Dua

23.2K 5.1K 422
                                    

Bu Joyo dan rombongannya tidak tinggal lama. Syukurlah kukuku yang hitam tidak memengaruhi rencana investasi beliau. Bu Joyo tampak gembira saat melihat desain, brosur, dan barang yang dipamerkan di showroom mungil kami. Beliau juga antusias berdialog dengan para tukang.

"Abi akan menghubungi kalian kalau berkas MOU-nya sudah siap. Jadi kalian bisa ke kantor kami untuk tanda tangan. Pengucuran dana akan dilakukan kalau tetek bengek administrasi yang menandai legalitas kerja sama sudah selesai."

"Terima kasih, Bu." Aku menjabat tangan Bu Joyo takzim, berusaha mengabaikan Abimana yang langsung berjalan keluar. Mungkin dia khawatir tangan halus mulusnya akan benar-benar terkena noda kalau harus bersentuhan dengan tanganku sekali lagi.

Aku dan Salwa menunggu sampai mobil Bu Joyo dan rombongannya pergi sebelum kompak berteriak seperti anak kecil, "Yesssss!" kami berpelukan sambil tertawa.

"Kita berhasil!" seru Salwa. "Selamat datang masa depan cemerlang!"

"Semoga 2 tahun depan John Wick bisa punya mesin baru yang garang!" aku mengucap doa keras-keras.

Tawa Salwa langsung menghilang. "Berhentilah buang-buang uang untuk rongsokan itu."

"Kamu nggak lihat body-nya mengilap gitu?" Aku langsung defensif. Tidak ada yang boleh menghina John Wick.

"Percuma body mengilap kalau mesinnya uzur, Mbar. Sama aja dengan laki-laki ganteng tapi kere. Biaya hidupnya kita yang nanggung. Aku sih ogah."

"Aku juga ogah menanggung biaya hidup laki-laki. John Wick beda."

"Whatever!" Salwa mengibas. "Aku tadi nggak sempat sarapan karena grogi. Sekarang aku mau brunch dulu." Dia mulai sibuk dengan ponsel. "Kamu mau makan apa? Biar aku pesen sekalian."

"Bukannya kue yang kamu bawa untuk disuguhin pada rombongan Bu Joyo masih banyak?" Tadi Salwa membawa berbagai macam kue.

"Aku mau brunch yang berat. Kuenya nanti dioper ke tukang aja. Aku nggak mau diabetes di usia muda. Kamu juga harus menjaga konsumsi gula. Ayah kamu dulu DM, kan?"

"Kita harus jaga konsumsi gula, tapi tukang kita nggak masalah kalau diabetes?" Cara berpikir sahabatku ini memang aneh.

Salwa terkekeh. "Nggak gitu juga kali, Mbar. Gado-gado atau rawon?"

"Gado-gado deh. Aku tadi sempat makan brownies 2 potong." Kalau Salwa tidak bisa makan karena grogi, aku tadi makan untuk menghilangkan kecanggungan.

Tawa Salwa meledak lagi. "Kamu sadar nggak sih kalau tadi si Abimana Ganteng terus lihatin kuku kamu waktu kamu menyuap brownies. Dia pasti mikir kalau kamu itu jorok banget. Wajah sih mulus, cantik, eh, jari-jarinya najisun banget."

Aku langsung cemberut. "Untung yang punya duit itu Bu Joyo, bukan dia. Kalau dia, aku yakin si Abimana langsung menolak berinventasi. Tipe laki-laki kayak gitu kan kebaca banget. Untuk inves pun harus cari partner yang kinclong-kinclong. Yang kukunya semeter dengan nail art yang aneh-aneh."

"Belum tentu juga gitu sih, Mbar. Dan jangan nyalahin dia karena kekacauan yang dibikin John Wick. Aku bilang juga apa, jual aja. Beli mobil baru, sisanya bisa buat inves di kantor kita biar usaha kita makin gede."

"Isi kepala kamu itu duit semua," omelku. "Ada hal-hal yang nggak bisa ditukar dengan duit, tahu!"

"Jelas bukan John Wick. Dia bisa banget ditukar jadi duit. Kalau kamu beneran cinta dia, foto dia, Mbar. Bikinin bingkai yang keren untuk kamu pandangin saat kangen. Setelah itu lego sama penawar tertinggi. Mobil baru bikin jari-jari kamu kelihatan menakjubkan. Abimana tadi pasti mikir kamu masak pakai kayu bakar dan harus menggosok panci sebelum ke kantor."

Pilih Siapa?Where stories live. Discover now