44. Jenius

42K 6.2K 874
                                    

"Jangan membuka jendela saat tengah malam."

"Iya."

"Jangan memakai baju tipis saat cuaca dingin."

"Baik."

"Jangan makan makanan manis terlalu banyak."

"Hm."

"Jangan..."

"Berhentilah, sampai kapan kau mau seperti ini?" Hero berdecak kesal ketika menyaksikan perpisahan antara Genta dan Sona. "Berhenti mengkhawatirkannya. Ada aku disisinya."

Genta mencibir dan menatap Hero dengan meremehkan. "Memangnya kau bisa apa? Aku yang selalu disisinya. Kau bahkan tak tahu kapan Sona diam-diam menyelinap ke dapur untuk memakan cokelat yang disimpan para pelayan. Benar?"

"Apa? Kapan dia melakukan itu?" Hero melotot kaget ke arah Sona. Dokter sudah memperingati Sona agar mengurangi makanan manis karena giginya mulai berlubang. Arjen, Hero dan Genta tagu hal ini. Karena itu Sona hanya diperbolehkan untuk makan makanan manis sekali setiap minggunya.

"Benar kan? Kau tak tahu itu." Genta mendengus dan mengejek saudaranya.

"Ehem. Ka-kakak aku ingin memberikanmu sesuatu." Sona memecah suasana yang mulai memanas.

Saat itu Arjen yang sedari tadi hanya diam mulai bereaksi dan melirik ke arah Sona yang mengeluarkan sesuatu dari cincin penyimpanannya.

"Ini aku buat sendiri. Cuaca mulai dingin, jadi pakai ini." Sona meminta Genta agak menunduk dan memakaikan syal merah yang senada dengan warna matanya dan baru saja selesai dirajutnya.

Saat itu, Sona merasakan kedua tatapan menusuk yang ditujukan padanya. Tapi dia pura-pura tak tahu dan hanya tersenyum lebar pada Genta.

"Terimakasih. Kau memang yang terbaik." Genta memeluk erat Sona dengan gemas lalu tersenyum mengejek pada Arjen dan Hero.

Saat itu tanpa Arjen, Hero dan Genta sadari, Sona bersitatap dengan Dexter yang memang dari awal selalu menatapnya. Dexter tersenyum jahil dengan mengedipkan sebelah matanya, sementara Sona tersipu malu mengingat kejadian tadi malam saat Dexter mencium pipinya.

"Baiklah, aku berangkat. Aku akan meningirimkan surat tiap minggu." Genta menepuk-nepuk kepala Sona dengan senyum sedih, tak rela berpisah jauh dari adik kecilnya.

Seakan tahu isi pikiran Genta, Sona menghiburnya. "Ini hanya dua bulan. Jangan khawatir."

Senyum Genta terkembang ketika mendengar itu, "Benar. Ini hanya dua bulan."

"Ini akan menjadi empat bulan. Bukan dua bulan." Kata Kaisar tiba-tiba.

Genta dan Dexter terkejut dan melayangkan tatapan protes pada Kaisar.

Sona menghela napas lelah, lalu angkat bicara. "Papa, jangan keterlaluan. Dua bulan sudah cukup. Hm?"

"Atau aku yang akan menolak bertemu denganmu selama dua bulan." Ancamnya dengan wajah datar.

"Ehem. Dua bulan. Baiklah, dua bulan." Arjen berdeham dengan wajah mengernyit tak senang. Sementara Genta dan Dexter bernapas lega.

Setelah itu Genta dan Dexter langsung pergi menggunakan sihir teleport. Sementara Arjen dan Hero mengikutinya kemana pun dia pergi hingga membuat Sona menyerah dan pada akhirnya berjanji membuatkan mereka syal seperti Genta.

Sona sebenarnya baru belajar membuat syal selama beberapa minggu saat dirinya baru kembali kekastil. Nina mengajari dan membantunya sehingga dia bisa membuat sebuah syal dalam waktu dua minggu.

Ini adalah hobi barunya, karena dia melihat Nina merajutkan baju untuknya. Jadi Sona juga tertarik untuk membuatnya.

Sona membawa alat rajutnya dan menemani Arjen di ruang kantornya seharian. Arjen tidak berhenti bekerja hingga larut, sampai-sampai membuat Sona harus membujuknya berulang kali untuk berhenti dan beristirahat.

Bad Princess (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang