"Doi siapa anjir?"

"Dih! Pura-pura bego! Pak Radi lah, siapa lagi?!"

Nadir berdecak, takut didengar teman-temannya yang lain. "Lambemu!" katanya berdesis, dibalas Anggun dengan seringaian jail.

===

Deo menyipit saat melihat seseorang yang baru saja menuruni tangga. Ia mempercepat jalannya, menyusul orang itu.

"Woy!" Deo menepuk pundak Radi.

Radi menoleh, lalu mengerutkan kening. Tadinya ia akan bertanya, sebelum teringat panggilan orang tua untuk Nadir. "Mau ke BP?"

Deo mengangguk. "Yo'i," balasnya.

Kedua pria itu berjalan menyusuri koridor. Radi akan mengantar Deo ke ruang BP dulu, baru setelahnya ia menuju ruang kepala sekolah.

"Pacar lo tuh nyusahin!" celetuk Deo, untung koridor sepi dari para murid. Hanya tembok yang mendengar celetukan berbahaya Deo.

Radi menggeleng heran. "Adek lo juga."

Radi tidak bisa membayangkan, bagaimana jika Deo tau bahwa ia dan Nadir sebenarnya hanya bersandiwara. Bagaimana jika ia tau Deo meminta Nadir menjadi kekasihnya hanya untuk membuat Lyra bahagia melihatnya.

"Gue sebenernya gak mau dateng, tapi setelah gue tau alasan dua bocah itu ada disana, gue berubah pikiran."

Radi mengangguk mengerti, ia juga paham hal itu. "Itu ruangan BP di depan. Langsung masuk aja, ada Bu Hera di dalem."

"Oke."

Beberapa langkah lagi dari ruang BP, langkah kedua pria itu mendadak berhenti, bersamaan dengan dua orang yang keluar dari ruang BP.

Mata Deo membulat, begitupun Radi yang terkejut. 

Siska melirik sebentar ke arah dua pria yang berdiri mematung itu. Kemudian beralih kepada tamu undangannya, sambil tersenyum ramah ia mengarahnya telapak tangan kanannya ke depan, "Mari Pak, saya antar ke ruang Pak Danang."

Pak Rafi mengangguk, sebelum melangkah, ayah kandung Nadir itu menoleh ke arah Deo dan Radi.

Sementara Radi mengangguk sopan, Deo malah melambaikan tangannya kaku. Keduanya tidak mengerti kenapa ayah kandung Nadir itu ada di sekolah ini.

Pak Rafi pergi begitu saja, tanpa membalas anggukan Radi, atau lambaian Deo. Ia berjalan mengikuti Siska menuju ruangan kepala sekolah, yang mana Pak Danang merupakan temannya itu.

Deo mengeluarkan smartphone-nya saat terasa bergetar. Nama adiknya tertera disana. Dengan cepat, ia menggeser ikon hijau.

"Bang, lo udah di sekolah? Kalo kakek Anggun gak dateng, lo sekalian wakilin juga dong. Kasian..."

"Lo bilang ke Papa gak, kalo lo ada masalah di sekolah?"

"Hah? Kagak lah, kalo gue bilang ke Papa, ya gue gak bakalan sampe minta-minta ke elo supaya dateng ke sekolah."

"Oh, yaudah."

"Bang, lo belum jawab..."

Sir-ius? [Completed]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum