vingt

396 108 36
                                    

Kanaya baru saja akan pergi menemui temannya sebelum akhirnya ia harus membatalkan janjinya karena ia harus menyambut kepulangan anya dengan cemas. Tatapan anya kosong, tangan gemetar dan lagi sesak napasnya sangat mengganggu kanaya.

"anyaa, kamu kenapa?"

Anya bergeming, kanaya bahkan tak tau suaranya tak terdengar sama sekali oleh anya. Dengan cepat ia membawa anya masuk.

Kini apalagi yang membuat anya seperti ini. Saat anya pamit akan menemui seseorang senyumnya mengembang dua kali lebih lebar dari biasanya, namun kepulangannya sangat jauh dari bayangan kanaya.

"ketemu siapa kamu?" tanya kanaya tegas

"aku,"

"gak akan biarin siapa pun deket sama aku kak. Aku gak akan sekali pun memaksa seseorang untuk tinggal lagi, udah cukup. Aku gak mau ada nyawa melayang lagi karena-"

"karena apa? Karena kamu iya? Engga anya. Allah lebih sayang aya, makanya dia pergi lebih cepat. Bukan salah kamu kalo aya ninggalin kamu, dan bukan salah kita semua. Udah cukup menyalahkan diri kamu atas dosa yang gak pernah kamu buat. Seharusnya orang itu yang menyesal, bukan kamu"

"tapi ayah ngelakuin itu karena aku,"

"mau jadi so jagoan kamu hah?" Ucap pria paruh baya yang baru saja memukul putrinya dengan kayu

"sebenarnya kenapa bapak tega sakiti anak bapak sendiri? Ini darah daging bapak, pak. Bahkan tidak seharusnya satu tetes pun airmata mengalir dari matanya karena perbuatan bapak"

"Cahya rio wirawan ha." ia mengulas senyum menyeramkan

"bapak tau darimana-" seketika pintu pabrik bekas tertutup dengan perlahan, membuat aya semakin erat memeluk anya dengan banyak memar dan darah segar yang mengalir pada wajahnya

"ayah kamu yang ditinggal mati oleh istri kesayangannya, apa kabar? Enak gak ditinggal mati? Ohh engga lah hahahaha"

Sinting, aya baru menyadari bahwa ayah anya adalah orang yang cukup gila.

"engga kok, saya gak gila. Saya cuma membayar harga yang pantas"

"apa yang sebenarnya anda maksud?!" bentak aya, persetan orang di depannya ini adalah ayah dari perempuan yang ia sayang.

"eh eh santai dong, kok kamu gak sopan sama calon ayah sendiri?"

"saya tidak sedikit pun menginginkan restu anda"

"kak aya, kakak gapapa?" tanya anya setelah sekian lama menahan rasa sakitnya, tak ada satu pun kata yang ia lewatkan mengenai apa yang ayahnya dan aya bicarakan.

"gapapa anya, bertahan sebentar lagi. Kak nay udah-"

Bugh..

"kak ayaaa" teriak anya saat kepala belakang aya dihantam oleh batu yang ayah anya layangkan

Tak cukup sampai itu, ayah anya kembali melempar dirinya sedikit jauh dari aya. Setelah itu aya kembali ia hantam dengan bongkahan batu di sekujur tubuhnya. Lambat laun cekamannya pada ujung baju ayahnya melonggar, tak ada jerit sakit lagi dari mulutnya.

Dilihatnya kondisi aya yang lemah tak berdaya, pelan namun pasti anya melangkah ke arahnya. Terlihat sangat jelas sisa darah aya ada pada bongkahan batu-batu itu.

Kalau saja, hanya kalau saja kanaya tak hadir saat itu. Anya pasti sudah melakukan sesuatu pada ayahnya. Orang yang ia sayangi, kini terbujur kaku. Lantas bagaimana anya bisa menjalani hidup sedangkan seseorang yang membuatnya hidup di dunia ini telah pergi meninggalkannya.

"kak aya, bangun yuk kak" anya mengelus lembut wajah tampan aya yang di penuhi oleh darah

"ayah udah gak ada di sini kak, bangun kak. Katanya kakak janji gak akan biarin anya sendiri, kakak akan jaga anya, kakak setuju nikah sama anya, hidup sama anya untuk waktu yang lama. Kak aya-" tangis anya pecah, ia tak beranjak dari samping aya dan ia juga tak membiarkan siapapun membawa ayanya pergi.

Hingga tepat saat anya selesai mengingatnya, ia tak dapat berdiri dengan benar di hadapan kanaya. Ia mengingat setiap tindakan yang ayahnya lakukan pada aya.

Benar-benar tanpa satu patah pun kata pisah, aya berhasil membuat anya kehilangan arah. Kehilangan dirinya bahkan kehilangan akal hingga beberapa kali anya mencoba untuk menyusul dirinya di sana.

"barusan, haruto bilang sama aku kalo dia mau jaga aku, kak. Aku takut, sedangkan ayah udah menapakkan dirinya lagi di depan aku. Aku takut kalo kejadian itu terulang lagi. Aku takut kalau akhirnya aku berakhir dengan kehilangan lagi, aku gak mau."

"tolong jauhin anya dari dia kak, lindungin haruto. Jangan sampai ayah tau dan sadar kehadiran haruto di sekitar aku. Waktu ayah dateng ke sini, dia gak liat mukanya kak. Tolong anya, kak"

Setelah kanaya memikirkan kemungkinan anya dan haruto bersama, kini ia harus mengurungkan niatnya. Sebelumnya kanaya memang melarangnya, namun ia rasa anya akan lebih aman jika seseorang menjaganya dengan baik.

Tapi mendengar penuturan yang anya sampaikan padanya, rasanya kanaya tak bisa acuh pada keselamatan haruto. Entah bagaimana caranya laki-laki itu dapat bebas dari penjara. Kanaya tak mengenal dia dengan baik, hingga saat ini.

Dikejutkan oleh fakta haruto mengatakan itu padanya jelas membuat anya kembali merana. Kanaya tau di sisi lain ada rasa ingin anya yang besar untuk percaya pada haruto. Namun di sisi lain, ia takut setengah mati jika ia tak sengaja menyakitinya karena kini ayahnya sudah berada di sekitar mereka lagi.

Jika ada yang harus di salahkan atas semuanya. Ini salah laki-laki sialan, yang sialnya menjadi ayah dari mereka berdua.








»★━━━━━༻✿༺━━━━━★«
Monday, may 10th 2021

Fyi alurnya gak tersusun loh jadii liat baik-baik latar sama jalan ceritanya yaa biar nyambung wkwk salam pusing baca ulang🙃

- isnaa_nisaa -

Comρlicαtҽd✔Where stories live. Discover now