1.7 See You Again !!

Mulai dari awal
                                    

"Aku juga harus bilang terima kasih Zev. Terima kasih untuk semua hal yang sudah kamu lakukan buat aku selama ini. Aku tau hubungan kita buruk-buruk akhir ini, tapi sebelum aku pergi aku pengen memperbaiki semua," ucap Viona masih dengan senyum tulus di wajahnya.

"Kamu mau pergi kemana Vi?" tanya Zevan khawatir.

"Jauh Zevan, aku mau pergi sejauh mungkin dari kamu,"

"Kamu masih belum maafin aku Vi? Tanya Zevan kecewa.

"Aku sudah maafin kamu Zev,"

"Kalau kamu maafin aku kenapa kamu pergi Vi?" tanaya Zevan frustasi.

"Aku mau ngejar cita-cita aku Zev. Aku pengen ketemu banyak orang yang bisa kasih aku pelajaran hidup seperti kamu. Aku pengen mengenal dunia lebih luas lagi agar aku bisa kenal rasa sakit yang lebih sakit dari yang pernah kamu beri. Aku ingin memulai hidup yang baru Zev. Di tempat baru dengan orang-orang baru,"

Zevan merasa hatinya diremas saat mendengar Viona ingin memulai hidup baru. Ingin mencari rasa sakit yang lebih sakit dari yang Zevan beri. Zevan tersenyum kecut, ternyata memang sesakit itu luka yang Zevan beri untuk Viona.

"Jadi ini pertemuan terakhir kita Vi? Tanya Zevan lirih.

"Aku gak tau Zev, itu semua kendali waktu. Aku gak tau apa kita bisa ketemu lagi atau enggak, tapi yang aku tau sekarang aku gak akan lari menuju kamu atau menghindari kamu. Aku pasrahin semua sama semesta Zev. Kalaupun nanti kita ketemu lagi, aku pengen kita bisa bertemu sebagai seorang teman lama yang saling berbagi cerita setelah kita berpisah. Dan kalaupun kita gak bisa ketemu lagi, aku harap kamu selalu baik-baik saja Zev. Karena aku akan pastikan setelah perpisahan ini aku akan selalu baik-baik saja" tutur Viona dengan menatap penuh arti mata Zevan.

"Apa sejauh itu kamu akan pergi Vi?"

"Jauh atau dekat itu bukan di jarak Zev. Tapi ada di keyakinan kamu, sejauh apapun tempat baru aku nanti kalau kamu yakin itu dekat itu jarak gak akan terasa Zev. Aku pastikan aku dan kamu masih menatap langit yang sama walau mungkin di belahan bumi yang berbeda,"

"Cukup sampai disini ya Zev. Aku harus pulang buat packing. Aku harap kamu selalu baik-baik saja setelah ini. Kalaupun masih gak baik-baik saja, aku bakal minta sama Tuhan buat selalu jagain kamu. Aku pamit ya Zev, aku pergi," ucap Viona sambil beranjak dari duduknya meninggalkan Zevan yang masih mematung di tempatnya.

Zevan masih setia di tempatnya. Bahkan setelah 15 menit Viona berlalu dia masih mematung disana. Ada bagian dirinya yang benar-benar terasa sakit mendengar setiap kata yang Viona ucapkan. Zevan sebenarnya ingin mengejar Viona saat gadis itu pergi. Ingin menahannya sedikit lebih lama sebelum gadis itu pergi meninggalkannya. Namun Zevan sadar. Viona sudah pamit padanya, gadis itu ingin Zevan tidak lagi mengejarnya. Dan jika itu yang Viona inginkan maka Zevan akan menurutinya. Dia tidak akan lagi mengejar Viona. Seperti halnya yang Viona lakukan, Zevan juga akan menyerahkan semua pada takdir. Zevan pasrah pada apapun yang akan terjadi kedepannya antara dirinya dengan Viona.

*****

Viona sedang mengamati lalu lalang orang di depannya. 20 menit lagi pesawatnya akan lepas landas. Dia menatap kearah pintu masuk seolah menunggu seseorang.

"Jangan lupa sering kasih kabar ya Vi. Gue pasti bakal kangen sama lo," ucap Yola sembari memeluk tubuh sahabatnya.

"Pasti Yol," ucap Viona sambil membalas pelukan Yola.

"Makasih ya Gem udah jagain aku selama ini," ucap Viona kini beralih pada Gema yang juga mengantarnya.

"Selalu bahagia disana Vi. Temuin pria baik yang benar-benar tulus sayang sama kamu. Inget kalau ada yang sakitin kamu bilang sama aku. Aku pastiin dia bakal nyesel setealah nyakitin kamu," ucap Gema sembari memeluk Viona.

"Siap komandan," balas Viona.

Setelah memeluk Gema pandangan Viona kembali tertuju pada arah pintu masuk. Dia masih berharap orang yang di tunggunya masih akan datang. Namun Viona sudah tak lagi berharap, dia membalikan badan untuk segera masuk kedalam pesawat. Namun langkahnya terhenti saat suara bariton yang begitu di kenalnya memanggil namanya.

"Kamu gak pengen pamitan sama aku juga Vi?" tanya Zevan yang baru saja tiba.

Viona menoleh kebelakang. Pandangannya bertemu dengan manik hazel milik Zevan. Viona sudah merencanakan agar perpisahan kali ini tanpa air mata, namun melihat Zevan sekarang berdiri di depannya mau tak mau air matanya mengalir begitu saja. Viona tak dapat lagi menyembunyikan perasaannya.

Zevan mendekap erat tubuh Viona. Dua orang anak adam itu tidak peduli jika dirinya sekarang sedang menjadi tontonan banyak orang. Mereka hanya ingin saling mencurahkan perasaan mereka masing-masing.

"Pergilah Viona. Aku akan menunggu kepulanganmu," ucap Zevan sambil melepaskan pelukannya.

"Jangan menungguku Zev. Aku tidak bisa menjajikan sebuah kepulangan," ucap Viona masih dengan terisak.

"Sejauh apapun kamu pergi itu bukan rumah kamu Vi, aku yakin kamu pasti pulang," ucap Zevan yakin.

"Selamat tinggal Zevan,"

"Jangan bilang selamat tinggal Viona. Cukup bilang sampai jumpa agar masih ada harapan untuk bertemu lagi," ucap Zevan.

Viona sudah tidak bisa berkata apapun lagi, dia sudah kehabisan waktu. Tangisnya masih belum reda sebab tidak percaya dia akan benar-benar berpisah dengan Zevan. Tapi juga ada satu perasaan lega dihatinya saat mendengar Zevan akan menunggunya, entah itu hanya sekedar janji atau sebuah kebenaran Viona tidak peduli. Dia hanya merasa tenang selama dan sejauh apapun dirinya pergi tetap akan ada yang akan menunggunya.

Pada akhirnya memang harus seperti ini, tidak semua kisah berakhir seperti apa yang kita inginkan. Zevan memang masih sangat mencintai Viona. Tapi Zevan tetap menghargai pilihan Viona. Ini berat bagi Zevan melepaskan kepergian Viona, namun dia tau ini yang terbaik untuk mereka berdua.

Takdir menghadirkan seorang Viona dalam kehidupan Zevan dan sekarang takdir juga yang membawa pergi Viona. Namun Zevan percaya jika suatu saat takdir akan kembali membawa Viona kembali kepadanya. Dan Zevan siap meski harus menunggu sangat lama untuk kepulangan Viona.

*****

Viona memilih menyerah pada takdir, merelakan semua harapannya yang dulu pernah mati-matian dia perjuangkan. Dari awal Viona paham tidak semua hal harus dia perjuangkan karena pada akhirnya tidak ada jaminan jika yang di perjuangkan memberikan hasil yang di inginkan.

Viona tau dia dan Zevan sebenarnya bisa menjadi egois dengan tetap meilih terus bersama. Tapi tentu saja semua justru akan saling melukai pada akhirnya. Dan perpisahan ini adalah keputusan terbaik agar mereka bisa saling mengobati sebelum mereka saling bertemu lagi nanti.

Pada akhirnya baik Zevan atau Viona kini menyerah pada takdir. Mereka tidak lagi saling mengusahakan. Bukan karena mereka berhenti saling mencintai, tapi karena pada titik ini mereka saling mengerti bahwa tidak semua hal bisa di paksakan. Termasuk kebersamaan mereka.

To Be Continue...

With Love,

-Cana Lily-

CongratulationsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang