4 | Dia Teman Abang

690 119 5
                                    

Bismillahirrohmanirrohiim
Haiiii....
Selamat membaca cerita Adiba:)

🌿

Hari ini matahari terik sekali, seakan-akan tersenyum bahagia karena selalu memancarkan cahayanya ke bumi yang banyak dimanfaatkan makhluk Allah.

Adiba duduk manis bercerita-ria bersama Fatul, Abang satu-satunya itu. Tampak bahagia wajah keduanya. Rasanya waktu ini tak ingin Adiba dan Fatul lewatkan hanya dengan bercerita, tapi juga ingin mereka jadikan sebagai waktu yang bermanfaat.

"Hapalan Adiba lancar?" tannya Fatul menatap wajah anggun sang Adik.

"Alhamdulillah, Bang. Ya, kadang lancar kadang mesti di ulang-ulang lagi. Tapi, nggak papa, semua itu Adiba nikmatin kok, Bang. Kan berlama-lama dalam menghapal juga gak dosa malahan kita berlama-lama berbuat kebaikan. Punya Abang gimana?" jawab Adiba dan balik bertanya kepada sang penanya.

"Mmm, sering kehambat sih ... Kan seperti yang kamu katakan tadi, berlama-lama dalam kebaikan. Kan, kan, kan?" Katanya mengikuti kata Adiba, seraya megacak puncak kepala Adiknya yang di bungkus kerudung itu, cukup keras. Dan Fatul berlalu setelah menjaili Adiknya itu.

Begitulah. Ketika sedang serius-seriusnya, Fatul pasti tetap akan melakukan kejailan yang membuat Adiba sedikit kesal namun tidak membalasnya. Untuk apa juga?

"Adiba ... Adikku sayang, Abang masuk kamar kamu yee," teriak Fatul dari lantai atas yang hendak memasuki kamar Adiba.

Abangnya memang semang main ke kamar Adiba, buka-buka laptop Adiba, membaca motivasi yang tercipta di sana. Namun, tidak jarang juga dia tidur di kasur Adiba dan mengacak-acak tempat tidurnya. Seneng aja, katanya.

Adiba tak menjawab walau sudah dipanggil semanis itu, hanya mendongakkan kepalanya melihat Abangnya dan tersenyum. Yah, tersenyum tanpa menjawab karena kamarnya di kunci dan kuncinya ada di sakunya. Hehe, kasian sih Abang. Adiba terkekeh.

Fatul hendak masuk, hatinya senang dan senyum-senyum ketika membuka pintu kamar Adiba. Beberapa kali dia membuka sampai dia tersadar bahwa pintunya di kunci, seketika senyum di bibirnya pudar.

"Nih kuncinya. Maaf, Adiba kunci tadi," tiba-tiba Adiba sudah berada di belakang Fatul sambil memberikan kunci kamarnya.

"Oke. No problem, Adikku." jawabnya dengan senyum mengembang.

Begitu kalau ada maunya. Secepatnya Fatul membuka pintu kamar Adiba.

"Masyaallah," puji Fatul dalam hati.

Benar. Hanya dalam hati karena jika dia ucapkan terang-terangan pastinya sang Adik akan tersipu malu walau yang memujinya adalah abangnya sendiri.

"Salut deh Abang sama Adiba. Kamar kamu selalu rapi kayak di hotel aja," hanya itu yang dia katakan.

"Hem, Alhamdulillah. Kan kebersihan itu sebagian dari iman. Tapi, nggak kayak di hotel juga kali, Bang. Iya, kan udah rapi, jadi jangan Abang berantakin lagi, ya?" jawabnya dengan meminta agar Abangnya tidak mengusili kamarnya lagi.

"Oke. Udah sana, beresin kamar Abang dulu. Jadi Adik berbakti kan sekali-kali," perintah Fatul dengan memutar balik badan sang Adik.

Adiba | SelesaiWhere stories live. Discover now