39 | Sempitnya Dunia

Mulai dari awal
                                    

"Nggak mau dua-duanya, saya nggak mau makan, Pak Bara," Ujar Naqiya.

Bara menghela napas, bisa-bisanya mereka berdebat disini. "Yaudah, tunggu sini sebentar."

Bara berdiri meninggalkan Naqiya yang duduk di kursi paling belakang sendirian. Entah Naqiya tidak tahu Bara Adichandra itu akan kemana. Apa dosennya itu akan meninggalkannya disini lalu dirinya pulang sendirian? Karena Naqiya tidak nurut?

Gila saja kalau sampai Bara benar-benar pulang sendirian. Naqiya sama sekali tidak tahu seluk beluk kota Bandung, bagaimana mungkin dia akan pulang dengan selamat.

Di sisi lain, kaki Bara melangkah ke arah meja katering. Daripada mesti berdebat dengan Naqiya disini, lebih baik Bara paksa saja wanita itu untuk makan. Demi Tuhan, Naqiya belum makan apapun dari pagi tadi. Bara tidak mau istrinya itu nanti sakit.

Tangan Bara mengambil sebuah piring lalu mengelap piring itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tangan Bara mengambil sebuah piring lalu mengelap piring itu. Sesaat kemudian tangannya terulur mengambil nasi dan lauk pauknya. Disana, Bara bisa menemukan banyak jenis lauk pauk Khas Bandung. Selesainya, ia mengambil kerupuk serta segelas minuman.

Nikmat! Perut siapapun yang berkunjung pasti akan tergoda oleh makanan-makanan yang disajikan ini.

"Bara?" Panggil seseorang yang membuat pria itu menghentikan langkahnya menuju Naqiya.

"Loh, Ra!" Mereka bersalaman.

"Jangan bilang kamu sendirian lagi kesini, Bar?" Tanya perempuan yang tadi menanggilnya itu.

Bara terkekeh, "Nggak, kok."

"Udah?" Tanya perempuan itu pada suaminya yang baru selesai mengambil makanan, "Sayang, ini Bara yang dulu ketemu kita itu."

"Weh ketemu kamu lagi, Bar," ujar suaminya itu.

Lagi-lagi Bara terkekeh, "Iya, ketemu Pak Aufar lagi."

"Sama siapa kesini, Bar?" Tanya pria yang bernama Aufar itu.

"Jauh-jauh ke Bandung nggak mungkin sendiran dong, Yang," ujar istrinya yang bernama Zahra itu pada Aufar. Sejujurnya dirinya juga penasaran, kalau biasanya Bara sendirian, sekarang pria itu mengajak siapa?

"Jangan bilang kamu ngajak sepupumu, Bar," ujar Zahra bercanda.

"Nggak kok, Ra, aku kesini sama istri dong," jawab Bara.

Sontak Zahra melotot terkejut, "Hah? Istri?! Kapan kamu nikahnya, Bar?! Kok nggak ngundang-undang kita sih!"

Bara tertawa. Benar 'kan saking tidak ada yang mengetahui tanggal pernikahannya, hampir semua teman-temannya terkejut mendengar kabar pernikahan Bara.

"Udah lama, Ra, acaranya sederhana kok cuma makan-makan aja," jawab Bara.

"Udah isi istrimu berarti, Bar?" Tanya Zahra.

Bara mengangguk, "Alhamdulillah udah, baru beberapa bulan kok."

"Oalah alhamdulillah kalo begitu," ujar Zahra, "Siapa cewek beruntung yang bisa meluluhkan hati Bara si cowok dingin ini yaa?" Tanyanya meledek Bara.

"Dulu itu Bara dingin banget, Yang. Sampe-sampe ada cewek yang penasaran sama Bara. Cewek itu tergila-gila banget dah sama si Bara ini. Tapi ya tetep aja nggak bisa menangin hatinya," Jelas Zahra pada Aufar.

"Oh begitu, ceweknya itu datang kesini sekarang?" Tanya Aufar.

"Udah ketemu sama Bina kamu, Bar?" Tanya Zahra pada Bara.

Bara mengangguk, "Iya sempet ketemu, dia juga sempet omong-omongan sama aku sama istri."

"Nggak menggila lagi 'kan dia?" Zahra memelankan suaranya sebelum tertawa. "Ya takutnya aja dia macem-macemin istri kamu, tau sendiri wataknya nekat," tambahnya.

"Inshaallah nggak kok," Jawab Bara sebelum terkekeh.

Sementara Naqiya menunggu Bara yang lama sekali. Apakah benar-benar pria itu pulang dan meninggalkannya sendirian? Sumpah, tega sekali kalau dia benar-benar melakukan itu.

Naqiya memutuskan untuk menghampiri suaminya itu. Ralat, bukan menghampiri tapi mencari. Ia saja tidak tahu dimana suaminya sekarang.

"Mana istrimu, Bar?"

"Sebentar aku panggil suruh kesini," ujar Bara. Namun matanya langsung menemukan sosok yang dia cari berjalan menghampirinya.

Naqiya menemukan Bara dan langsung berdiri di samping pria itu. Ternyata Bara sedang temu kangen dengan rekannya. Pantas saja lama!

"Nah, ini istriku, Ra, Far," Bara memperkenalkan Naqiya pada dua sejoli itu. "Naqiya, ini temanku Zahra sama suaminya."

Sesaat setelah ia melihat siapa teman Bara dan suaminya itu, badan Naqiya langsung membeku. Dirinya mematung, matanya membulat. Astaga habislah riwayat Naqiya hari ini!

"Loh, Naqiya?"

"Bang Aufar?!"

✨✨✨

hai hai! Aku balik lagiii! Chapter ini paling panjang daripada chapter2 sebelumnya. Karena aku semangat banget ga nyangka votenya nyentuh 2k😭

Terima kasih banyak semuanya! Selamat membaca dan jangan lupa vote & comment nya yaa biar aku makin semangat!🤗

Bayi DosenkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang