0.7 Tired

465 52 2
                                    

"Aku tidak mengerti kenapa mereka menyebutnya sebagai patah hati, karena bagiku rasanya seperti seluruh bagian tubuhku juga terluka "
-Anonym-

*****

"Kamu kenapa?" tanya Zevan yang mendapati Viona menangis di taman kompleksnya.

Viona tidak menjawab ucapan Zevan, dia hanya memberikan tatapan sendu pada lelaki yang tadi dimintanya untuk datang menjemputnya.

Zevan menarik Viona kedalam pelukannya, mencoba menenangkan tangis gadis yang satu jam yang lalu masih tersenyum manis padanya.

Zevan baru saja memarkirkan motornya saat Viona menelponnya, gadis itu meminta Zevan untuk menjemputnya. Tanpa berfikir panjang Zevan mengiyakan ucapan Viona untuk menjemputnya, dan disinilah Zevan sekarang duduk dibangku taman kompleks rumah Viona dengan tangisan gadis itu dalam pelukannya.

Viona benar-benar tampak kacau dia bahkan, masih menggunakan seragam sekolahnya, bisa dilihat jika gadis itu benar-benar dalam kondisi yang tidak bisa dibilang baik-baik saja.

"Aku antar pulang ya," ucap Zevan setelah dilihatnya Viona sudah lebih tenang.

"Aku ga mau pulang," jawab Viona lirih.

"Terus kalau gak pulang kamu mau kemana? Biar aku anterin," ucap Zevan mencoba untuk tidak menanyakan alasan kenapa gadis ini tidak ingin pulang kerumahnya.

"Aku gak tau," cicit Viona sambil memandang sepatunya, dia benar-benar tidak tau harus kemana. Dipikirannya hanya ada satu hal, dia tidak ingin pulang malam ini.

"Kamu udah bawa seragam sama buku buat besok?" tanya Zevan sambil melirik dua tas yang berada disamping Viona.

Viona hanya mengangguk, mengiyakan ucapan Zevan.

"Ya udah ayo," ajak Zevan sambil menarik tangan Viona.

Viona pasrah kemanapun Zevan akan membawanya pergi, setidaknya dia bisa jauh dari rumah sekarang. Viona hanya ingin menenangkan dirinya.

Tanpa sadar Viona menyandarkan kepalanya di punggung Zevan, Viona merasa nyaman bersama Zevan. Bahkan Viona tidak bisa menampik bahwa mungkin sekarang dihatinya Zevan sudah menempati posisi yang dulu di tempati oleh Gema.

Viona bahkan sudah melupakan janjinya kepada Zevan untuk tidak menyukai pria itu. Ayolah, Viona hanya manusia biasa dia tidak bisa mengontrol perasaannya sendiri. Biarlah seperti ini Viona akan menyimpan rasa ini untuknya sendiri, dia tidak akan menuntut balas apapun untuk semua rasanya. Viona tidak akan melakukan apapun untuk membuat Zevan mengetahui perasaanya, Viona hanya akan menikmati perasaanya sendirian saja.

Zevan menghentikan motornya disebuah apartemen yang sebenarnya tidak terlalu jauh dari rumah Viona, Viona tidak menanyakan apapun dia memilih mengikuti langkah Zevan yang berubah menjadi pendiam selama perjalan menuju kesini. Zevan mencoba membuka salah satu unit apartemen yang Viona yakini adalah milik Zevan. Namun, sepetinya Viona salah menebak karena ternyata saat Viona masuk kedalam dia melihat gadis yang sepertinya pemilik unit ini terkejut dengan kedatangan mereka.

"Kok ga bilang dulu kalau mau kesini kak," ucap sang gadis yang belum menyadari keberadaan Viona.

"Nanti aja aku jelasin. Bisa minta tolong beliin makanan buat kita Sya," ucap Zevan.

"Loh ada kak Viona juga, ini kenapa sebenernya?" tanya gadis bernama Tasya itu setelah menyadari keberadaan Viona.

"Nanti pasti aku jelasin kok," ucap Zevan mengulangi ucapannya.

"Oke, kak Viona masuk aja kak. Aku tinggal beli makan dulu ya," pamit Tasya sambil tersenyum ramah kearah Viona.

"Kamu mandi dulu aja. Kamu bisa pakai kamar yang itu," ucap Zevan sambil menunjuk salah satu kamar yang berada didepannya.

CongratulationsWhere stories live. Discover now