuan rumah yang kini merebahkan diri di sofa panjang ruang tengah. Yang ditanya hanya memberikan deheman singkat.

Tumben sekali Rajendra Arkananta ada sebelum teman-temannya yang lain datang. Biasanya cowok yang dikenal paling ganteng tanpa cela di seantero kampus itu akan sengaja datang terakhir. Tapi hari ini malah dia duluan yang datang dan menemukan Alden yang menggelepar nggak jauh beda kayak ikan paus dan Fares yang nggak jauh beda kayak Alden.

"Assalamualaikum....Waalaikumsalam."

Dua orang datang dengan gaya seperti bermain ular naga panjang dan mengucap salam layaknya supporteran sukses membuat Raje ketawa lepas. Ian dan Sena memang nggak bisa dipisahin. Kalau kata Sena, mereka berdua itu 5S.

Soulmate Sejati Sejiwa Sedulur Seperjuangan.

Jelas karena Sena dan Ian ada diangkatan yang sama dan dari SMA yang sama.

"Eh, Bang Raje. Kok nggak ngapel, sih Bang? Kasian amat." Canda Sena, seraya memposisikan duduknya disamping Raje. "Gagal ya Bang modusin anak Akuntansi nya."

"Si biskuit Regal pasti lagi dikasih jatah malam minggu sama Nyonya Syakira ya?"

"Bego."

"Eyy, kotor amat, Den. Ngasih jatah kasih sayang keles."

"Emang yang itu nggak termasuk kasih sayang, Sen?" Timpal Fares.

Alden hanya bisa mendengus dan melempar wajah Sena dengan keripik kentang yang sedari tadi di jajah Raje.

"OH IYA ADA HOT NEWS TEMAN-TEMANKU!"

Sontak Alden melotot, melirik tajam cowok yang duduk disebelah Raje. Nyari mati ini namanya Karsena Pratama. Tapi Sena tetap menghiraukan Alden.

Memang yang cuman bisa tengil kepada Lord Alden hanya mereka-mereka aja. Dan Alden juga nggak begitu peduli sih karena mereka udah dianggap sebagai keluarga.

Kalau orang lain berlagak tengil kayak gini sih, mana berani?

"Eh, sebentar. Ini ada berapa sih. Satu... dua... lima... Regan kan bucin.. berarti Bang Dika mana nih?"

Speak of the devil, he's here.

Dika dengan kemeja flannel yang dibuka kancingnya datang di waktu yang tepat, "Biasa, nganter adik." Begitu jawabnya saat ditanya Ian darimana.

"Oke, kita biarin aja anak kurcaci nggak dapet info menarik. BARUDAK KALIAN TAU NGGAK SIH..."

Kalimatnya sengaja digantung, mata Sena melirik Alden yang menatapnya sambil melipat kedua tangan.

Dasar, Sena. Minta digergaji itu mulut.

Sena yang memang asli Bandung itu menunjukkan cengirannya.

"COBA TEBAK, ADA YANG PUNYA CEMCEMAN TAUUU,"

Alden benar-benar dapat melabeli Sena sebagai lambe turah kalau begitu. Tengil banget, kalau begitu waktu itu dia nggak kasih tebengan deh sama si curut satu ini.

walk you homeWhere stories live. Discover now