46. Putri Marquiz

38.5K 5.9K 582
                                    

"Adikku sangat cantik! Pasti kau yang tercantik di pesta ini. Tidak. Kau pasti paling cantik di kekaisaran ini!" Puji Heroson bersungguh-sungguh namun berlebihan.

"Hentikan itu kakak. Ini sudah ke empat kalinya kau bilang begitu." Sona menghela napas lelah dan menatap pahit ke luar jendela kereta kuda.

Hero terkekeh mendengar omelan adiknya, "Tapi itu memang kenyataannya."

"Ah, ngomong-ngomong... bukankah Putri Marquiz Havan salah satu kandidat tunanganmu?" Sona tiba-tiba teringat tentang beberapa gadis yang ada di dalam daftar calon tunangan Hero yang dia lihat diruangan Arjen.

Hero mengernyit tak senang ketika mendengar kata 'tunangan'. Itu membuatnya kesal dan kehilangan senyumannya.

"Orang seperti apa dia?" Tanya Sona penasaran.

"Aku tak tahu." Jawab Hero malas.

Sona memandangnya heran.

"Aku belum pernah melihat atau bertemu dengannya." Katanya menjelaskan pada Sona.

"Hah? Bukankah itu aneh? Bukankah kakak selalu ikut pesta seperti ini dan pertemuan para putra-putri bangsawan setidaknya sekali sebulan? Bagaimana bisa kau belum bertemu dengannya?" Tanya Sona semakin heran dan curiga.

"I-itu.. aku selalu menjauhkan diri dari keramaian saat datang."

Sona memicingkan matanya dengan curiga. Sikap Hero menunjukkan kalau dia mengatakan kebohongan.

"Kakak. Jangan bilang kalau..."

"Aku tidak kabur! Sungguh!" Jawabnya panik, tetapi sesaat kemudian dia terbelalak saat sadar bahwa dia membocorkan rahasianya sendiri dengan jawaban itu.

"Apa?! Kakak selalu kabur dari pesta?! Jadi karena itu kakak tidak mengenalnya?" Nada suara Sona meninggi. "Kenapa kakak melakukannya? Memangnya kakak bocah?"

"Ah baiklah. Baiklah. Aku tidak akan melakukannya lagi. Aku janji!" Kata Hero mengakuinya, dia tak menyembunyikannya lagi dari Sona.

Baru saja Sona ingin membalas kata-katanya, pintu kereta yang mereka naiki tiba-tiba terbuka. Rupanya kereta sudah berhenti beberapa saat yang lalu, tapi mereka tak sadar.

Berkat pengawal yang tiba-tiba membuka pintu itu, Hero memanfaatkan kesempatan itu untuk mengelak dari Sona.

"Ayo turun, kita sudah sampai." Katanya buru-buru turun lalu mengulurkan tangannya ketika sudah turun kepada Sona untuk membantunya juga turun.

Sona terdiam dan akhirnya menghela napas pasrah. Dia tak bisa meneruskan perdebatan itu di hadapan umum.

Dengan wajah cemberut dia menerima uluran tangan Hero lalu turun perlahan. Banyak mata memandang kearah dirinya dan Hero saat itu. Tentu saja keluarga kekaisaran dengan penampilan mencolok itu akan langsung menjadi pusat perhatian.

"Wah! Itu Putra Mahkota dan Putri!"

"Mereka benar-benar mengagumkan! Apalagi kalau Pangeran ke dua, Duke Dexter dan Duke Muda Ashlan juga ikut berdiri diantara mereka! Pasti itu luar biasa! Aku seperti berada di taman bunga."

Sona dalam hati mengangguk puas. Dia setuju dengan opini-opini tersebut. Wajah kedua kakaknya serta Dexter dan Ashlan. Apalagi kalau ditambah Arjen sang Kaisar. Mereka seperti berada di taman bunga.

"Apa kau gugup?" Tanya Hero melirik Sona yang mengeratkan pegangannya di lengan Hero.

"Hm, sedikit."

"Tenang saja. Akan kupastikan tak akan ada yang akan mendekatimu." Hero berkata bangga.

"Tidak. Jangan lakukan itu. Kau akan merusak segalanya kakak." Sona mendelik sebal. "Dan satu hal lagi..."

"Apa?" Hero menatapnya bingung.

Bad Princess (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang