Dari kecil hingga ia menginjak remaja, Keysa tidak pernah diizinkan untuk pergi keluar dari rumah. Ia benar-benar seperti burung yang di kurung dalam sangkar emas.
Meskipun begitu, ia tidak pernah berontak pada papa nya, keysa takut.
Satu hari,kebeb...
Makasih loh tadi pas liat notif komen ada yang ngingetin buat update xixixi
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
“lin menurut gw mending lo pake jaket.” Usul zaka saat melihat alina yang hanya mengenakan baju panjang berbahan cotton, zaka tidak yakin alina dapat menahan udara dingin ketika sampai disana.
Tanpa banyak kata, bima melepaskan jaket yang sedang ia gunakan, kemudian memakaikannya pada alina, setelah itu berlari lagi ke dalam villa membawa jaket baru untuknya.
“udah pada siap kan? Yu berangkat.” Seru bima, dia masuk lebih dulu ke dalam mobil. Disusul yang lainnya, mereka menggunakan dua mobil sekaligus, mobil yang dinaiki perempuan berjalan lebih dulu. Mereka semua sudah sepakat, hari ini akan pergi ke dua tempat sekaligus, masih di daerah sekitar lembang tentunya.
Tempat yang pertama mereka datangi adalah floating market. Zaka sangat antusias saat merekomendasikan tempat ini pada teman-temannya. Sesuai ekspektasi, mereka sangat menikmati pemandangan yang disajikan disana. Mereka terbagi menjadi dua kelompok, yang perempuan berjalan ke arah timur, yang laki-laki berjalan ke arah selatan. Mereka punya selera spot foto masing-masing. Keysa sengaja meninggalkan ponselnya di villa, dia sudah membuat kepeutusan tak akan menyalakan ponsel selama liburan, tentu saja hal itu sudah ia katakan pada kanaya supaya ibunya tidak khawatir.
hari ini prisil membawa kamera yang katanya baru ia beli sehari sebelum liburan, jadi hari itu mereka mengambil foto secara bergantian menggunakan kamera prisil. “eh bentar biyan telepon.” Ucap alina saat akan membidik gambar prisil dan keysa.
“halo bi.” “……..” “ini kita lagi di deket kolam.” “………” “oke kita kesana.”
Alina menatap prisil dan keysa secara bergantian. “cowok-cowok udah nungguin kita di tempat makan.” Ucap alina ia memperlihatkan posisi yang baru saja biyan kirim.
Mereka bertiga menyusuri tempat sesuai arahan google maps. “belok kiri.” Suara dari pengarah google maps yang begitu lantang membuat mereka jadi pusat perhatian selama beberapa saat. “maaf guys lupa di kecilin.” Alina tertawa renyah.
“lin.” Bima mengangkat sebelah tangannya saat melihat sosok alina yang baru memasuki tempat makan. Sontak ketiga perempuan itu berjalan kesana.
“kalian kemana aja tadi?” tanya zaka setelah menyeruput ice americano nya. “ga tau, kita dari tadi cuman keliling-keliling nyari spot foto yang bagus.” Ujar prisil, dia mengambil minuman milik bima kemudian meminumnya tanpa seizin pemilik. “heh maen seruput aja.” Bima menggeplak kepala prisil tanpa perasaan. “yaelah cuman minta dikit doang pelit amat.” Prisil balas menginjak kaki bima. “sakit bego.” Adu bima yang hanya mendapat juluran lidah dari si penginjak.
“habis ini kita mau langsung ke cikole?” tanya biyan, menyudahi percekcokan antara bima dan prisil. Zaka melirik jam tanganya sebentar sebelum menjawab. “kita kesananya jam 2 dari sini aja deh, pemadangan nya lebih bagus di liat sore.” Ujar zaka, masih ada waktu dua jam lagi untuk mereka habiskan di floating market.
