EXTRA PART (1)

606 55 35
                                    

Assalamu'alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Hai, semuanya.

Selamat Hari Jum'at.

Disana hujan nggak?

Wah, rasanya udah lama nggak nulis cerita di lapak ini, kurang lebih 2 bulan.
Ada yang kangen nggak?

Oke, nggak nyangka ada yang mau baca atau nunggu bagian dari extra part cerita Adiba.

Terimakasih banyak, buat kalian semua. Alhamdulillah. Aku bersyukur kalian mau baca sampe sekarang.

Mohon maaf, jika udah buat kalian nunggu lama.

Dan, atas izin Allah, akhirnya hari ini, aku bisa nulis Extra Part cerita Adiba.


Maaf, bertele-tele. Intinya makasih.

💕💕💕💕
____________

Akhirnya, setelah cukup lama, memendam kata sebutan yang ia ingin ucapkan.

Pas sekali, seakan-akan situasi ini mendukungnya.

"By, eh, ... " Adiba jadi kikuk sendiri, salah tingkah.

Eh, tadi apa? By? Maksud By itu apa?
Aby ya?

"Iya, Sayang?" Oh, Adiba makin salah tingkah.

Sepertinya Afkar mengerti apa maksud Adiba.

"Ini, aku mau minta tolong, ... Aduh---"

Belum sempat Adiba mengutarakan permintaan tolongnya, kakinya tersangkut dan hampir terjatuh.

Untung saja, sebagai suami yang baik dan menyadari hal itu, Afkar langsung memeluk dan menahan tubuh anggun Adiba.

Lama mereka terdiam dalam pelukan itu, satu menit, dua menit, sampai lima menit lamanya Adiba tersadar.

Malu. Aduh. Udah halal, kenapa masih malu?

Bukan. Ternyata Bunda Adiba datang untuk menyusul Adiba yang katanya ingin memanggil Afkar, tetapi ternyata, lagi bermesraan. Hem, nggak tuh?

"Eh, Bunda?" Adiba kaget, dia langsung berdiri tegak membetulkan bajunya.

Bunda hanya senyum-senyum melihat sepasang suami-istri yang berada di depannya salah tingkah.

"Yuk, ke dalam." Rani yang sadar akan hal itu, langsung mengalihkan situasi, daripada  keduanya terus terdiam dalam kegugupan, nggak enak. Ehem.

***

"Sayang, maksud kamu 'By' itu apa?" Afkar mulai bertanya dengan lembut.

Afkar sudah lama memanggil Adiba dengan kata 'sayang'. Supaya lebih romantis dan meyakinkan gitu.

Awalnya masih kikuk, tapi lama-lama terbiasa.

Jadi, Adiba juga memberanikan diri.

"Em, anu ... Itu loh, anu ...." Sepertinya Adiba mulai salah tingkah lagi.

"Aby? Atau Beb? Udah mau, ya, sekarang?"

"Hah, mau? Mau apa, maksud kamu?" Adiba kaget setengah mati.

"Mau manggil dengan panggilan kayak gitu. Ya, baguslah. Alhamdulillah." ucap Afkar dan satu kecupan mendarat di pipi Adiba.

"Iya, belajar, dikit-dikit." Adiba tersenyum manis.

Demi apa, Afkar semakin mencintai Adiba.

"Iya, Ummi," jawab Afkar dengan mengelus puncak kepala Adiba.

Cinta yang halal, tidak ada yang bisa menandingi rahmatnya. Suci dan bahagia serasa mengikuti ke halalan itu. Besyukurlah orang-orang yang mau bersabar dalam mencintai dalam diam, mengakui hanya lewat doa. Dan menyempurnakan lewat akad.

Ternyata jarak tidak merubah takdir bagi keduanya saat itu. Ini bukti bahwa jodoh tidak akan tertukar, asalkan tetap berusaha dan melangitkan doa-doa yang terbaik.

***

Rencananya, Adiba dan Afkar akan segera pindah ke rumah baru mereka.

Sebelum menikah dengan Adiba, diam-diam Afkar sedang membangun rumah, saat ini, sudah dalam proses mendekor rumah tersebut. Hanya keluarganya yang tahu, Keluarga Adiba belum tahu.

Katanya, itu akan ia katakan ketika sudah benar-benar selesai ples sebagai hadiah satu tahun pernikahan mereka, kurang lebih dua bulan lagi.

Hari ini, Fatul---Abang Adiba akan berkunjung ke rumah Bundanya. Berkumpul. Mumpung Adiba juga ada.

Dua tahun sebelum Adiba menikah, Fatul pun telah menikah. Dan tekah dikaruniai seorang anak laki-laki bernama Luqman.

***

"Assalamu'alaikum," ucap Fatul berjalan masuk.

"Wa'alaikumussalam," jawab Bunda, Afkar dan Adiba bersamaan.

Fatul memeluk Rani, mencium tangan.

"Abang, apa kabar?" Adiba menghampiri Fatul, berniat bersalaman dengannya dan juga istrinya.

"Hai, Kak, Azizah. Hai, Luqman," sapa Adiba kepada Azizah--istri Fatul dan juga anaknya.

Setelah waktu bersalam-salam selesai, mereka duduk di ruang keluarga, bercerita ria. Melepas kerinduan antara kakak-beradik dan juga antara orang tua dan anak.

"Oh iya, Ayah mana, Bun?" tanya Fatul karena sedari tadi belum melihat Kalif.

"Iya, Ayah kemana, Bun?" Adiba juga ikut bertanya.

"Ayah nggak pulang semalem, ada pasien yang mendadak harus dioperasi." Jelas Rani kepada anak-anaknya.

Adiba mulai mendekati Azizah. Hendak mengutarakan sesuatu.

"Kak, aku boleh gendong Luqman?" tanya Adiba dengan nada pelan.

Azizah dan Fatul tersenyum lalu berkata, "boleh dong, Dek, biar kamu juga cepet ada," jawab Fatul diikuti kekehan pelan.

"Hem," Adiba dan Fatul tertawa tanpa usaha.

"Doakan sajalah, Bang, adeknya," imbuh Bunda.

Beberapa menit asyik menggendong Luqman, entah perasaan apa yang menyambar hati Adiba, tiba-tiba air matanya jatuh ke pipi, menangis.

"Kenapa, Sayang?" Afkar yang menyaksikan setetes air mata pertama yang jatuh, langsung menatap Adiba. Tersirat ada kekhawatiran.

***

Hayo, ada apa gerangan si Adiba nangis?
Komen yuk:)

Gimana sama extra partnya?

Jangan lupa vote dan komen ya:)

Jangan lupa follow ig
tiarakai_

Adiba | SelesaiOnde histórias criam vida. Descubra agora