dix-huit : reject

426 106 44
                                    

"jadi, keputusannya ada di tangan lo. Kalo lo mau sepenuhnya bersandar ke gue, konsekuensinya jelas dengan ceritakan semuanya ke gue, perlahan. Tapi kalo emang lo gak mau, mending berhenti cari gue dan ikuti pilihan lo. karena gue juga butuh alasan untuk menjadi tempat bersandar lo, tempat yang lo rasa nyaman sebagai rumah"

Tak sampai 2 menit setelah haruto mengatakannya pada anya, tiba-tiba ia bangkit dari kursinya. Memandang ke arahnya dingin lalu berjalan jauh, sejauh mungkin sampai haruto hanya bisa terdiam di tempatnya.

Anya sudah memutuskan. Tak ada lagi yang bisa haruto harapkan.

Tapi ia tak pernah menyangka bahwa anya benar-benar menutup dirinya setelah itu. Bahkan haruto harus sengaja mengintip ke kelas lita karena anya hanya berada di sana. Entah kapan ia berangkat dan pulang, haruto bahkan hanya sesekali melihatnya. Menjadi sejauh ini dengan anya ternyata tak baik untuk hatinya.

"ariii" lita membuka pintu kamar haruto perlahan

"loh, lo kenapa kak?"

"anya, diaa- katanya mau kuliah ke luar negeri arii. Kenapa harus jauh-jauh? Gue gak mau pisah sama anyaa, ri"

"kemana? Tapi, kenapa?"

"gue gak tau, dia berubah lagi. Mungkin sama gue engga, tapi sama orang lain dia bener-bener bukan anya lagi."

Haruto memikirkan alasan apa yang memungkinkan anya berubah seperti ini. Sangat mustahil jika semua karena anya terpengaruh dengan apa yang sudah ia katakan.

Tak ada yang ia pikirkan lagi selain anya selama ini. Sudah cukup ia berusaha menerima keputusan sepihak yang jelas terasa tak adil untuk haruto. Ia harus memperjelasnya satu kali lagi sebelum pada akhirnya ia menyesal karena menerima keputusan ini.




━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

Kanaya melangkahkan kakinya untuk membuka pintu rumahnya yang sedari tadi diketuk nanun tak kunjung mendapat sambutan dari sang pemilik rumah. Padahal kanaya tau dengan jelas anya mendengarnya, namun ia hanya berusaha menulikan telinganya.

"iyaa, siapa y-"

Seseorang yang sempat meresahkan kanaya karena kehadirannya hampir membuat anya lagi-lagi dihadapkan oleh sesuatu yang sama seperti terakhir kali. Ia berdiri dengan tatapan dinginnya, sehingga tak langsung kanaya merasa bahwa ia seolah mengintimidasinya

"haruto? Cari siapa?"

"saya cari kakak"

Belum sempat kanaya pergi menghindar, ia jelas mendengar bahwa ternyata orang yang haruto tuju ialah dirinya

"loh ada apa?" tanya kanaya ramah menyembunyikan kegelisahannya

"anya ada di rumah?". Lalu kanaya hanya mengangguk sebagai jawaban

"kalo gitu kita bicara di luar aja kak"

Mereka memutuskan untuk pergi, tanpa ada seorang pun yang sadar, anya memandangi haruto di balik tirai yang bertengger di jendelanya. Saat ini, terlalu menyakitkan jika ia haru membuka pintu dan menemui haruto sejak pembicaraan mereka terakhir kali.

━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

Haruto menyadari bahwa seseorang tengah memandanginya saat ini, namun sepertinya pura-pura tak tau adalah cara yang cukup baik membiarkan ia bergelut dengan sesuatu yang sedang ia pikirkan. Ia tak ingin jika tiba-tiba ia merasa terbebani lagi karena tertangkap basah memperhatikannya.

Dan seperti kanaya sudah tau apa yang ingin ia bicarakan dengannya. Meskipun ia masih terlihat tenang, namun tatapannya lagi-lagi membuat haruto tau bahwa ia sedang gugup.

"mau pesen apa kak?" tanya haruto

"samain aja sama kamu" jawab kanaya singkat

Sebelum haruto memulai, ia memutuskan untuk makan terlebih dahulu. Karena sepertinya kanaya tidak berbeda jauh dengan anya, bahkan sebelum sempat ia memakan sesuatu semua perkataannya seolah sudah sangat membuatnya kenyang hingga makanan hari itu mulai dingin tanpa sempat mereka sentuh.

"kamu mau ngomong apa sama kakak?"

"sebelumnya saya mohon dengan hormat, kakak tidak meninggalkan meja ini sebelum kakak menjawab pertanyaan saya" haruto sungguh-sungguh dalam mengatakannya. Ia putus asa tentang anya.

"alasan kakak melarang saya buat deket sama anya sebenarnya kenapa kak?"

Kanaya sudah menduganya. Ia hanya merasa bingung harus menceritakan semuanya darimana.

"kakak, gak mau anya sakit lagi"

"tapi saya gak pernah berniat nyakitin anya, kak"

"kakak tau, kakak hanya takut anya terlalu menyadarkan dirinya sama orang lain lagi. Udah cukup dia kehilangan dirinya saat seseorang yang dia jadikan tempat sandarnya pergi ninggalin dia"

Entah apa yang haruto rasakan saat ini.

"kamu mungkin gak tau kalo anya, lama nanget nyalahin dirinya sendiri karena kepergian aya. Kamu pasti gak asing dengan nama itu"

Nama yang selalu berhasil membuat anya menjadi orang yang berbeda dalam kurun waktu singkat, benar-benar bertolak belakang seseorang yang ia kenal.

"tapi, bukannya itu emang keputusan dia untuk tinggalin anya ya kak? Tapi kenapa harus anya yang seakan bertanggung jawab atas sesuatu yang bukan salah dia"

"aya itu spesial. Dia baik, dia tulus sama anya. Kejadiannya tepat 4 tahun yang lalu. Semua perlakuan yang kamu kasih ke anya, aya juga kasih. Bahkan gak ada satu orang pun di antara kakak dan ibu yang anya andalkan sebelum anya ketemu aya. Pertemuan sama aya sedikit demi sedikit membuat anya perlahan kembali hidup. Perhatian, kasih sayang bahkan nyawa rela aya pertaruhkan buat anya. "

Haruto masih terus meresapi semua untaian kalimat indah tentang aya, hingga ia sempat tertegun dengan kalimat terakhir kanaya yang terkesan ambigu

"Iya. Aya udah pergi, ke tempat yang bahkan gak akan bisa anya datangi. Sampai detik-detik terakhir hidupnya, semua yang dia lakukan itu cuma untuk anya."

Siang hari yang cerah berubah terasa sangat dingin untuk haruto. Ia benar-benar bodoh saat memikirkan semua kata-kata yang sempat ia tujukan pada aya, sangat wajar jika anya marah. Orang yang ia sayangi, orang yang telah banyak berkorban untuknya malah di maki oleh seorang haruto yang bahkan tak lebih baik dari aya.

Dan kini haruto dirundung kegelisahan, tentang ia yang tak ada apa-apanya di banding aya yang merasa harus mundur dan tentang ia yang merasa dirinya harus maju melindungi sesuatu yang memang pantas untuk haruto lindungi.




»★━━━━━༻✿༺━━━━━★«
Monday, april 26th 2021

Jangan harap mereka bisa bersama dengan mudah🤭

- isnaa_nisaa -

Comρlicαtҽd✔Where stories live. Discover now