vingt-cinq

355 87 35
                                    

Haruto sudah siap dengan segala situasi dan kondisi yang ia hadapi dengan anya. Tangannya terulur menekan bel yang menempel pada tembok dekat pintu rumah anya. Tak butuh lama, pintunya terbuka menampilkan sosok yang cukup asing untuknya. Keterkejutannya sedikit mengundang pikiran liar haruto untuk saat ini, jujur saja ia sedikit terbakar api cemburu mengetahui anya bersama dengan laki-laki lain di dalam rumahnya.

"siapa kak- ari?"

"anya, ada yang mau aku omongin sama kamu" ujar haruto saat kuat hati mencoba tenang

Setelah itu anya menarik tangannya agar sedikit menjauh dari tiertta, orang yang membukakan pintu untuk haruto adalah tiertta.

"kenapa gak kabarin aku dulu kalo mau ke sini?" tanya anya. Haruto seketika menyeringai, tak tahan lagi dengan ini.

"kenapa? Gak mau di ganggu?"

"ganggu apa maksud kamu ri? Aku gak ngerti, kamu kenapa?"

"kak nay di rumah?"

"enggak, kak nay pergi pas kak tiertta dateng"

"jadi kamu cuma berdua sama dia di rumah? Dengan keadaan pintu tertutup? Apa kata orang-orang nanti anya?"

"ari" panggil anya, namun hatinya kini terlanjur terbakar

"kamu gak ada niatan selingkuh kan, nya?"

"enggak arion, enggak sama sekali. Kamu kenapa sih? Ini bukan kamu" anya menaikan intonasinya sedikit lebih tinggi seolah ia sedang kesal. Kesal dengan sikap haruto yang terdengar merengek seperti ini.

"terus kamu maunya aku gimana? Aku gak cemburu kalo kamu deket sama cowo kamu gak suka, sekarang aku menunjukkan dengan tegas ketidaksukaan aku sama dia kamu juga gak suka. Terus aku harus apa?"

Seketika anya terdiam. Ia termakan oleh pernyataannya terakhir kali pada haruto. Kini ia menjadi ragu bahwa haruto bersalah atas permasalahan mereka terakhir kali, karena pada kenyataannya dia sendiri yang membuatnya semakin buruk.

"niat aku ke rumah kamu itu untuk memperbaiki kesalahpahaman kita terakhir kali, anya. Tapi kalo akhirnya kedatangan aku ke sini malah membuat kita semakin jauh, jujur aku nyesel. Aku bahkan gak pernah berhenti pikirin kamu selama kita hilang kabar anya, apa kamu juga gitu? Atau malah situasi kita ini menguntungkan kamu?" tanya haruto dengan matanya yang jelas tertuju pada tiertta.

"gak sama sekali arion, kamu gak seharusnya ngomong kayak gitu"

"aku gak pernah setuju dengan keinginan kamu satu minggu ini dan terus berpikir apa emang aku bener-bener salah, aku pikirin berbagai cara biar kita bisa balik kayak sebelum saat itu. Tapi sekarang kayaknya aku setuju. Kita emang bener-bener kehilangan maksud dari hubungan kita ini, nya. Aku sibuk mempertahankan, sedangkan kamu sendiri bahkan aku sama sekali gak tau apa kamu juga berniat mempertahankan hubungan ini atau enggak."

"arion,"

"aku minta maaf lagi, aku malah membuat semuanya semakin rumit. Bukan aku lari dari ini semua, tapi gak ada salahnya kita biarin aja ini semua mengalir dengan sendirinya. Aku pulang", semarah apapun haruto, ia tak pernah pergi tanpa mengucap pamit pada anya. Jika sebelumnya pamitnya akan selalu menjadi pertemuan pada waktu-waktu yang akan datang, namun pamitnya hari ini ia tak yakin.

Dalam jarak sejauh ini, bohong jika tiertta tak mendengar mereka. Hubungan yang ia kira hanya sekedar permainan dan bisa kapan saja berakhir, namun ternyata tidak. Ini lebih rumit dari semua perkiraannya.

"anya," panggilnya ragu

"maaf kak, saya butuh waktu untuk sendiri, sekali lagi maaf kalau ini sedikit tidak sopan kakak mengerti kan?"

Comρlicαtҽd✔Where stories live. Discover now