✨54 | Ending Scene

1.8K 119 16
                                    

Halo! Udah lama ngga update.

Belakangan aku lagi ngga mood buat update. Padahal part ini udah aku ketik dari jauh-jauh hari. Tapi ngga tau kenapa aku cuma baca-revisi-baca lagi. Aku repeat tanpa mau update:(

Aku minta maaf ya karena udah buat kalian nunggu lama.

Itu aja deh.. Selamat membaca.

✨✨✨

Tujuh tahun yang lalu..

Matahari di siang hari begitu terik, cahayanya memantul melewati celah jendela.

Pukul 02.00 siang waktu Thailand. Bibi Lice datang membawa si kembar Manoban yang terlihat begitu kacau; rambut serta seragam berantakan, kaus kaki putihnya terlihat kotor, serta kedua gadis kembar itu menangis sesugukkan.

Katanya, mereka berdua bertengkar di jalan sepulang sekolah.

Kalau saja Bibi Lice tidak kebetulan bertemu mereka, bisa jadi si kembar Manoban menimbulkan masalah di jalan.

Saat ini keduanya sedang duduk berhadapan dengan Nenek Jean. Keduanya masih bungkam saat ditanya mengapa bertengkar.

Hal itu membuat Nenek Jean menghela napasnya panjang. Menatap kedua cucu kembarnya ini secara bergantian. "Kalian sudah umur berapa?"

Tidak ada jawaban, membuat Bibi Lice yang kini menyimak dari dapur menggeleng tak karuan.

"Jawab. Kalian tidak bisa bicara?" Suara Nenek Jean meninggi. Sejujurnya, ia bukan tipikal orang tua yang suka membentak anaknya. Namun ada saat-saat tertentu ia harus melakukan itu.

"Lima belas tahun, Nek," jawab si kembar Manoban secara bersamaan. Keduanya masih menunduk, sesekali saling melempar tatapan sinis. Dan Lisa masih sibuk menghapus air matanya yang belum mau berhenti, sementara Luna terus menggigit bibirnya menahan tangis.

"Sebentar lagi kalian akan duduk di bangku SMA. Kalau terus bertengkar seperti ini, apa pantas?" seru Nenek Jean lagi dibalas dengan gelengan kedus cucunya itu.

"Kenapa bertengkar? Siapa yang mulai duluan?"

"Lisa!"
"Luna."

Dengan gerakan cepat, Luna menunjuk Lisa, begitu juga sebaliknya.

"Kamu duluan yang mulai! Coba kalau kamu ngga ikut campur aku—"

"Mana bisa begitu?! Aku kasih tahu kamu baik-baik! Tapi kamu malah—"

"Mana ada bicara baik-baik tapi mukul bahu! Itu namanya kekerasan!"

Percekcokan dimulai lagi. Luna maupun Lisa tidak mau mengalah satu sama lain. Suara keduanya yang saling beradu membuat kepala Nenek Jean pening. Alhasil wanita itu berteriak, "STOP!"

Membuat si kembar terdiam membisu. Dada Nenek Jean terengah menahan amarah. Ditatap kedua cucunya begitu tajam. "Laluna. Jelaskan, kenapa kamu bertengkar sama adikmu?"

Flashback on
Lima belas menit berlalu sejak bel pulang sekolah berbunyi. Seluruh murid memenuhi gerbang sekolah, terdapat dua gadis kembar di sana berjalan bersisihan menuju rumah (karena jarak antara sekolah dan rumahnya lumayan dekat).

Di tengah langkah kaki mereka, Lisa berhenti sejenak mengambil selembar brosur yang tergeletak di aspal. Ia membacanya sambil menyamakan langkahnya dengan Luna.

"Luna. Lihat, kayaknya sekolah ini bagus. Akreditasinya A. Jaraknya juga ngga terlalu jauh dari rumah. Gimana kalau kita di sini aja?" seru Lisa antusias sambil terus membaca selembar brosur berisi promosi mengenai Sekolah Menengah Atas untuk lulusan tahun ini.

Married With Mr. Park ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang