7 | Sampai Jumpa Lagi, InsyaAllah.

451 87 8
                                    

Bismillahirrohmanirrohiim

Happy reading❤

🌸

Dua hari sebelum keberangkatan Adiba ke daerah istimewa Yogyakarta itu membuat dirinya cukup gelisah walau berkali-kali dia memantapkan pilihannya untuk melanjutkan pendidikan SMA dan menjaga sang nenek.

Adiba akan melanjutkan di sebuah SMA Islam yang berada di Yogyakarta, SMA Pelita Islam Yogyakarta lebih tepatnya, sekolah favorite anak-anak Yogya dan terkenal dengan segudang prestasi.

Rasanya ada yang mengganjal hati dan pikirannya ketika dia akan terbang di udara nanti, "semoga ini hanya firasat aku aja," batinnya.

"Yuk,"

Tiba-tiba Fatul menghampiri Adiba yang sedang duduk termenung di ruang tamu.

"Mau kemana?"

"Kemana-mana hatimu senang, Adikku,"

"Dimana-mana hatimu senang, kali Bang,"

"Iya deh. Ayo, gak mau ikut nih?"

"Kemana dulu?"

"Ada deh. Kamu ikut aja,"

"Iya. Izin Bunda dulu,"

"Udah Abang izinin sama Bunda, kata Bunda iya,"

"Okeh. Ayolah."

Kini rasa gelisah yang dirasakannya mulai mereda. Tapi, aneh saja. Tidak biasanya Fatul mengajaknya pergi keluar ataupun keluar karena Fatul sangat tahu bahwa sang Adik tidak menyukai namanya jalan-jalan. Adiba berfikir, mungkin karena Adiba akan berangkat dua hari lagi jadi Abangnya ingin mengajak Adiba pergi sebelum ditinggal.

Mobil Fatul keluar dari garasi dan melaju dengan kecepatan rata-rata.

☆☆☆

Taman bunga mawar.

"MasyaAllah." Ucap Adiba melihat keindahan taman bunga mawar itu

"Gimana? Suka gak?"

"Alhamdulillah, Adiba suka. Kok bisa?"

"Apanya yang kok bisa?"

"Tempatnya,"

"Ya bisalah. Kan ada Allah."

"Maksud Adiba itu, kok bisa Abang ajak aku kesini?"

"Abang tahu Adiba suka bunga mawar dan kebetulan waktu Abang ke rumah temen lewat jalan ini. Syukurlah kalau kamu suka. Hitung-hitung hadiah buat kamu."

"Makasih ya, Abang,"

"Iya." Jawab Fatul dengan mengacak sedikit puncak kepala Adiba.

"Oh iya, Abang juga udah siapin ini," Ucapnya dengan memberikan sebuah makanan.

"Ya Allah, Abang tahu aja kalau Adiba pengen makan Martabak."

Iya, hanya sebuah martabak. Tapi, sangat membuat Adiba senang.

Adiba sangat bersyukur memiliki Abang seperti Fatul. Walau dia sering menjaili Adiba, Fatul juga sangat penyayang, baik dan selalu melindunginya. Hanya saja caranya berbeda. Mungkin, begitulah kewajiban seorang Abang pada umumnya.

Sebenarnya Fatul juga merasakan kegelisahan. Tapi, dia tidak ingin memberitahu Adiba karena tidak mau Adiba khawatir. Apalagi jika Fatul tahu kalau Adiba juga merasakan kegelisahan, itu akan sangat tidak mengenakkan.

Adiba | SelesaiWhere stories live. Discover now