73 | Dusta

139K 12K 901
                                    

This story update schedule will be changed to once or twice a week. Thank you for your patience 💛

Once again, please underline it, this is a fiction story.

________

Acara yang dilaksanakan di rumah itu tidaklah berlangsung sebentar. Acara itu ramai dihadiri oleh sanak saudara dan keluarga besar dari sang pemilik rumah. Termasuk Muhammad, istri dan putranya.

Rumah itu bernuansa cokelat muda, banyak bunga bersemi di halamannya. Satu hal yang membuatnya unik selain atap yang dimiliki oleh rumah itu ialah adanya jembatan untuk menyebrang. Di bawahnya terdapat kolam ikan buatan untuk sang pemilik rumah memelihara macam-macam ikan seperti ikan koi, ikan mas, dan lain sebagainya.

 Di bawahnya terdapat kolam ikan buatan untuk sang pemilik rumah memelihara macam-macam ikan seperti ikan koi, ikan mas, dan lain sebagainya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Usai memarkirkan mobilnya, kaki mereka berjalan melintasi jembatan. Otomatis mata mereka dapat melihat pemandangan ikan-ikan yang begitu cantik di bawahnya, membuat siapa saja yang melewatinya akan terkesima.

Setibanya di teras, mereka sudah di sambut oleh beberapa sanak saudara dari keluarga itu. Mereka menyalami keseluruhannya dan kemudian memasuki rumah itu dengan salam.

"Assalamualaikum, Umi," Ucap Muhammad yang kemudian sesaat setelah dijawab salamnya ia langsung mencium tangan ibunya itu. Mereka kemudian duduk di sofa di ruang tamu.

"Sehat sehat kalian 'kan?" Tanya Ainun, Ibu dari Muhammad, sekaligus pemilik rumah tersebut.

"Alhamdulillah sehat, Mi," Jawab Zainab, istri Muhammad.

"Alhamdulillah," Mata Ainun melirik ke arah bayi yang digendong oleh cucu menantunya itu, "Mashaallah, sudah besar saja kamu," Ainun mengelus pipi bayi yang tertidur lelap di gendongan Zahra.

"Aufaaaar! Bantu di atas yaa! Nggak lama lagi acara dimulai," ucap sepupu mereka yang memanggil dari tangga. Aufar mengiyakan kemudian bergegas ke atas, sedangkan suara yang memanggil tadi menghampiri Zahra. "Zahraaa, Mashaallah ganteng banget ade bayi satu ini!" Pekiknya.

"Khal Muh nggak salah pilih mantu, cucunya ganteng banget yaampun," ucapnya lagi.

"Iya dong, cucu kesayangan 'kan," Jawab Muhammad dengan kekehannya.

"Pengen gendong dah," Matanya menatap bayi itu, "Ntar kalo udah bangun kasihkan aku ya, aku mau gendong!"

"Iyaa siap, aku bisa bantu-bantu apa nih?"

"Tidak perlu, sudah itu suamimu sudah mewakili," Jawab Nenek Ainun pada pertanyaan Zahra.

"Tau kamu, Ra. Udah disini aja ngobrol-ngobrol. Kasihan juga ini bayi ganteng tidurnya masih lelap."

Nenek Ainun meneliti keluarganya, seperti ada yang kurang. "Cucuku satunya sudah di atas?" Tanya Nenek Ainun. Barangkali dirinya lupa kalau Naqiya tadi sudah menyaliminya lalu bergegas ke atas.

Bayi DosenkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang